KH. Muhammad Akyas

KH. Muhammad Akyas

Posted by Unknown  |  at  5:20 PM

kyai_akyas.jpgOleh: Redaksi


Pagi hari, pukul 10.00 WIB Kamis pagi Pondok Buntet Pesantren sepanjang jalan menuju pusat kegiatan pesantren dipenuhi oleh serombongan ibu-ibu. Mereka berasal dari desa sekitar Buntet Pesantren. Puluhan ibu-ibu berbondong-bondong berjalan berbaris dengan pakaian rapih berkerudung dan menggunakan kain panjang. Perjalanan mereka ternyata berhenti di rumah KH. Muhammad Akyas. Di sana sudah berkumpul ibu-ibu yang siap mendengarkan pengajian di rumahnya.




Itulah salah satu kegiatan harian KH. Muhammad Akyas (Ki Akyas) dalam mengemban misi pendidikan kemasyarakatan ala pesantren. Para santri yang dibina beliau bukan saja santri yang datang dari daerah-daerah jauh dan bermukin di asrama-asrama, namun murid-murid (santri) beliau adalah juga para warga sekitar pesantren yang khusus datang mengaji kepadanya setiap hari Selasa dan Kamis. Pengajian “Kamisan” itu kini masih terus berlanjut dan dipimpin oleh anaknya, KH. Abdullah Syifa.





Jika orang Indonesia mengenal sosok KH. Abbas dari Buntet Pesantren Cirebon sebagai kyai alim dan pejuang yang pernah memimpin pasukan Hizbullah pada 10 November 1945 bersama Bung Tomo di Surabaya, maka tidak demikian dengan adiknya,  KH. Muhammad Akyas. Beliau justru dikenal sebagai kyai dikenal sebagai sosok Kyai yang sederhana namun berani dalam menegakkan kebenaran dan keadilan di masyarakat pasca kemerdekaan.





Tidak heran, kiprah beliau dalam menegakkan sendi sendi agama di masyarakat masih mebekas hingga kini. Di samping itu beliau sebagai muqoddam (mursyid) Tarekat Tijani, kerap dalam setiap dakwahnya selalu membawa pesan yang mudah dimengerti.  Salah satunya, beliau pandai menirukan dalang saat berdakwah  dan seringkali menegur orang secara langsung ke masalah utama.





KH. Akyas lahir tahun 1893 putra dari KH. Abdul Jamil sesepuh Pondok Buntet Pesantren pada periode dulu. Menurut penuturan anakya, KH. Abdullah Syifa,  Ki Akyas, sapaan akrab KH. Muhammad Akyas, wafat pada tahun 1978 memasuki usia 85 tahun. Anak keturunannya berjumlah 10. Dari isteri pertama yang kemudian meninggal dikaruniai 1 orang anak dan bersama isteri kedua, beliau dikaruniai anak 9 orang. Salah satu putranya yang meneruskan perjuangan dakwah adalah KH. Abdullah Syifa seperti ayahnya, Ki Syifa, pun membimbing thareqah Tijani.





Namun kenangan dan cerita dibalik kehidupan beliau yang unik sangat membekas di hati para murid-muridnya juga pada para santri yang pernah mondok di asrama Beliau. Tidak heran beliau dipercaya sebagai muqoddam Tarekat Tijani pada waktu hidupnya.







Hafal Alfiah



Dalam menelusuri ilmu-ilmu keislaman, syarat mutlak untuk memasuki bab-bab ilmu adalah ilmu Nahwu Shorof. Di pesantren santri yang mampu menguasai "ilmu alat" ini (linguistik) diharapkan akan mudah mempelajari kitab-kitab ulama. Karenanya, Kyai Akyas sejak muda tekun sekali menghafal alfiah saat masih di Buntet Pesantren.





Namun Sebagai anak kyai tidaklah heran jika para putranya diharuskan untuk mengikuti jejang ayahnya. Karenanya, Ki AKyas saat masih remaja diperintahkan untuk memperdalam ilmu agama di Pondok Pesantren lain . Namun berbeda dengan para santri umumnya. Ki Akyas saat datang mondok pertama kali sudah hafal alfiah. Karenanya, ia hanya butuh waktu 18 bulan saja mondok di Jombang dan berguru langsung kepada Hadratusshaikh, KH.Hasyim Asy'ari.





Dari situ, beliau berpindah ke Tambak Resi, Welleri untuk berguru kepada KH. Abdullah. Tidak lama kemudian Ki Akyas pindah lagi mondoknya di KH. Abdul Malik di Pesantren Jami Soren di Solo. Namun di pesantren ini, justru Ki Akyas bukannya belajr malah disuruh mengajar Alfiah di Madrasah Mambaul Ulum. Di pesantren ini hanya memakan waktu setengah tahun saja.





Awalnya, guru madrasah bertanya, kepada para santri-sanrinya kalau-kalau ada yang hafal alfiyah. Saat itu Ki Akyas masih remaja dan saat ia mengaku hafal alfiah, dianggap gurauan.  Sebab para guru di sana masih belum percaya kalau Ki Akyas remaja ini hafal alfiah. Tapi akhirnya setelah di tes kemampuannya, semuanya mempercayai daya hafal santri cilik ini.





Rupanya, KH. AKyas menuntut ilmu di pesantren lain tidak memakan waktu lama karena ilmu yang dipelajari di pesantren lain itu sudah diajarkan di Buntet Pesantren seperti alfiyah salah satu ilmu alat (linguistik) untuk membaca kitab-kitab ulama mutaqoddimin. Namun karena menuntut ilmu di pondok pesantren bagi keluarga kyai merupakan semacam prasyarat untuk bisa memimpin pesantren. Maka menunutut ilmu di banyak guru lain di pesantrenlain merupakan tindakan "tabarrukan" atau mencari kebaikan dari kyai-kyai di pesantren lain.





Meski masih muda, dengan berbekal ilmu dan pengalaman di pesantren lain itulah Ki Akyas dipercaya oleh ayahnya untuk mengajar para santri di pesantren. Akhirnya beliau dipercaya untuk mendirikan asrama di lingkungan Pondok Buntet Pesantren. Di asrama inilah kemudian berbondong-bondong para santri untuk mendalami ilmu pada beliau.





Teguh Pendirian



Kyai Akyas terkenal dengan julukan kyai yang teguh dalam pendirian dalam ajaran kepantasan dan kesopanan. Ketegasan sikap dan prilaku itu ditunjukkan beliau saat melihat hal-hal yang menurutnya tidak pantas yang berkembang di masyarakat. Salah satunya beliau tidak segan-segan menegur orang yang salah prilakuknya.






Misalnya melihat orang sudah dewasa tetapi masih memakai celana pendek, coba-coba berani melintas di depan beliau, maka tidak ragu-ragu Kyai Akyas menegurnya dan dikasih tahu jangan sekali-kali memakai celana pendek karena tidak pantas.  Karenaya di Buntet Pesantren melihat adab kesopanan berpakaian ini diikuti hingga saat ini. Hampir tidak ditemui orang-orang dewasa memakai celana pendek.





Demikian juga dalam hal kepantasan berpakaian, menurut para kyai di pesantren khususnya di Buntet pesatnren ada semacam ketidakpatutan jika orang yang memakai peci putih ala haji. Maklum dalam dunia pesantren memakai peci putih itu rupanya dikhususkan bagi orang yang pernah pergi haji. Karenanya, bila ada santri atau warga pesantren yang belum naik haji kemudian memakai peci langsung ditegur beliau.








