FPI Diam, KLI Angkat Bicara

FPI Diam, KLI Angkat Bicara

Posted by Unknown  |  at  9:04 AM

KLIKasus pemukulan Kyai NU dari pesantren Cirebon, KH. Maman Imanulhak, dan beberapa orang lainnya yang terjadi kemarin di Monas, membawa luka dalam di hati umat Islam khususnya di Cirebon.  Menurut Komandan Komando Laskar Islam (KLI) Kyai itu adalah kyai Palsu karena membela Ahmadiyah. Sayangnya, pihak FPI masih diam tetapi KLI lah yang merasa sebagai pihak yang bertanggung jawab atas insiden kemarin. Bahkan Munarman merasa benar atas tindakannya.

Hal itu diungkapkan di hadapan pers tadi pagi terkait kasus kemarin. Ia mengklarifikasi dan mengoreksi pemberitaan hari ini yang menyatakan bahwa penyerangan dilakukan oleh Front Pembela Islam (FPI). Dalam pengakuannya kepada Kompas hari ini, Munarman berkeyakinan bahwa yang meyerang adalah anggota KLI bukan FPI.

"Saya membuka berita-berita hari ini, ada akurasi yang sangat parah yang menyatakan bahwa FPI yang menyerbu. Hari ini, saya katakan bahwa yang kemarin mendatangi Monas adalah Komando Laskar Islam, yang merupakan gabungan dari laskar-laskar seluruh Indonesia. Perlu ditegaskan bahwa aksi kemarin merespon undangan terbuka dan untuk mengamankan aksi tolak kenaikan harga BBM. Sementara, aksi yang mereka lakukan (AKKBB) itu memang untuk menyatakan dukungan kepada Ahmadiyah, bukan untuk peringatan hari Pancasila," ungkap Munarman kepada para wartawan di Markas FPI, kawasan Petamburan, Jakarta Pusat, Senin (2/6) siang ini.

Dalam jumpa itu, sebelum memulai dimulai, KLI memutar sebuah video yang memperlihatkan seorang peserta aksi mengeluarkan senjata api.  "Yang menggunakan pita merah itu adalah massa AKKBB. Kalau memang mereka aksi damai, untuk apa bawa senjata api. Kami juga mengklarifikasi pernyataan yang menyatakan bahwa kami menganiaya wanita, anak-anak dan orang cacat. Itu sama sekali tidak benar, fitnah belaka!," ujarnya.

Tiba-tiba Munarman memanggil anak kecil yang tertangkap kamera, berada di salah satu sudut dinding dan menangis. Bocah itu ternyata anak dari salah satu anggota KLI, Tubagus Sidik. "Aksi AKKBB adalah bentuk provokasi untuk menantang Islam. Pendukung Ahmadiyah telah dengan sengaja melibatkan orang-orang non-Islam yang tidak sepatutnya ikut campur dalam urusan umat Islam terkait Ahmadiyah, sehingga berpotensi untuk memperluas konflik antarumat beragama," lanjut dia di hadapan wartawan.

Bahkan Munawarman tidak gentar seandainya dilaporkan kepada Mabes Polri atas insiden tersebut, Munarman menyatakan tak gentar. Teriakan "Allahu Akbar" digemakan. "Kalau ada yang ganggu laskar saya, satu orang pun silahkan berhadapan dengan saya, saya tidak takut. Saya sediakan diri saya untuk ditangkap, dengan catatan bubarkan dulu Ahmadiyah," katanya dengan berapi-api.
 
Tangkap Saya!
Komandan Laskar Islam menyatakan bahwa aksi semula kemarin adalah untuk menentang kenaikan BBM namun menurutnya, "Kami tahu aksi itu untuk mendukung Ahmadiyah, bahkan ada spanduk menolak SKB Ahmadiyah, dan ada orasi yang memancing, maka merekalah yang sesungguhnya harus bertanggungjawab," ujarnya seperti dikutip Kompas. 
 
Karenanya Munarman menegaskan, dirinya tidak rela jika ada anggotanya yang ditangkap akibat insiden Monas. "Silahkan tangkap saya, saya sudah terbiasa menghadapi mereka yang menangkap. Karena selama ini sering mengurusi orang-orang yang ditangkap," ujarnya yang menegaskan lagi siap ditangkap oleh aparat, tapi bubarkan dulu Ahmadiyah.
 
Yenny Meminta Klarifikasi
Terkait tuduhan senjata api Sekjen PKB Yenny Wahid membatah bahwa tak mungkin anggota AKKBB membawa senpi seperti diutarakan juru bicara Komando Laskar Islam, Munarman. Kata Yenny.