Lain lagi bila datang hari Jum’at.  Menurut penuturan beberapa warga Pesantren, apalagi hari Jum’at beliau beliau selalu datang awal di masjid. Kemudian seperti biasa berdzikir dan lain-lain. Namun ada hal yang unik dilakukan kyai satu ini. Sebelum khatib naik mimbar, beliau selalu mengatur barisan shaf orang-orang yang ada di dalam masjid agar duduk tenang dan rapih. Padahal belum dilaksanakan shalat jum’at. Hal ini dilakukan bukan saja di masjid Pesantren namun di beberapa masjid di wilayah lain.





Pada hari-hari biasa, Ki Akyas ini sering sekali berputar-putar keliling Buntet Pesantren menggunakan kendaraan beca. Dari rumah beliau menuju barat, kemudian hingga batas wilayah pesantren beliau menyuruh tukang beca untuk berbalik kembali dan menuju timur, Utara dan Selatan.





Pintar Meniru Dalang



Berdakwah adalah ciri khas dari kyai satu ini. Kepiawaiannya dalam mengkomunikasikan ajaran agama kepada masyarakat cukup unik. Beliau salah satunya mahir menirukan gaya dalang namun bukan untuk membawakan wayang. Syair-syair arab diubah beliau menjadi langgam mirip gaya dalang.





Hal itu pernah beliau lakukan di suatu daerah diundang. Dalam undangan tersebut ada pertunjukan wayang. Giliran beliau tampil berpidato, Kyai Akyas bercerita seputar tokoh-tokoh wayang namun dikaitkan dengan ajaran keagamaan. Suara dan intonasinya yang fasih melafalkan ayat-ayat quran dan syair-syair arab membuat para hadirin terpukau. Sekan-akan tampilan ki Dalang itu kalah oleh beliau.





Menurut putranya, keahlian melagukan syair ini kemudian banyak ditiru oleh salah satu murid beliau KH. Fuad Hasyim (almarhum) salah satu ulama kyai dari Buntet Pesantren yang terkenal dengan kefasihan dalam melagukan ayat-ayat suci Al Quran.





Warisan Amnat



Nasehat-nasehat beliau dalam setiap pengajian disampaikan dalam bahasa yang jelas dan sangat mengena. Beberapa nasehat beliau yang masih dikenang oleh para muridnya itu misalnya:



Kata beliau, masyarakat akan hancur manakala terjadi empat hal berikut:



Pertama, orang alim yang mengaku-aku kealimannya.



Kedua, orang miskin yang disuruh memegang uang;



Ketiga, orang kaya melihat keuntungan;



Kelima, penguasa yang suka melihat jabatan.





Kemudian kepada anak-anaknya, beliau sering berwanti-wanti dalam nasehatnya. Misalnya nasehat yang dituturkan oleh KH. Syifa:






  • Jika kamu menjadi tua, maka janganlah seperti ayam jago tetapi juga tirulah jago. Maksudnya, prilaku ayam jago ada yang baik ada pula yang buruk. Yang baik misalnya, ayam jago itu bila melihat ayam betina pasangannya direbut oleh pejantan yang lain, akan langsung diburu dan dipatuk hingga kabur dan jika melawan dilabrak. Namun prilaku yang tidak boleh ditiru dari ayam jantan adalah ia tidak suka melihat ayam jatan lain yang lebih. Hal ini sama seperti jika melihat orang lain lebih baik, jangan dibencinya.

  • Jika suatu ketika bepergian dengan isteri kemudian sang isteri meminta macam-macam barang untuk dibelikan, menurut Ki Akyas sebaiknya ikuti saja permintaanya dan jangan sekali-kali ditentang dan bersitegang di jalan. Namun bila ingin menegurnya, maka nanti kalau sudah sampai di rumah.

  • Bila diundang oleh masyarakat biasa, maka jangan sekali-kali merasa menajdi orang yang penting sehingga menjadi satu-satunya orang yang ditunggu. Merasa penting sendiri inilah yang harus dihindari.









Jakarta, 18 Maret 2008  16:04 WIB seperti yang diceritakan KH. Muhammad Syifa kepada Redaksi (Muhammad Kurtubi)




 





KH. Muhammad Akyas

KH. Muhammad Akyas

Posted by Unknown  |  at  5:20 PM

kyai_akyas.jpgOleh: Redaksi


Pagi hari, pukul 10.00 WIB Kamis pagi Pondok Buntet Pesantren sepanjang jalan menuju pusat kegiatan pesantren dipenuhi oleh serombongan ibu-ibu. Mereka berasal dari desa sekitar Buntet Pesantren. Puluhan ibu-ibu berbondong-bondong berjalan berbaris dengan pakaian rapih berkerudung dan menggunakan kain panjang. Perjalanan mereka ternyata berhenti di rumah KH. Muhammad Akyas. Di sana sudah berkumpul ibu-ibu yang siap mendengarkan pengajian di rumahnya.




Itulah salah satu kegiatan harian KH. Muhammad Akyas (Ki Akyas) dalam mengemban misi pendidikan kemasyarakatan ala pesantren. Para santri yang dibina beliau bukan saja santri yang datang dari daerah-daerah jauh dan bermukin di asrama-asrama, namun murid-murid (santri) beliau adalah juga para warga sekitar pesantren yang khusus datang mengaji kepadanya setiap hari Selasa dan Kamis. Pengajian “Kamisan” itu kini masih terus berlanjut dan dipimpin oleh anaknya, KH. Abdullah Syifa.





Jika orang Indonesia mengenal sosok KH. Abbas dari Buntet Pesantren Cirebon sebagai kyai alim dan pejuang yang pernah memimpin pasukan Hizbullah pada 10 November 1945 bersama Bung Tomo di Surabaya, maka tidak demikian dengan adiknya,  KH. Muhammad Akyas. Beliau justru dikenal sebagai kyai dikenal sebagai sosok Kyai yang sederhana namun berani dalam menegakkan kebenaran dan keadilan di masyarakat pasca kemerdekaan.





Tidak heran, kiprah beliau dalam menegakkan sendi sendi agama di masyarakat masih mebekas hingga kini. Di samping itu beliau sebagai muqoddam (mursyid) Tarekat Tijani, kerap dalam setiap dakwahnya selalu membawa pesan yang mudah dimengerti.  Salah satunya, beliau pandai menirukan dalang saat berdakwah  dan seringkali menegur orang secara langsung ke masalah utama.





KH. Akyas lahir tahun 1893 putra dari KH. Abdul Jamil sesepuh Pondok Buntet Pesantren pada periode dulu. Menurut penuturan anakya, KH. Abdullah Syifa,  Ki Akyas, sapaan akrab KH. Muhammad Akyas, wafat pada tahun 1978 memasuki usia 85 tahun. Anak keturunannya berjumlah 10. Dari isteri pertama yang kemudian meninggal dikaruniai 1 orang anak dan bersama isteri kedua, beliau dikaruniai anak 9 orang. Salah satu putranya yang meneruskan perjuangan dakwah adalah KH. Abdullah Syifa seperti ayahnya, Ki Syifa, pun membimbing thareqah Tijani.





Namun kenangan dan cerita dibalik kehidupan beliau yang unik sangat membekas di hati para murid-muridnya juga pada para santri yang pernah mondok di asrama Beliau. Tidak heran beliau dipercaya sebagai muqoddam Tarekat Tijani pada waktu hidupnya.







Hafal Alfiah



Dalam menelusuri ilmu-ilmu keislaman, syarat mutlak untuk memasuki bab-bab ilmu adalah ilmu Nahwu Shorof. Di pesantren santri yang mampu menguasai "ilmu alat" ini (linguistik) diharapkan akan mudah mempelajari kitab-kitab ulama. Karenanya, Kyai Akyas sejak muda tekun sekali menghafal alfiah saat masih di Buntet Pesantren.





Namun Sebagai anak kyai tidaklah heran jika para putranya diharuskan untuk mengikuti jejang ayahnya. Karenanya, Ki AKyas saat masih remaja diperintahkan untuk memperdalam ilmu agama di Pondok Pesantren lain . Namun berbeda dengan para santri umumnya. Ki Akyas saat datang mondok pertama kali sudah hafal alfiah. Karenanya, ia hanya butuh waktu 18 bulan saja mondok di Jombang dan berguru langsung kepada Hadratusshaikh, KH.Hasyim Asy'ari.





Dari situ, beliau berpindah ke Tambak Resi, Welleri untuk berguru kepada KH. Abdullah. Tidak lama kemudian Ki Akyas pindah lagi mondoknya di KH. Abdul Malik di Pesantren Jami Soren di Solo. Namun di pesantren ini, justru Ki Akyas bukannya belajr malah disuruh mengajar Alfiah di Madrasah Mambaul Ulum. Di pesantren ini hanya memakan waktu setengah tahun saja.





Awalnya, guru madrasah bertanya, kepada para santri-sanrinya kalau-kalau ada yang hafal alfiyah. Saat itu Ki Akyas masih remaja dan saat ia mengaku hafal alfiah, dianggap gurauan.  Sebab para guru di sana masih belum percaya kalau Ki Akyas remaja ini hafal alfiah. Tapi akhirnya setelah di tes kemampuannya, semuanya mempercayai daya hafal santri cilik ini.





Rupanya, KH. AKyas menuntut ilmu di pesantren lain tidak memakan waktu lama karena ilmu yang dipelajari di pesantren lain itu sudah diajarkan di Buntet Pesantren seperti alfiyah salah satu ilmu alat (linguistik) untuk membaca kitab-kitab ulama mutaqoddimin. Namun karena menuntut ilmu di pondok pesantren bagi keluarga kyai merupakan semacam prasyarat untuk bisa memimpin pesantren. Maka menunutut ilmu di banyak guru lain di pesantrenlain merupakan tindakan "tabarrukan" atau mencari kebaikan dari kyai-kyai di pesantren lain.





Meski masih muda, dengan berbekal ilmu dan pengalaman di pesantren lain itulah Ki Akyas dipercaya oleh ayahnya untuk mengajar para santri di pesantren. Akhirnya beliau dipercaya untuk mendirikan asrama di lingkungan Pondok Buntet Pesantren. Di asrama inilah kemudian berbondong-bondong para santri untuk mendalami ilmu pada beliau.





Teguh Pendirian



Kyai Akyas terkenal dengan julukan kyai yang teguh dalam pendirian dalam ajaran kepantasan dan kesopanan. Ketegasan sikap dan prilaku itu ditunjukkan beliau saat melihat hal-hal yang menurutnya tidak pantas yang berkembang di masyarakat. Salah satunya beliau tidak segan-segan menegur orang yang salah prilakuknya.






Misalnya melihat orang sudah dewasa tetapi masih memakai celana pendek, coba-coba berani melintas di depan beliau, maka tidak ragu-ragu Kyai Akyas menegurnya dan dikasih tahu jangan sekali-kali memakai celana pendek karena tidak pantas.  Karenaya di Buntet Pesantren melihat adab kesopanan berpakaian ini diikuti hingga saat ini. Hampir tidak ditemui orang-orang dewasa memakai celana pendek.





Demikian juga dalam hal kepantasan berpakaian, menurut para kyai di pesantren khususnya di Buntet pesatnren ada semacam ketidakpatutan jika orang yang memakai peci putih ala haji. Maklum dalam dunia pesantren memakai peci putih itu rupanya dikhususkan bagi orang yang pernah pergi haji. Karenanya, bila ada santri atau warga pesantren yang belum naik haji kemudian memakai peci langsung ditegur beliau.








Lain lagi bila datang hari Jum’at.  Menurut penuturan beberapa warga Pesantren, apalagi hari Jum’at beliau beliau selalu datang awal di masjid. Kemudian seperti biasa berdzikir dan lain-lain. Namun ada hal yang unik dilakukan kyai satu ini. Sebelum khatib naik mimbar, beliau selalu mengatur barisan shaf orang-orang yang ada di dalam masjid agar duduk tenang dan rapih. Padahal belum dilaksanakan shalat jum’at. Hal ini dilakukan bukan saja di masjid Pesantren namun di beberapa masjid di wilayah lain.





Pada hari-hari biasa, Ki Akyas ini sering sekali berputar-putar keliling Buntet Pesantren menggunakan kendaraan beca. Dari rumah beliau menuju barat, kemudian hingga batas wilayah pesantren beliau menyuruh tukang beca untuk berbalik kembali dan menuju timur, Utara dan Selatan.





Pintar Meniru Dalang



Berdakwah adalah ciri khas dari kyai satu ini. Kepiawaiannya dalam mengkomunikasikan ajaran agama kepada masyarakat cukup unik. Beliau salah satunya mahir menirukan gaya dalang namun bukan untuk membawakan wayang. Syair-syair arab diubah beliau menjadi langgam mirip gaya dalang.





Hal itu pernah beliau lakukan di suatu daerah diundang. Dalam undangan tersebut ada pertunjukan wayang. Giliran beliau tampil berpidato, Kyai Akyas bercerita seputar tokoh-tokoh wayang namun dikaitkan dengan ajaran keagamaan. Suara dan intonasinya yang fasih melafalkan ayat-ayat quran dan syair-syair arab membuat para hadirin terpukau. Sekan-akan tampilan ki Dalang itu kalah oleh beliau.





Menurut putranya, keahlian melagukan syair ini kemudian banyak ditiru oleh salah satu murid beliau KH. Fuad Hasyim (almarhum) salah satu ulama kyai dari Buntet Pesantren yang terkenal dengan kefasihan dalam melagukan ayat-ayat suci Al Quran.





Warisan Amnat



Nasehat-nasehat beliau dalam setiap pengajian disampaikan dalam bahasa yang jelas dan sangat mengena. Beberapa nasehat beliau yang masih dikenang oleh para muridnya itu misalnya:



Kata beliau, masyarakat akan hancur manakala terjadi empat hal berikut:



Pertama, orang alim yang mengaku-aku kealimannya.



Kedua, orang miskin yang disuruh memegang uang;



Ketiga, orang kaya melihat keuntungan;



Kelima, penguasa yang suka melihat jabatan.





Kemudian kepada anak-anaknya, beliau sering berwanti-wanti dalam nasehatnya. Misalnya nasehat yang dituturkan oleh KH. Syifa:






  • Jika kamu menjadi tua, maka janganlah seperti ayam jago tetapi juga tirulah jago. Maksudnya, prilaku ayam jago ada yang baik ada pula yang buruk. Yang baik misalnya, ayam jago itu bila melihat ayam betina pasangannya direbut oleh pejantan yang lain, akan langsung diburu dan dipatuk hingga kabur dan jika melawan dilabrak. Namun prilaku yang tidak boleh ditiru dari ayam jantan adalah ia tidak suka melihat ayam jatan lain yang lebih. Hal ini sama seperti jika melihat orang lain lebih baik, jangan dibencinya.

  • Jika suatu ketika bepergian dengan isteri kemudian sang isteri meminta macam-macam barang untuk dibelikan, menurut Ki Akyas sebaiknya ikuti saja permintaanya dan jangan sekali-kali ditentang dan bersitegang di jalan. Namun bila ingin menegurnya, maka nanti kalau sudah sampai di rumah.

  • Bila diundang oleh masyarakat biasa, maka jangan sekali-kali merasa menajdi orang yang penting sehingga menjadi satu-satunya orang yang ditunggu. Merasa penting sendiri inilah yang harus dihindari.