Jika memang ada, Munarman sebaiknya melaporkan saja ke polisi.  "Laporkan saja ke polisi. Kalau diserahkan ke kita, kita akan serahkan itu ke polisi," kata Yenny di Wahid Institute, Jl Tambak, Menteng, Jakarta, Senin (2/6/2008) kutip detiknews hari ini. (Kurt)

FPI Diam, KLI Angkat Bicara

FPI Diam, KLI Angkat Bicara

Posted by Unknown  |  at  9:04 AM

KLIKasus pemukulan Kyai NU dari pesantren Cirebon, KH. Maman Imanulhak, dan beberapa orang lainnya yang terjadi kemarin di Monas, membawa luka dalam di hati umat Islam khususnya di Cirebon.  Menurut Komandan Komando Laskar Islam (KLI) Kyai itu adalah kyai Palsu karena membela Ahmadiyah. Sayangnya, pihak FPI masih diam tetapi KLI lah yang merasa sebagai pihak yang bertanggung jawab atas insiden kemarin. Bahkan Munarman merasa benar atas tindakannya.

Hal itu diungkapkan di hadapan pers tadi pagi terkait kasus kemarin. Ia mengklarifikasi dan mengoreksi pemberitaan hari ini yang menyatakan bahwa penyerangan dilakukan oleh Front Pembela Islam (FPI). Dalam pengakuannya kepada Kompas hari ini, Munarman berkeyakinan bahwa yang meyerang adalah anggota KLI bukan FPI.

"Saya membuka berita-berita hari ini, ada akurasi yang sangat parah yang menyatakan bahwa FPI yang menyerbu. Hari ini, saya katakan bahwa yang kemarin mendatangi Monas adalah Komando Laskar Islam, yang merupakan gabungan dari laskar-laskar seluruh Indonesia. Perlu ditegaskan bahwa aksi kemarin merespon undangan terbuka dan untuk mengamankan aksi tolak kenaikan harga BBM. Sementara, aksi yang mereka lakukan (AKKBB) itu memang untuk menyatakan dukungan kepada Ahmadiyah, bukan untuk peringatan hari Pancasila," ungkap Munarman kepada para wartawan di Markas FPI, kawasan Petamburan, Jakarta Pusat, Senin (2/6) siang ini.

Dalam jumpa itu, sebelum memulai dimulai, KLI memutar sebuah video yang memperlihatkan seorang peserta aksi mengeluarkan senjata api.  "Yang menggunakan pita merah itu adalah massa AKKBB. Kalau memang mereka aksi damai, untuk apa bawa senjata api. Kami juga mengklarifikasi pernyataan yang menyatakan bahwa kami menganiaya wanita, anak-anak dan orang cacat. Itu sama sekali tidak benar, fitnah belaka!," ujarnya.

Tiba-tiba Munarman memanggil anak kecil yang tertangkap kamera, berada di salah satu sudut dinding dan menangis. Bocah itu ternyata anak dari salah satu anggota KLI, Tubagus Sidik. "Aksi AKKBB adalah bentuk provokasi untuk menantang Islam. Pendukung Ahmadiyah telah dengan sengaja melibatkan orang-orang non-Islam yang tidak sepatutnya ikut campur dalam urusan umat Islam terkait Ahmadiyah, sehingga berpotensi untuk memperluas konflik antarumat beragama," lanjut dia di hadapan wartawan.

Bahkan Munawarman tidak gentar seandainya dilaporkan kepada Mabes Polri atas insiden tersebut, Munarman menyatakan tak gentar. Teriakan "Allahu Akbar" digemakan. "Kalau ada yang ganggu laskar saya, satu orang pun silahkan berhadapan dengan saya, saya tidak takut. Saya sediakan diri saya untuk ditangkap, dengan catatan bubarkan dulu Ahmadiyah," katanya dengan berapi-api.
 
Tangkap Saya!
Komandan Laskar Islam menyatakan bahwa aksi semula kemarin adalah untuk menentang kenaikan BBM namun menurutnya, "Kami tahu aksi itu untuk mendukung Ahmadiyah, bahkan ada spanduk menolak SKB Ahmadiyah, dan ada orasi yang memancing, maka merekalah yang sesungguhnya harus bertanggungjawab," ujarnya seperti dikutip Kompas. 
 
Karenanya Munarman menegaskan, dirinya tidak rela jika ada anggotanya yang ditangkap akibat insiden Monas. "Silahkan tangkap saya, saya sudah terbiasa menghadapi mereka yang menangkap. Karena selama ini sering mengurusi orang-orang yang ditangkap," ujarnya yang menegaskan lagi siap ditangkap oleh aparat, tapi bubarkan dulu Ahmadiyah.
 