Jakarta, 18 Maret 2008  16:04 WIB seperti yang diceritakan KH. Muhammad Syifa kepada Redaksi (Muhammad Kurtubi)




 





KH. Muhammad Akyas

KH. Muhammad Akyas

Posted by Unknown  |  at  5:20 PM

kyai_akyas.jpgOleh: Redaksi


Pagi hari, pukul 10.00 WIB Kamis pagi Pondok Buntet Pesantren sepanjang jalan menuju pusat kegiatan pesantren dipenuhi oleh serombongan ibu-ibu. Mereka berasal dari desa sekitar Buntet Pesantren. Puluhan ibu-ibu berbondong-bondong berjalan berbaris dengan pakaian rapih berkerudung dan menggunakan kain panjang. Perjalanan mereka ternyata berhenti di rumah KH. Muhammad Akyas. Di sana sudah berkumpul ibu-ibu yang siap mendengarkan pengajian di rumahnya.




Itulah salah satu kegiatan harian KH. Muhammad Akyas (Ki Akyas) dalam mengemban misi pendidikan kemasyarakatan ala pesantren. Para santri yang dibina beliau bukan saja santri yang datang dari daerah-daerah jauh dan bermukin di asrama-asrama, namun murid-murid (santri) beliau adalah juga para warga sekitar pesantren yang khusus datang mengaji kepadanya setiap hari Selasa dan Kamis. Pengajian “Kamisan” itu kini masih terus berlanjut dan dipimpin oleh anaknya, KH. Abdullah Syifa.





Jika orang Indonesia mengenal sosok KH. Abbas dari Buntet Pesantren Cirebon sebagai kyai alim dan pejuang yang pernah memimpin pasukan Hizbullah pada 10 November 1945 bersama Bung Tomo di Surabaya, maka tidak demikian dengan adiknya,  KH. Muhammad Akyas. Beliau justru dikenal sebagai kyai dikenal sebagai sosok Kyai yang sederhana namun berani dalam menegakkan kebenaran dan keadilan di masyarakat pasca kemerdekaan.





Tidak heran, kiprah beliau dalam menegakkan sendi sendi agama di masyarakat masih mebekas hingga kini. Di samping itu beliau sebagai muqoddam (mursyid) Tarekat Tijani, kerap dalam setiap dakwahnya selalu membawa pesan yang mudah dimengerti.  Salah satunya, beliau pandai menirukan dalang saat berdakwah  dan seringkali menegur orang secara langsung ke masalah utama.





KH. Akyas lahir tahun 1893 putra dari KH. Abdul Jamil sesepuh Pondok Buntet Pesantren pada periode dulu. Menurut penuturan anakya, KH. Abdullah Syifa,  Ki Akyas, sapaan akrab KH. Muhammad Akyas, wafat pada tahun 1978 memasuki usia 85 tahun. Anak keturunannya berjumlah 10. Dari isteri pertama yang kemudian meninggal dikaruniai 1 orang anak dan bersama isteri kedua, beliau dikaruniai anak 9 orang. Salah satu putranya yang meneruskan perjuangan dakwah adalah KH. Abdullah Syifa seperti ayahnya, Ki Syifa, pun membimbing thareqah Tijani.





Namun kenangan dan cerita dibalik kehidupan beliau yang unik sangat membekas di hati para murid-muridnya juga pada para santri yang pernah mondok di asrama Beliau. Tidak heran beliau dipercaya sebagai muqoddam Tarekat Tijani pada waktu hidupnya.







Hafal Alfiah



Dalam menelusuri ilmu-ilmu keislaman, syarat mutlak untuk memasuki bab-bab ilmu adalah ilmu Nahwu Shorof. Di pesantren santri yang mampu menguasai "ilmu alat" ini (linguistik) diharapkan akan mudah mempelajari kitab-kitab ulama. Karenanya, Kyai Akyas sejak muda tekun sekali menghafal alfiah saat masih di Buntet Pesantren.





Namun Sebagai anak kyai tidaklah heran jika para putranya diharuskan untuk mengikuti jejang ayahnya. Karenanya, Ki AKyas saat masih remaja diperintahkan untuk memperdalam ilmu agama di Pondok Pesantren lain . Namun berbeda dengan para santri umumnya. Ki Akyas saat datang mondok pertama kali sudah hafal alfiah. Karenanya, ia hanya butuh waktu 18 bulan saja mondok di Jombang dan berguru langsung kepada Hadratusshaikh, KH.Hasyim Asy'ari.





Dari situ, beliau berpindah ke Tambak Resi, Welleri untuk berguru kepada KH. Abdullah. Tidak lama kemudian Ki Akyas pindah lagi mondoknya di KH. Abdul Malik di Pesantren Jami Soren di Solo. Namun di pesantren ini, justru Ki Akyas bukannya belajr malah disuruh mengajar Alfiah di Madrasah Mambaul Ulum. Di pesantren ini hanya memakan waktu setengah tahun saja.





Awalnya, guru madrasah bertanya, kepada para santri-sanrinya kalau-kalau ada yang hafal alfiyah. Saat itu Ki Akyas masih remaja dan saat ia mengaku hafal alfiah, dianggap gurauan.  Sebab para guru di sana masih belum percaya kalau Ki Akyas remaja ini hafal alfiah. Tapi akhirnya setelah di tes kemampuannya, semuanya mempercayai daya hafal santri cilik ini.





Rupanya, KH. AKyas menuntut ilmu di pesantren lain tidak memakan waktu lama karena ilmu yang dipelajari di pesantren lain itu sudah diajarkan di Buntet Pesantren seperti alfiyah salah satu ilmu alat (linguistik) untuk membaca kitab-kitab ulama mutaqoddimin. Namun karena menuntut ilmu di pondok pesantren bagi keluarga kyai merupakan semacam prasyarat untuk bisa memimpin pesantren. Maka menunutut ilmu di banyak guru lain di pesantrenlain merupakan tindakan "tabarrukan" atau mencari kebaikan dari kyai-kyai di pesantren lain.





Meski masih muda, dengan berbekal ilmu dan pengalaman di pesantren lain itulah Ki Akyas dipercaya oleh ayahnya untuk mengajar para santri di pesantren. Akhirnya beliau dipercaya untuk mendirikan asrama di lingkungan Pondok Buntet Pesantren. Di asrama inilah kemudian berbondong-bondong para santri untuk mendalami ilmu pada beliau.





Teguh Pendirian



Kyai Akyas terkenal dengan julukan kyai yang teguh dalam pendirian dalam ajaran kepantasan dan kesopanan. Ketegasan sikap dan prilaku itu ditunjukkan beliau saat melihat hal-hal yang menurutnya tidak pantas yang berkembang di masyarakat. Salah satunya beliau tidak segan-segan menegur orang yang salah prilakuknya.






Misalnya melihat orang sudah dewasa tetapi masih memakai celana pendek, coba-coba berani melintas di depan beliau, maka tidak ragu-ragu Kyai Akyas menegurnya dan dikasih tahu jangan sekali-kali memakai celana pendek karena tidak pantas.  Karenaya di Buntet Pesantren melihat adab kesopanan berpakaian ini diikuti hingga saat ini. Hampir tidak ditemui orang-orang dewasa memakai celana pendek.





Demikian juga dalam hal kepantasan berpakaian, menurut para kyai di pesantren khususnya di Buntet pesatnren ada semacam ketidakpatutan jika orang yang memakai peci putih ala haji. Maklum dalam dunia pesantren memakai peci putih itu rupanya dikhususkan bagi orang yang pernah pergi haji. Karenanya, bila ada santri atau warga pesantren yang belum naik haji kemudian memakai peci langsung ditegur beliau.








Lain lagi bila datang hari Jum’at.  Menurut penuturan beberapa warga Pesantren, apalagi hari Jum’at beliau beliau selalu datang awal di masjid. Kemudian seperti biasa berdzikir dan lain-lain. Namun ada hal yang unik dilakukan kyai satu ini. Sebelum khatib naik mimbar, beliau selalu mengatur barisan shaf orang-orang yang ada di dalam masjid agar duduk tenang dan rapih. Padahal belum dilaksanakan shalat jum’at. Hal ini dilakukan bukan saja di masjid Pesantren namun di beberapa masjid di wilayah lain.





Pada hari-hari biasa, Ki Akyas ini sering sekali berputar-putar keliling Buntet Pesantren menggunakan kendaraan beca. Dari rumah beliau menuju barat, kemudian hingga batas wilayah pesantren beliau menyuruh tukang beca untuk berbalik kembali dan menuju timur, Utara dan Selatan.





Pintar Meniru Dalang



Berdakwah adalah ciri khas dari kyai satu ini. Kepiawaiannya dalam mengkomunikasikan ajaran agama kepada masyarakat cukup unik. Beliau salah satunya mahir menirukan gaya dalang namun bukan untuk membawakan wayang. Syair-syair arab diubah beliau menjadi langgam mirip gaya dalang.





Hal itu pernah beliau lakukan di suatu daerah diundang. Dalam undangan tersebut ada pertunjukan wayang. Giliran beliau tampil berpidato, Kyai Akyas bercerita seputar tokoh-tokoh wayang namun dikaitkan dengan ajaran keagamaan. Suara dan intonasinya yang fasih melafalkan ayat-ayat quran dan syair-syair arab membuat para hadirin terpukau. Sekan-akan tampilan ki Dalang itu kalah oleh beliau.





Menurut putranya, keahlian melagukan syair ini kemudian banyak ditiru oleh salah satu murid beliau KH. Fuad Hasyim (almarhum) salah satu ulama kyai dari Buntet Pesantren yang terkenal dengan kefasihan dalam melagukan ayat-ayat suci Al Quran.





Warisan Amnat



Nasehat-nasehat beliau dalam setiap pengajian disampaikan dalam bahasa yang jelas dan sangat mengena. Beberapa nasehat beliau yang masih dikenang oleh para muridnya itu misalnya:



Kata beliau, masyarakat akan hancur manakala terjadi empat hal berikut:



Pertama, orang alim yang mengaku-aku kealimannya.



Kedua, orang miskin yang disuruh memegang uang;



Ketiga, orang kaya melihat keuntungan;



Kelima, penguasa yang suka melihat jabatan.





Kemudian kepada anak-anaknya, beliau sering berwanti-wanti dalam nasehatnya. Misalnya nasehat yang dituturkan oleh KH. Syifa:






  • Jika kamu menjadi tua, maka janganlah seperti ayam jago tetapi juga tirulah jago. Maksudnya, prilaku ayam jago ada yang baik ada pula yang buruk. Yang baik misalnya, ayam jago itu bila melihat ayam betina pasangannya direbut oleh pejantan yang lain, akan langsung diburu dan dipatuk hingga kabur dan jika melawan dilabrak. Namun prilaku yang tidak boleh ditiru dari ayam jantan adalah ia tidak suka melihat ayam jatan lain yang lebih. Hal ini sama seperti jika melihat orang lain lebih baik, jangan dibencinya.

  • Jika suatu ketika bepergian dengan isteri kemudian sang isteri meminta macam-macam barang untuk dibelikan, menurut Ki Akyas sebaiknya ikuti saja permintaanya dan jangan sekali-kali ditentang dan bersitegang di jalan. Namun bila ingin menegurnya, maka nanti kalau sudah sampai di rumah.

  • Bila diundang oleh masyarakat biasa, maka jangan sekali-kali merasa menajdi orang yang penting sehingga menjadi satu-satunya orang yang ditunggu. Merasa penting sendiri inilah yang harus dihindari.









Jakarta, 18 Maret 2008  16:04 WIB seperti yang diceritakan KH. Muhammad Syifa kepada Redaksi (Muhammad Kurtubi)




 





Hati yang Bergetar

Hati yang Bergetar

Posted by Unknown  |  at  8:20 AM

Getaran hati tak sependek gambar ini.. Oleh: Muhamad Kurtubi
Dalam sebuah ayat Al Qur’an menyebutkan kalimat: “wajilat qulubuhum” hati mereka bergetar. “waidza tuliyat ‘alaihim ayatuhu, zaadathum imaana”, kemudian jika dibacakan ayat-ayat (al qur’an) bertambahlah keimanan mereka. Dengan demikian, adakah hubungan yang signifikan antara getaran hati dengan rasa keberagamaan seseorang ?

 

 

Boleh jadi, rasa beragama merupakan citra yang didapat hasil dari bergumulnya keagamaan seseorang dalam kesehariannya. Namanya rasa, ada rasa manis, pahit, asem atau getir. Nah, karena agama bersifat meruhani tentu saja rasa ini pun sifatnya ruhani. Ternyata, jika dirunut-runut, rasa beragama ini bermula dari getaran hati karena reaksi pada dzikir kepada Allah. Misalnya pada ayat di atas, “jika mengingat akan Allah, hatinya bergetar”

 

Sebagai contoh kecil, misalnya pengalaman yang mungkin menimpa saya, Anda, teman saya atau siapapun. Pernah suatu ketika saat hendak mengerjakan shalat ashar namun waktu sudah mendekati finish (maghrib). Ketika mendengar atau melihat jam sudah setengah enam, saat itu, di musholla/Masjid terdengar pengajian menjelang maghrib. Kondisi di jalanan tengah macet luar biasa. Lalu dipaksakanlah mampir di masjid untuk segera mengerjakan shalat karena khawatir tidak kebagian waktu.

 

Meskipun mengerjakan shalat ashar itu menjelang maghrib, maka konon, siapaupun orang ini dalam hatinya masih mampu bergetar. Padahal itu hasil mendengarkan pengajian dari speaker atau saat melihat jam tangan.

 

Bayangkan jika tidak ada getaran dalam hatinya, jangankan mendengarkan suara pengajian, mendengar adzan saat waktu shalat tiba saja mungkin tidak akan memperdulikannya. Apalagi menjelang waktu shalat hampir selesai. Kadang terdengar ungkapan: “Masa bodoh ah!”, “baju saya kotor” atau ungkapan “nanti saja lah shalatnya” dan seterusnya. Tuhanlah yang mengetahui getaran sehalus apapun yang dipancarkan oleh Hati manusia. Inaallaha alimun bidzatissuduur (Allah mengetahui getaran yang dihasilkan oleh hati manusia).

 

Nabi saw, adalah contoh yang paling hebat getaran hatinya. Diceritakan dalam berbagai versi hadits dimana Rasulullah saw shalat malam hingga menjelang subuh. Dengan rakaat yang panjang-panjang dan seringkali menangis. Hingga pada saat hampir masuk waktu subuh, sahabat Bilal bertanya: “Ya Rasulullah, mengapa Anda menangis bukankah Anda orang yang dijamin Allah masuk syurga.” Lalu Rasulullah saw menjawab: “Aku belum menjadi hamba yang bersyukur”.

 

Shabahat Ali kw, saat mendengarkan adzan berkumandang, muka beliau pucat karena akan menghadap Allah SWT. Kemudian cucunya, Ali Zainal Abidin, saat setelah berwudlu, mukanya pucat sekali. “Mengapa tuan mukanya, pucat?” tanya seseorang. “Bukankah kita akan menghadap Allah SWT (shalat).” Jawab beliau.

 

Energi Getaran
Apa jadinya dunia, kalau tidak ada getaran. Bunyi-bunyian adalah produk dari getaran yang simultan. Semakin lemah getaran, semakin longgar frekuensi getarannya. Semain keras getaran, semakin rapat frekuensinya. Maka kita berterima kasih kepada Michael Hertz yang mampu membuat teori getaran sehingga para pakar gelombang suara mampu menghasilkan berbagai temuannya.