Yenny Meminta Klarifikasi
Terkait tuduhan senjata api Sekjen PKB Yenny Wahid membatah bahwa tak mungkin anggota AKKBB membawa senpi seperti diutarakan juru bicara Komando Laskar Islam, Munarman. Kata Yenny.

Jika memang ada, Munarman sebaiknya melaporkan saja ke polisi.  "Laporkan saja ke polisi. Kalau diserahkan ke kita, kita akan serahkan itu ke polisi," kata Yenny di Wahid Institute, Jl Tambak, Menteng, Jakarta, Senin (2/6/2008) kutip detiknews hari ini. (Kurt)

HARLAH PANCASILA DIKADOI KEKERASAN

HARLAH PANCASILA DIKADOI KEKERASAN

Posted by Unknown  |  at  12:35 PM

Oleh: Redaksi
garuda_pancasila.jpgMinggu ini tepat 1 Juni 2008, kawasan silang Monas Jakarta terjadi keceriaan karena memperingati hari lahir Pancasila. Sebuah dasar negara hasil dari perjuangan para orang tua kita untuk mempertahankan keragaman dan perbedaan negara Indonesia. Namun sungguh keberagaman itu tidak selamanya memberikan kedamaian untuk kita. Ada pihak-pihak lain yang tidak setuju dengan keberagaman itu sendiri.


"Kami sangat prihatin dengan peristiwa kekerasan yang terjadi di Monas. Ketika kita sebagai bangsa merayakan hari lahirnya Pancasila yang mengayomi seluruh keanekaragaman masyarakat Indonesia, apakah itu keragaman suku, agama, ras, eh kadonya malah kekerasan.  Kami mengutuk semua bentuk kekerasan apalagi jika itu dilakukan karena perbedaan keyakinan," ujar Ketua DPP Partai Kebangkitan Bangsa, Hermawi Taslim, seperti dikutip  Kompas online sore tadi (1/6).

 

Peristiwa itu terjadi saat sejumlah massa yang mengenakan atribut Front Pembela Islam (FPI),  melakukan penyerangan terhadap massa Aliansi Kebangsaan dan Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB) di Lapangan Monas Jakarta.


Ketika massa AKKBB tiba di lokasi dan hendak melakukan orasi dalam rangka peringatan hari lahir Pancasila,  tiba-tiba serombongan orang melakukan pemukulan. Beberapa massa penyerang itu membawa tongkat bambu.

 

Menurut catatan Kompas beberapa nama yang menjadi korban kekerasan adalah Direktur Eksekutif International Centre for Islam and Pluralism (ICIP) Syafii Anwar, Direktur Eksekutif Wahid Institute Ahmad Suaedy, dan Kyai Maman Imanulhaq dari Pesantren Amizan, Majalengka.


10 Orang Terluka
"Kami baru berkumpul tiba-tiba diserang massa yang membawa tongkat bambu" Kata Syafii Anwar yang mengaku terkena pukulan tongkat bambu di kepala, pelipis, tengkuk, punggung dan tangannya. Ia mengaku saat kepala terkena pukulan, iapun sampai limbung dan hampir jatuh, namun saya bisa bangkit dan menyingki, kilahnya.

 

Syafii menambahkan, saat kami baru berkumpul dan sama sekali belum melakukan orasi. "Kami sedang berjalan menuju panggung di halaman monas," ujarnya.

 

Sedangkan Suaedy, Direktur Eksekutif Wahid Institute  mengatakan, ketika sedang berjalan bersama istri, orang-orang tua dan ada yang menggunakan kursi roda, tiba-tiba diserbu. "Saya tidak lari, karena ada istri saya yang harus saya lindungi. Saya dipukul dengan tongkat bambu dan tangan," ujar Suaedy yang kembali mengutuk aksi kekerasan dengan mengatasnamakan Islam. "Kembalilah ke jalan Islam yang damai," ujarnya.


gusdur.jpgGus Dur Kunjungi Korban
Reaksi balik ditunjukkan Gus Dur kepada para penyerang. Gus Dur sebagai Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), sore ini, Minggu (1/6), mengunjungi para korban kekerasan bersama Ketua Umum DPP PKB MLB Parung Ali Masykur Musa dan Ketua DPP PKB Hermawi Taslim. "Iya betul, sore ini kami sedang keliling. Kami mengunjungi RSPAD (Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat) dan Mitra Keluarga (Jatinegara)," ujar Hermawi Taslim yang dihubungi Kompas.com, sore ini.