 

Konon, energi terpancar melalui getaran. Manfaatnya dapat memberikan tenaga gerak pada segala sesuatu. Misalnya matahari sebagai sumber energi. Getaran hasil reaksi fusi di dalam matahari mampu memancarkan foton-foton yang membentuk cahaya. Lalu ia mampu menumbuhkan tanaman. Kemudian daun-daun hijau (klorofil) menghasilkan oksigen. Gerakan oksigen yang terpancar di udara inipun kemudian dimanfaatkan manusia dan mesin-mesin untuk bernafas sehingga menggerakan energi berikutnya.

 

Getaran Listrik juga demikian. Gaya gerak listik (GGL) yang tercipta dari hasil fluktuasi magnet pada generator menghasilkan ion positif dan negatif. Dari keduanya kemudian mengalir dengan deras ke selang-selang kabel sehingga mampu menghidupi mesin-mesin listrik dan lampu-lampu. Sehingga dunia menjadi ramai dan memakmurkan penduduk bumi.

 

Bunyi-bunyian tercipta dari getaran. Suara yang keluarkan mulut seseorang, dihasilkan dari getaran pita suara. Lalu digerakkan lagi oleh genderang telinga sehingga dimengerti. Sedangkan suara yang dipancarkan dari audio stereo digetarkan oleh membrane yang terdapat dalam speaker dan digetarkan ke udara lewat oleh foton dan ditangkap lagi oleh genderang telinga yang bergetar. Sehinggalah dari getaran ini pula semua kata/lagu dimengerti.

 

Keimanan (rasa beragama) juga timbul dari getaran. Getaran ini mirip gelombang sinus istilah Nabi saw: kadang yazid kadang yankus ( naik turun). Namun demikian seperti contoh di atas, orang masih ada keimanannya (rasa keberagamaanya) saat waktu kritis pun masih maumengerjakan misalnya shalat. Getaran sosial pun juga. Ketika melihat ada tetangga membutuhkan, ia tergerak untuk membantu tanpa ingin dipuji atau semisalnya. Bagi pemimpin yang bergetara rasa keagamaanya, ia tidak mau sedikitpun untuk korupsi dan lain-lain.

 

Akhirnya, getaran frekuensi merupakan gejala alam (sunnatullah) ini berlaku kepada alam makrokosmos. Demikian pula alam mikrokosmos seperti atom. Di dalamnya terdapat elektron yang senantiasa bergetar tiada henti. Alam jiwa seperti hati yang kita miliki juga terus-menerus bergetar getarannya mampu mencapai Arasy… Wallahu a’lam.

Hati yang Bergetar

Hati yang Bergetar

Posted by Unknown  |  at  8:20 AM

Getaran hati tak sependek gambar ini.. Oleh: Muhamad Kurtubi
Dalam sebuah ayat Al Qur’an menyebutkan kalimat: “wajilat qulubuhum” hati mereka bergetar. “waidza tuliyat ‘alaihim ayatuhu, zaadathum imaana”, kemudian jika dibacakan ayat-ayat (al qur’an) bertambahlah keimanan mereka. Dengan demikian, adakah hubungan yang signifikan antara getaran hati dengan rasa keberagamaan seseorang ?

 

 

Boleh jadi, rasa beragama merupakan citra yang didapat hasil dari bergumulnya keagamaan seseorang dalam kesehariannya. Namanya rasa, ada rasa manis, pahit, asem atau getir. Nah, karena agama bersifat meruhani tentu saja rasa ini pun sifatnya ruhani. Ternyata, jika dirunut-runut, rasa beragama ini bermula dari getaran hati karena reaksi pada dzikir kepada Allah. Misalnya pada ayat di atas, “jika mengingat akan Allah, hatinya bergetar”

 

Sebagai contoh kecil, misalnya pengalaman yang mungkin menimpa saya, Anda, teman saya atau siapapun. Pernah suatu ketika saat hendak mengerjakan shalat ashar namun waktu sudah mendekati finish (maghrib). Ketika mendengar atau melihat jam sudah setengah enam, saat itu, di musholla/Masjid terdengar pengajian menjelang maghrib. Kondisi di jalanan tengah macet luar biasa. Lalu dipaksakanlah mampir di masjid untuk segera mengerjakan shalat karena khawatir tidak kebagian waktu.

 

Meskipun mengerjakan shalat ashar itu menjelang maghrib, maka konon, siapaupun orang ini dalam hatinya masih mampu bergetar. Padahal itu hasil mendengarkan pengajian dari speaker atau saat melihat jam tangan.

 

Bayangkan jika tidak ada getaran dalam hatinya, jangankan mendengarkan suara pengajian, mendengar adzan saat waktu shalat tiba saja mungkin tidak akan memperdulikannya. Apalagi menjelang waktu shalat hampir selesai. Kadang terdengar ungkapan: “Masa bodoh ah!”, “baju saya kotor” atau ungkapan “nanti saja lah shalatnya” dan seterusnya. Tuhanlah yang mengetahui getaran sehalus apapun yang dipancarkan oleh Hati manusia. Inaallaha alimun bidzatissuduur (Allah mengetahui getaran yang dihasilkan oleh hati manusia).

 

Nabi saw, adalah contoh yang paling hebat getaran hatinya. Diceritakan dalam berbagai versi hadits dimana Rasulullah saw shalat malam hingga menjelang subuh. Dengan rakaat yang panjang-panjang dan seringkali menangis. Hingga pada saat hampir masuk waktu subuh, sahabat Bilal bertanya: “Ya Rasulullah, mengapa Anda menangis bukankah Anda orang yang dijamin Allah masuk syurga.” Lalu Rasulullah saw menjawab: “Aku belum menjadi hamba yang bersyukur”.

 

Shabahat Ali kw, saat mendengarkan adzan berkumandang, muka beliau pucat karena akan menghadap Allah SWT. Kemudian cucunya, Ali Zainal Abidin, saat setelah berwudlu, mukanya pucat sekali. “Mengapa tuan mukanya, pucat?” tanya seseorang. “Bukankah kita akan menghadap Allah SWT (shalat).” Jawab beliau.

 

Energi Getaran
Apa jadinya dunia, kalau tidak ada getaran. Bunyi-bunyian adalah produk dari getaran yang simultan. Semakin lemah getaran, semakin longgar frekuensi getarannya. Semain keras getaran, semakin rapat frekuensinya. Maka kita berterima kasih kepada Michael Hertz yang mampu membuat teori getaran sehingga para pakar gelombang suara mampu menghasilkan berbagai temuannya.

 

Konon, energi terpancar melalui getaran. Manfaatnya dapat memberikan tenaga gerak pada segala sesuatu. Misalnya matahari sebagai sumber energi. Getaran hasil reaksi fusi di dalam matahari mampu memancarkan foton-foton yang membentuk cahaya. Lalu ia mampu menumbuhkan tanaman. Kemudian daun-daun hijau (klorofil) menghasilkan oksigen. Gerakan oksigen yang terpancar di udara inipun kemudian dimanfaatkan manusia dan mesin-mesin untuk bernafas sehingga menggerakan energi berikutnya.

 

Getaran Listrik juga demikian. Gaya gerak listik (GGL) yang tercipta dari hasil fluktuasi magnet pada generator menghasilkan ion positif dan negatif. Dari keduanya kemudian mengalir dengan deras ke selang-selang kabel sehingga mampu menghidupi mesin-mesin listrik dan lampu-lampu. Sehingga dunia menjadi ramai dan memakmurkan penduduk bumi.

 

Bunyi-bunyian tercipta dari getaran. Suara yang keluarkan mulut seseorang, dihasilkan dari getaran pita suara. Lalu digerakkan lagi oleh genderang telinga sehingga dimengerti. Sedangkan suara yang dipancarkan dari audio stereo digetarkan oleh membrane yang terdapat dalam speaker dan digetarkan ke udara lewat oleh foton dan ditangkap lagi oleh genderang telinga yang bergetar. Sehinggalah dari getaran ini pula semua kata/lagu dimengerti.