Guntur Romli, wartawan Radio 68H juga jadi sasaran kekerasan. Ia dirawat di RSPAD. Dalam pantuan Kompas, Gus Dur juga menjenguk wartawan Radio 68H ini, yang mengalami lebam di mata dan pendarahan di hidungnya. Sementara, di RS Mitra Keluarga, Gus Dur menemui Kyai Maman Imanulhaq dari Pesantren Amizan, Majalengka. "Kyai Maman dagunya terluka, kepala belakang memar. Saat ini sedang di-scan," terang Hermawi.


Bahkan Gus Dur meminta agar para penyerang itu ditindak secara hukum. "Polisi harus mengambil tindakan hukum, ini bukan negara rimba. Jadi mau tidak mau tangkap orang-orang itu, jangan mentang-mentang Kapolrinya ikut membentuk FPI lantas bisa seenak-enaknya, ndak bisa," kata Gus Dur.
    
Bakan kekesalan Gus Ditunjukkan kepada perangkat negara.   "Polri harus bertindak. Tangkap semuanya bawa ke pengadilan, masa yang lain ditangkap, yang begitu dibiarkan," ujar Gus Dur lagi.

Jelas FPI harusnya dibubarkan, RIzieq ditangkap. Dalam hal ini Habib Rizieq jelas bertanggung jawab." Kata Gus Dur seperti dikutip Detik.com.  Ungkapan itu disampaikan Gus Dur saat menjenguk Guntur Romli dan Kyai maman di rUmah Sakit Mitra Internasional, Jl. Jatinegara Jakarta Timur.

 

Menurut Gus Dur, Polri harusnya segera amengambil tindakan hukum, Jika tidak, lanjut dia, berarti Polri itu melindungi FPI.

 

"Yang mendirikan FPI itu Kapolri" tuding Gus Dur saat ditanya kapolri yang mana, "Yang sekarang Dulu Wakapolda," ujar mantan Presiden RI keempat ini.

Gus Dur menjelaskan dalam ketentuan undang-undang, orang yang membawa senjataitu melanggar hukum. Karenanya menruut beliau, siapa yang berbuat melanggar hukum, harus ditindak secara hukum.

 

"Saya tidak bisa mengambil tindakan, saya bukan aparat negara. saya hanya mengimbau, Kapolri harus segera bertidank." kata Gus Dur dengan kalem.


fpi_beringas.jpgNgamuk
Menurut penuturan Nong Darol Mahmada, Kejadian kebringasan massa itu kejadiannya sore ini. Nong menuturkan kejadian anarkis tersebut terjadi pada pukul 13.00 saat 1.500 anggota AKKBB berkumpul di Monas. Pada saat bentrokan terjadi, memang tampak minim penjagaan dari pihak kepolisian sehingga ratusan massa berpakaian FPI dapat menyerbu dengan mudah massa AKKBB yang sebagian adalah perempuan." Jelas Nong seperti ditulis Kompas.

 

"Secara cepat, anggota FPI berteriak-teriak dan mengejar menggunakan tongkat bambu. Anggota FPI serta-merta memukuli anggota AKKBB yang berasal dari berbagai kelompok masyarakat seperti Ahmadiyah dan Aliansi Pluralitas Keagamaan," jelas Nong. "Mereka datang mengacak-ngacak kami, ada mobil yang dibakar. Pas kami dipukul pakai bambu, polisi baru datang," tambahnya.

 

Kita pastinya semua berharap agar peristiwa ini tidak terulang kembali. Namun semua itu akan sulit dikendalikan manakala kebebasan untuk bertindak anarkis menjadi bagian dari massa yang merasa bebas bertindak atas nama kepercayaannya. Agama memang mengajarkan ketegasan, namaun mengatasnamakan agama sebagai bagian dari kehdupan berbangsa dan bernegara tentu tidak bisa bertindak sendiri-sendiri.

 

Kita tentu mengutuk tindakan kekerasan tersebut. Agama yang dimaknai kedamaian sungguh jauh sekali jika melihat peristiwa seperti ini.  (Kurt)

HARLAH PANCASILA DIKADOI KEKERASAN

HARLAH PANCASILA DIKADOI KEKERASAN

Posted by Unknown  |  at  12:35 PM

Oleh: Redaksi
garuda_pancasila.jpgMinggu ini tepat 1 Juni 2008, kawasan silang Monas Jakarta terjadi keceriaan karena memperingati hari lahir Pancasila. Sebuah dasar negara hasil dari perjuangan para orang tua kita untuk mempertahankan keragaman dan perbedaan negara Indonesia. Namun sungguh keberagaman itu tidak selamanya memberikan kedamaian untuk kita. Ada pihak-pihak lain yang tidak setuju dengan keberagaman itu sendiri.