 

Keimanan (rasa beragama) juga timbul dari getaran. Getaran ini mirip gelombang sinus istilah Nabi saw: kadang yazid kadang yankus ( naik turun). Namun demikian seperti contoh di atas, orang masih ada keimanannya (rasa keberagamaanya) saat waktu kritis pun masih maumengerjakan misalnya shalat. Getaran sosial pun juga. Ketika melihat ada tetangga membutuhkan, ia tergerak untuk membantu tanpa ingin dipuji atau semisalnya. Bagi pemimpin yang bergetara rasa keagamaanya, ia tidak mau sedikitpun untuk korupsi dan lain-lain.

 

Akhirnya, getaran frekuensi merupakan gejala alam (sunnatullah) ini berlaku kepada alam makrokosmos. Demikian pula alam mikrokosmos seperti atom. Di dalamnya terdapat elektron yang senantiasa bergetar tiada henti. Alam jiwa seperti hati yang kita miliki juga terus-menerus bergetar getarannya mampu mencapai Arasy… Wallahu a’lam.

NARKOBA NO!

NARKOBA NO!

Posted by Unknown  |  at  11:47 AM

Melayang tersungging senyuman, terjerembab mengenaskan.

Narkoba NOKemarin, Selasa 26 Juni 2007 adalah Hari Narkoba se dunia yang diperingati oleh berbagai pihak (termasuk blogger) dengan bermacam-macam bentuk kegiatan. Peringatan tersebut tak lain sebagai upaya pencegahan dan pemberantasan Narkoba. Persoalan Narkoba bukanlah persoalan ringan, sebaliknya persoalan besar yang mengancam kehidupan seseorang, keluarga, lingkungan bangsa dan negara bahkan umat manusia. Siapapun yang bersentuhan dengannya akan berakhir dengan penyesalan, tak jarang menyonsong maut secara mengenaskan.

 


:: :: PETAK UMPET :: ::
Perburuan terhadap Narkoba, baik itu pengguna, pengedar, produsen ataupun jaringannya yang mendunia ibarat bermain kucing-kucingan.
Ditangkap satu muncul lainnya, diberantas sebuah jaringan muncul jaringan lainnya. Lingkaran tersebut seolah tak pernah putus, malahan cenderung meluas hingga pelosok desa. Sungguh mengerikan.
Narkoba nampaknya sudah menjadi semacam komuditas menggiurkan. Konon menjanjikan kekayaan instan nan melimpah bagi para pelaku yang terlibat di dalamnya. Tak heran jika mereka rela menanamkan modal di ranah tersebut, kejar-kejaran dengan penegak hukum, main petak umpet menyongsong maut.

:: :: BALADA PENGGUNA :: ::
Bagi pengguna Narkoba, sensasi buaian sesaat yang ditimbulkan akan mendorong untuk memakainya lagi. Lagi. lagi. lagi dan makin lama makin sering dengan ukuran yang makin banyak demi mimpi. Ini pula yang ikut berperan makin merajalelanya Narkoba. Maka, makin lengkaplah ancaman Narkoba.

Berawal dari coba-coba, ajakan teman, paksaan, taburan dalam minuman, para pengguna Narkoba diberikan mimpi kenikmatan alam bawah sadar. Efek ketergantungan Narkoba mendorong para pengguna untuk mencarinya. Tak jarang mereka harus menjual apapun, mencuri, merampok, membunuh untuk mendapatkan narkoba demi belaian mimpi.

Salah satu lembaga pemberantasan narkoba nasional, mensinyalir bahwa pengguna narkoba di Indonesia mencapai 2-3 juta. Diperkirakan ada ribuan pengguna baru setiap tahunnya. Ini berarti, narkoba sangat mengancam kita, anak-anak kita, keluarga kita dimanapun mereka berada.
Sungguh mencemaskan.

Sebagai ilustrasi, 2 orang remaja pria anak seorang tetangga penulis di desa tetangga, meninggal dunia secara tragis di jalanan. Mereka, kakak beradik masih SLTP dan SMU. Siapa sangka, kedua remaja yang rajin beribadah, pintar di sekolah, taat pada orang tua, santun pada tetangga, mendadak linglung sepulang kegiatan sore hari, makin lama makin linglung dan berakhir tragis di jalanan.

:: :: SEKILAS TINJAUAN MEDIS :: ::
Sejarah panjang dunia kedokteran mencatat bahwa efek buruk pemakaian segala jenis narkoba ( opium, kokain, ganja, psikotropika dan zat aditif lainnya) memberikan dampak negatif bukan saja di otak dan sistem saraf melainkan juga sistem lain dalam tubuh kita.

Pada umumnya, efek-efek penggunaan narkoba berdasarkan farmakodinamika adalah sebagai berikut:

:: :: Susunan Saraf Pusat :: ::
Efek-efek pada otak dan saraf antara lain: Euforia (rasa senang berlebihan), Sedasi (mengantuk), Eksitasi (kehilangan stabilitas), halusinasi, Miosis (pupil mata menyempit), Depresi napas (kemampuan bernapas menurun, melemah dan akhirnya tidak bernapas), Mual, muntah, dan lain-lain.

:: :: Sistem Pencernaan :: ::
Efek pada sistem pencernaan antara lain: gerakan lambung berkurang, memperlambat pencernakan makanan di usus halus, pengerasan regangan (spasme) usus besar, tidak merasakan keinginan buang air besar, dan lain-lain.

:: :: Sistem Peredaran Darah dan Jantung :: ::
Efek pada sistem peredaran darah dan Jantung meliputi: tekanan darah menurun, mudah pingsan, gangguan denyut jantung, payah jantung hingga jantung berhenti berdetak.

:: :: Otot Polos :: ::
Pengaruh pada otot polos selain pembuluh darah dan pernapasan, antara lain: rasa ingin kencing, kadang sulit kencing, memperlambat masa persalinan, dan lain-lain.

:: :: Kulit dan Metabolisme :: ::
Efek-efek pada kulit antara lain: kulit memerah dan terasa panas karena pelebaran pembuluh darah di kulit. Sedangkan efek pada metabolisme mengakibatkan penurunan suhu tubuh dan proses metabolisme melambat.

Efek-efek di atas bervariasi bergantung kepada jenis Narkoba, jumlah ( dosis) yang dipakai dan frekuensi pemakaian. Pun demikian, penulis sengaja tidak merinci cara kerja maupun efek negatif masing-masing jenis narkoba. Gambaran singkat aspek medis tentang efek buruk penggunaan narkoba di atas setidaknya menyadarkan kembali bahwa narkoba mengancam sendi-sendi kehidupan kita.

:: :: Ketergantungan :: ::
Efek lain yang tak kalah penting adalah timbulnya habituasi ( perubahan emosi sehingga makin ketagihan), ketergantungan fisik dan psikis yang dapat menimbulkan siksaan luar biasa bagi para pengguna.

Penghentian mendadak dapat menimbulkan Gejala Putus Obat (abstensia) yang ditandai dengan rasa sakit, gelisah, tak terkontrol, gemetaran, keluar air mata (lakrimasi), berkeringat, mual, pupil mata melebar (midriasis), demam, napas makin cepat, denyut jantung meningkat, dan lain-lain. Kondisi ini mengakibatkan kekurangan cairan dan sangat membahayakan karena dapat menimbulkan kematian.

:: :: RENUNGAN :: ::
Mengingat begitu besar efek negatif pemakaian Narkoba, maka kita wajib mencegah penyebarannya secara bersama-sama. Gerakan ini dapat dimulai di rumah, di sekolah dan dimanapun kita berada melalui pengawasan, penyuluhan dan kegiatan lain untuk memerangi Narkoba.
Jangan berikan tempat sedikitpun untuk Narkoba.
Mari kita bersama-sama mencegah dan memberantasnya.