"Kami sangat prihatin dengan peristiwa kekerasan yang terjadi di Monas. Ketika kita sebagai bangsa merayakan hari lahirnya Pancasila yang mengayomi seluruh keanekaragaman masyarakat Indonesia, apakah itu keragaman suku, agama, ras, eh kadonya malah kekerasan.  Kami mengutuk semua bentuk kekerasan apalagi jika itu dilakukan karena perbedaan keyakinan," ujar Ketua DPP Partai Kebangkitan Bangsa, Hermawi Taslim, seperti dikutip  Kompas online sore tadi (1/6).

 

Peristiwa itu terjadi saat sejumlah massa yang mengenakan atribut Front Pembela Islam (FPI),  melakukan penyerangan terhadap massa Aliansi Kebangsaan dan Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB) di Lapangan Monas Jakarta.


Ketika massa AKKBB tiba di lokasi dan hendak melakukan orasi dalam rangka peringatan hari lahir Pancasila,  tiba-tiba serombongan orang melakukan pemukulan. Beberapa massa penyerang itu membawa tongkat bambu.

 

Menurut catatan Kompas beberapa nama yang menjadi korban kekerasan adalah Direktur Eksekutif International Centre for Islam and Pluralism (ICIP) Syafii Anwar, Direktur Eksekutif Wahid Institute Ahmad Suaedy, dan Kyai Maman Imanulhaq dari Pesantren Amizan, Majalengka.


10 Orang Terluka
"Kami baru berkumpul tiba-tiba diserang massa yang membawa tongkat bambu" Kata Syafii Anwar yang mengaku terkena pukulan tongkat bambu di kepala, pelipis, tengkuk, punggung dan tangannya. Ia mengaku saat kepala terkena pukulan, iapun sampai limbung dan hampir jatuh, namun saya bisa bangkit dan menyingki, kilahnya.

 

Syafii menambahkan, saat kami baru berkumpul dan sama sekali belum melakukan orasi. "Kami sedang berjalan menuju panggung di halaman monas," ujarnya.

 

Sedangkan Suaedy, Direktur Eksekutif Wahid Institute  mengatakan, ketika sedang berjalan bersama istri, orang-orang tua dan ada yang menggunakan kursi roda, tiba-tiba diserbu. "Saya tidak lari, karena ada istri saya yang harus saya lindungi. Saya dipukul dengan tongkat bambu dan tangan," ujar Suaedy yang kembali mengutuk aksi kekerasan dengan mengatasnamakan Islam. "Kembalilah ke jalan Islam yang damai," ujarnya.


gusdur.jpgGus Dur Kunjungi Korban
Reaksi balik ditunjukkan Gus Dur kepada para penyerang. Gus Dur sebagai Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), sore ini, Minggu (1/6), mengunjungi para korban kekerasan bersama Ketua Umum DPP PKB MLB Parung Ali Masykur Musa dan Ketua DPP PKB Hermawi Taslim. "Iya betul, sore ini kami sedang keliling. Kami mengunjungi RSPAD (Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat) dan Mitra Keluarga (Jatinegara)," ujar Hermawi Taslim yang dihubungi Kompas.com, sore ini.

Guntur Romli, wartawan Radio 68H juga jadi sasaran kekerasan. Ia dirawat di RSPAD. Dalam pantuan Kompas, Gus Dur juga menjenguk wartawan Radio 68H ini, yang mengalami lebam di mata dan pendarahan di hidungnya. Sementara, di RS Mitra Keluarga, Gus Dur menemui Kyai Maman Imanulhaq dari Pesantren Amizan, Majalengka. "Kyai Maman dagunya terluka, kepala belakang memar. Saat ini sedang di-scan," terang Hermawi.


Bahkan Gus Dur meminta agar para penyerang itu ditindak secara hukum. "Polisi harus mengambil tindakan hukum, ini bukan negara rimba. Jadi mau tidak mau tangkap orang-orang itu, jangan mentang-mentang Kapolrinya ikut membentuk FPI lantas bisa seenak-enaknya, ndak bisa," kata Gus Dur.
    
Bakan kekesalan Gus Ditunjukkan kepada perangkat negara.   "Polri harus bertindak. Tangkap semuanya bawa ke pengadilan, masa yang lain ditangkap, yang begitu dibiarkan," ujar Gus Dur lagi.

Jelas FPI harusnya dibubarkan, RIzieq ditangkap. Dalam hal ini Habib Rizieq jelas bertanggung jawab." Kata Gus Dur seperti dikutip Detik.com.  Ungkapan itu disampaikan Gus Dur saat menjenguk Guntur Romli dan Kyai maman di rUmah Sakit Mitra Internasional, Jl. Jatinegara Jakarta Timur.

 

Menurut Gus Dur, Polri harusnya segera amengambil tindakan hukum, Jika tidak, lanjut dia, berarti Polri itu melindungi FPI.

 

"Yang mendirikan FPI itu Kapolri" tuding Gus Dur saat ditanya kapolri yang mana, "Yang sekarang Dulu Wakapolda," ujar mantan Presiden RI keempat ini.

Gus Dur menjelaskan dalam ketentuan undang-undang, orang yang membawa senjataitu melanggar hukum. Karenanya menruut beliau, siapa yang berbuat melanggar hukum, harus ditindak secara hukum.

 

"Saya tidak bisa mengambil tindakan, saya bukan aparat negara. saya hanya mengimbau, Kapolri harus segera bertidank." kata Gus Dur dengan kalem.


fpi_beringas.jpgNgamuk
Menurut penuturan Nong Darol Mahmada, Kejadian kebringasan massa itu kejadiannya sore ini. Nong menuturkan kejadian anarkis tersebut terjadi pada pukul 13.00 saat 1.500 anggota AKKBB berkumpul di Monas. Pada saat bentrokan terjadi, memang tampak minim penjagaan dari pihak kepolisian sehingga ratusan massa berpakaian FPI dapat menyerbu dengan mudah massa AKKBB yang sebagian adalah perempuan." Jelas Nong seperti ditulis Kompas.

 

"Secara cepat, anggota FPI berteriak-teriak dan mengejar menggunakan tongkat bambu. Anggota FPI serta-merta memukuli anggota AKKBB yang berasal dari berbagai kelompok masyarakat seperti Ahmadiyah dan Aliansi Pluralitas Keagamaan," jelas Nong. "Mereka datang mengacak-ngacak kami, ada mobil yang dibakar. Pas kami dipukul pakai bambu, polisi baru datang," tambahnya.

 

Kita pastinya semua berharap agar peristiwa ini tidak terulang kembali. Namun semua itu akan sulit dikendalikan manakala kebebasan untuk bertindak anarkis menjadi bagian dari massa yang merasa bebas bertindak atas nama kepercayaannya. Agama memang mengajarkan ketegasan, namaun mengatasnamakan agama sebagai bagian dari kehdupan berbangsa dan bernegara tentu tidak bisa bertindak sendiri-sendiri.

 

Kita tentu mengutuk tindakan kekerasan tersebut. Agama yang dimaknai kedamaian sungguh jauh sekali jika melihat peristiwa seperti ini.  (Kurt)

Gerbang Cinta Waliyullah

Gerbang Cinta Waliyullah

Posted by Unknown  |  at  9:58 AM

Ada cahaya yang memendar nun jauh di sana. Tak habis-habisnya mata memandang penuh pesona. Indah dan menakjubkan, hingga tiada sesaat pun melainkan sebuah klimaks dari puncak rasa kita, terkadang seperti puncak gelombang Cinta, terkadang menghempas seperti sauh-sauh kesadaran di hempas pantai, terkadang begitu jauh di luar batas harapan, padahal ia lebih dekat dari sanubari kita sendiri.
 
Tiba-tiba cahaya itu ada di depan mata hati kita. Ternyata sebuah gerbang keagungan yang dahsyat penuh kharisma. Gerbang itu seakan bicara: “Akulah gerbang para kekasih Tuhan”. Sejengkal saja kaki kita melangkah, memasuki pintu gerbang itu, seluruh kesadaran kita sirna dalam luapan gelombang cinta yang digerakkan oleh kedahsyatan angin kerinduan. Kata pertama yang berbunyi di sana adalah deretan puja dan puji:
 

“Segala puji bagi Allah yang telah meluapi lembah kalbu para wali-Nya dengan luapan Cinta kepada-Nya. Dia yang membangunkan istana khusus agar luapan arwah para kekasih-Nya itu, senantiasa menyaksikan keagungan-Nya. Dia pula yang menghamparkan padang ma’rifatullah melalui rahasia-rahasia jiwanya. Lalu kalbunya berada di sebuah taman surga. Taman itu penuh dengan lukisan-lukisan ma’rifatullah yang tiada tara. Sedangkan arwah-arwah mereka berada di Taman Malakut, tak sejenak pun arwah itu melainkan berada dalam keabadian penyucian pada-Nya. Duh, rahasia arwahnya, mendendangkan tasbih dalam tarian Lautan Jabarut-Nya.”