NARKOBA: NO

Bacaan:

  • Bahaya Narkoba, M. Arief Hakim, 2004
  • Farmakologi dan Terapi, FKUI, edisi 4, 2001.

Kepada saudara-saudara yang sedang menjalani Rehabilitasi, semoga segera sembuh

:: :: memperingati Hari Narkoba :: ::

NARKOBA NO!

NARKOBA NO!

Posted by Unknown  |  at  11:47 AM

Melayang tersungging senyuman, terjerembab mengenaskan.

Narkoba NOKemarin, Selasa 26 Juni 2007 adalah Hari Narkoba se dunia yang diperingati oleh berbagai pihak (termasuk blogger) dengan bermacam-macam bentuk kegiatan. Peringatan tersebut tak lain sebagai upaya pencegahan dan pemberantasan Narkoba. Persoalan Narkoba bukanlah persoalan ringan, sebaliknya persoalan besar yang mengancam kehidupan seseorang, keluarga, lingkungan bangsa dan negara bahkan umat manusia. Siapapun yang bersentuhan dengannya akan berakhir dengan penyesalan, tak jarang menyonsong maut secara mengenaskan.

 


:: :: PETAK UMPET :: ::
Perburuan terhadap Narkoba, baik itu pengguna, pengedar, produsen ataupun jaringannya yang mendunia ibarat bermain kucing-kucingan.
Ditangkap satu muncul lainnya, diberantas sebuah jaringan muncul jaringan lainnya. Lingkaran tersebut seolah tak pernah putus, malahan cenderung meluas hingga pelosok desa. Sungguh mengerikan.
Narkoba nampaknya sudah menjadi semacam komuditas menggiurkan. Konon menjanjikan kekayaan instan nan melimpah bagi para pelaku yang terlibat di dalamnya. Tak heran jika mereka rela menanamkan modal di ranah tersebut, kejar-kejaran dengan penegak hukum, main petak umpet menyongsong maut.

:: :: BALADA PENGGUNA :: ::
Bagi pengguna Narkoba, sensasi buaian sesaat yang ditimbulkan akan mendorong untuk memakainya lagi. Lagi. lagi. lagi dan makin lama makin sering dengan ukuran yang makin banyak demi mimpi. Ini pula yang ikut berperan makin merajalelanya Narkoba. Maka, makin lengkaplah ancaman Narkoba.

Berawal dari coba-coba, ajakan teman, paksaan, taburan dalam minuman, para pengguna Narkoba diberikan mimpi kenikmatan alam bawah sadar. Efek ketergantungan Narkoba mendorong para pengguna untuk mencarinya. Tak jarang mereka harus menjual apapun, mencuri, merampok, membunuh untuk mendapatkan narkoba demi belaian mimpi.

Salah satu lembaga pemberantasan narkoba nasional, mensinyalir bahwa pengguna narkoba di Indonesia mencapai 2-3 juta. Diperkirakan ada ribuan pengguna baru setiap tahunnya. Ini berarti, narkoba sangat mengancam kita, anak-anak kita, keluarga kita dimanapun mereka berada.
Sungguh mencemaskan.

Sebagai ilustrasi, 2 orang remaja pria anak seorang tetangga penulis di desa tetangga, meninggal dunia secara tragis di jalanan. Mereka, kakak beradik masih SLTP dan SMU. Siapa sangka, kedua remaja yang rajin beribadah, pintar di sekolah, taat pada orang tua, santun pada tetangga, mendadak linglung sepulang kegiatan sore hari, makin lama makin linglung dan berakhir tragis di jalanan.

:: :: SEKILAS TINJAUAN MEDIS :: ::
Sejarah panjang dunia kedokteran mencatat bahwa efek buruk pemakaian segala jenis narkoba ( opium, kokain, ganja, psikotropika dan zat aditif lainnya) memberikan dampak negatif bukan saja di otak dan sistem saraf melainkan juga sistem lain dalam tubuh kita.

Pada umumnya, efek-efek penggunaan narkoba berdasarkan farmakodinamika adalah sebagai berikut:

:: :: Susunan Saraf Pusat :: ::
Efek-efek pada otak dan saraf antara lain: Euforia (rasa senang berlebihan), Sedasi (mengantuk), Eksitasi (kehilangan stabilitas), halusinasi, Miosis (pupil mata menyempit), Depresi napas (kemampuan bernapas menurun, melemah dan akhirnya tidak bernapas), Mual, muntah, dan lain-lain.

:: :: Sistem Pencernaan :: ::
Efek pada sistem pencernaan antara lain: gerakan lambung berkurang, memperlambat pencernakan makanan di usus halus, pengerasan regangan (spasme) usus besar, tidak merasakan keinginan buang air besar, dan lain-lain.

:: :: Sistem Peredaran Darah dan Jantung :: ::
Efek pada sistem peredaran darah dan Jantung meliputi: tekanan darah menurun, mudah pingsan, gangguan denyut jantung, payah jantung hingga jantung berhenti berdetak.

:: :: Otot Polos :: ::
Pengaruh pada otot polos selain pembuluh darah dan pernapasan, antara lain: rasa ingin kencing, kadang sulit kencing, memperlambat masa persalinan, dan lain-lain.

:: :: Kulit dan Metabolisme :: ::
Efek-efek pada kulit antara lain: kulit memerah dan terasa panas karena pelebaran pembuluh darah di kulit. Sedangkan efek pada metabolisme mengakibatkan penurunan suhu tubuh dan proses metabolisme melambat.

Efek-efek di atas bervariasi bergantung kepada jenis Narkoba, jumlah ( dosis) yang dipakai dan frekuensi pemakaian. Pun demikian, penulis sengaja tidak merinci cara kerja maupun efek negatif masing-masing jenis narkoba. Gambaran singkat aspek medis tentang efek buruk penggunaan narkoba di atas setidaknya menyadarkan kembali bahwa narkoba mengancam sendi-sendi kehidupan kita.

:: :: Ketergantungan :: ::
Efek lain yang tak kalah penting adalah timbulnya habituasi ( perubahan emosi sehingga makin ketagihan), ketergantungan fisik dan psikis yang dapat menimbulkan siksaan luar biasa bagi para pengguna.

Penghentian mendadak dapat menimbulkan Gejala Putus Obat (abstensia) yang ditandai dengan rasa sakit, gelisah, tak terkontrol, gemetaran, keluar air mata (lakrimasi), berkeringat, mual, pupil mata melebar (midriasis), demam, napas makin cepat, denyut jantung meningkat, dan lain-lain. Kondisi ini mengakibatkan kekurangan cairan dan sangat membahayakan karena dapat menimbulkan kematian.

:: :: RENUNGAN :: ::
Mengingat begitu besar efek negatif pemakaian Narkoba, maka kita wajib mencegah penyebarannya secara bersama-sama. Gerakan ini dapat dimulai di rumah, di sekolah dan dimanapun kita berada melalui pengawasan, penyuluhan dan kegiatan lain untuk memerangi Narkoba.
Jangan berikan tempat sedikitpun untuk Narkoba.
Mari kita bersama-sama mencegah dan memberantasnya.

NARKOBA: NO

Bacaan:

  • Bahaya Narkoba, M. Arief Hakim, 2004
  • Farmakologi dan Terapi, FKUI, edisi 4, 2001.

Kepada saudara-saudara yang sedang menjalani Rehabilitasi, semoga segera sembuh

:: :: memperingati Hari Narkoba :: ::

Copyright © 2013 Blog Backup Buntet Pesantren. WP Theme-junkie converted by BloggerTheme9
Blogger template. Proudly Powered by Blogger.
back to top