 

Lalu sebuah gerbang yang begitu agung dan indahnya, mengukirkan prasasti yang ditulis oleh Qalam Ruhani. “Segala Puja bagi Allah, yang telah membuka gerbang Cinta-Nya bagi para Kekasih-Nya. Lalu Dia mengurai rantai yang membelenggu jiwanya, sehingga mereka teguh dalam keharusan khidmah pada-Nya, sedangkan cahaya-cahaya-Nya melimpahi akal-akal mereka. Lalu tampak jelas, keajaiban-keajaiban kekuasaan-Nya, sedangkan kalbu-kalbu mereka terjaga dari haru biru tipudaya yang menumpah pada pesona-pesona cetak lahiriyah jagad semesta, sampai akhirnya menggapai ma’rifat paripurna.

 

Amboi, ruh-ruh mereka tersingkapkan dari kemahasucian paripurna-Nya, dan sifat-sifat keagungan-Nya. Merekalah penempuh jalan hadirat-Nya, dalam kenikmatan rahasia kedekatan dengan-Nya, melalui tarekat dahsyat rindu dendam-Nya, hingga mereka termanifestasi dalam hakikat, melalui penyaksian Ketunggalan-Nya. Mereka telah diraih dari mereka, dan Dia menyirnakan mereka dari mereka, lalu mereka ditenggelamkan dalam lautan Kemaha-Dia-an-Nya. Dia memisahkan pasukan-pasukan terpencar dalam kesatuan kitab-Nya bagi para kekasih terpilih-Nya. Lalu mereka terjaga oleh kerahasiaan jiwa melalui limpahan cahaya-cahaya, agar ia menjadi obyek manifestasi, di samping ke-Tunggal-Dirian-Nya.”

 

Kalau saja kita ingin mengenal gerbang-gerbang Kekasih Allah itu, semata bukanlah hasrat dan ambisi untuk menjadi Kekasih-Nya. Sebab, mengangkat derajat seseorang menjadi Kekasih-Nya adalah Hak Allah, dan Allah sendiri yang memberi Wilayah itu kepada hamba-Nya yang dikehendaki-Nya.

 

Sekadar berkah atas cahaya kewalian dari kekasih-kekasih-Nya itu, sesungguhnya lebih dari cukup bagi kita. Sedangkan pengetahuan kita atas dunia kewalian yang menjadi bagian dari misteri-misteri Ilahi, tidak lebih dari limpahan-limpahan Ilahi, agar kita lebih yakin kepada-Nya atas keimanan kita selama ini.

 

Para Auliya Allah adalah Ahlullah. Mereka terpencar di muka bumi sebagai “tanda-tanda” Ilahiyah, dengan jumlah tertentu, dan tugas-tugas tertentu. Di antara mereka ada yang ditampakkan karamahnya, ada pula yang tidak ditampakkan sama sekali. Oleh karena itu hamba-hamba Allah yang diberi kehebatan luar biasa, tidak sama sekali disebut Waliyullah, dan belum tentu juga yang tidak memiliki kelebihan sama sekali, tidak mendapat derajat Wali Allah. Para Auliya adalah mereka yang senantiasa mencurahkan jiwanya untuk Ubudiyah kepada Allah, dan menjauhkan jiwanya dari kemaksiatan kepada Allah.

 

Di masyarakat kita, seringkali terjebak oleh fenomena-fenomena metafisikal yang begitu dahsyat yang muncul dari seseorang. Lalu masyarakat kita mengklaim bahwa orang tersebut tergolong Waliyullah. Padahal kata seorang syekh sufi, “Jika kalian melihat seseorang bisa terbang, bisa menembus batas geografis dengan cepat, bahkan bisa menembus waktu yang berlalu dan yang akan datang, janganlah Anda anggap itu seorang Wali Allah sepanjang ia tidak mengikuti Sunnah Rasulullah SAW.“

 

Mengapa? Sebab ada ilmu-ilmu hikmah tertentu yang bisa dipelajari, agar seseorang memiliki kehebatan tertentu di luar batas ruang dan waktu, dan ironisnya ilmu demikian disebut sebagai Ilmu Karamah. Padahal karamah itu, adalah limpahan anugerah Ilahi, bukan karena usaha-usaha tertentu dari hamba Allah.

 

Karamah sendiri bukanlah syarat dari kewalian. Kalau saja muncul karamah pada diri seorang wali, semata hanyalah sebagai petunjuk atas kebenaran ibadahnya, kedudukan luhurnya, namun dengan syarat tetap berpijak pada perintah Nabi SAW. Jika tidak demikian, maka karamah hanyalah kehinaan syetan. Karena itu di antara orang-orang yang saleh ada yang mengetahui derajat kewaliannya, dan orang lain tahu. Ada pula yang tidak mengetahui derajat kewaliannya sendiri, dan orang lain pun tidak tahu. Bahkan ada orang lain yang tahu, tetapi dirinya sendiri tidak tahu.

 

Tetapi di belahan ummat Islam lain juga ada yang menolak konsep kewalian. Bahkan dengan mudah mengklaim yang disebut Auliya’ itu seakan-akan hanya derajat biasa dari derajat keimanan seseorang. Tentu saja, kelompok ini sama kelirunya dengan kelompok mereka yang menganggap seseorang, asal memiliki kehebatan, lalu disebut sebagai Waliyullah, apalagi jika orang itu dari kalangan kiai atau ulama.

 

Meluruskan pandangan Kewalian di khalayak ummat kita, memang sesuatu yang rumit. Ada ganjalan-ganjalan primordial dan psikologis, bahkan juga ganjalan intelektual.

Al-Quthub Abul Abbas al-Mursi, semoga Allah meridlainya, menegaskan dalam kitab yang ditulis oleh muridnya, Lathaiful Minan, karya Ibnu Athaillah as-Sakandari, “Waliyullah itu diliputi oleh ilmu dan ma’rifat-ma’rifat, sedangkan wilayah hakikat senantiasa disaksikan oleh mata hatinya, sehingga ketika ia memberikan nasehat seakan-akan apa yang dikatakan seperti identik dengan izin Allah. Dan harus dipahami, bagi siapa yang diizinkan Allah untuk meraih ibarat yang diucapkan, pasti akan memberikan kebaikan kepada semua makhluk, sementara isyarat-isyaratnya menjadi riasan indah bagi jiwa-jiwa makhluk itu.”

 

“Dasar utama perkara Wali itu,” kata Abul Abbas, “adalah merasa cukup bersama Allah, menerima Ilmu-Nya, dan mendapatkan pertolongan melalui musyahadah kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman: “Barangsiapa bertawakkal kepada Allah, maka Dia-lah yang mencukupinya.” (QS. ath-Thalaq: 3). “Bukankah Allah telah mencukupi hambanya?” (QS. Az-Zumar: 36). “Bukankah ia tahu, bahwa sesungguhnya Allah itu Maha Tahu?” (QS. al-‘Alaq :14). “Apakah kamu tidak cukup dengan Tuhanmu, bahwa sesungguhnya Dia itu Menyaksikan segala sesuatu?” (QS. Fushshilat: 53).

 

Syekh Agung Abdul Halim Mahmud dalam memberikan catatan khusus mengenai Lathaiful Minan karya as-Sakandari mengupas panjang lebar mengenai Kewalian ini. Hal demikian dilakukan karena, as-Sakandari menulis kitab itu memulai tentang wacana Kewalian, karena memang, buku besar itu ingin mengupas tuntas tentang biografi dua Waliyullah terbesar sepanjang zaman, yaitu Sulthanul Auliya’ Syekh Abul Hasan asy-Syadzili ra dan muridnya, Syekh Abul Abbas al-Mursi.

 

Dalam sebuah ayat yang seringkali menjadi rujukan utama dunia Kewalian adalah: “Ingatlah bahwa sesungguhnya para Wali-wali Allah itu tidak punya rasa takut dan rasa gelisah. Yaitu orang-orang yang beriman dan mereka bertaqwa. Mereka mendapatkan kegembiraan dalam kehidupan dunia dan dalam kehidupan akhirat. Tidak ada perubahan bagi Kalimat-kalimat Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar.” (QS. Yunus: 62-64)

 

Dalam salah satu hadits Qudsi yang sangat populer disebutkan, “Rasulullah SAW bersabda: Allah Ta’ala berfirman: “Siapa yang memusuhi Wali-Ku, maka benar-benar Aku izinkan orang itu untuk diperangi. Dan tidaklah seorang hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku yang lebih Aku cintai dibanding apa yang Aku wajibkan padanya. Dan hamba-Ku itu senantiasa mendekatkan pada-Ku dengan ibadah-ibadah Sunnah sehingga Aku mencintai-Nya. Maka bila Aku mencintainya, Akulah pendengarannya di mana ia mendengar, dan menjadi matanya di mana ia melihat, dan menjadi tangannya di mana ia memukul, dan menjadi kakinya di mana ia berjalan. Jika ia memohon kepada-Ku, Akupasti memberinya, jika ia memohon perlindungan kepadaKu Aku pasti melindunginya.”

 

Karenanya al-Hakim at-Tirmidzi, salah satu sufi besar generasiabad pertengahan, menulis kitab yang sangat monumental hingga saat ini, Khatamul Auliya’ (Tanda-tanda Kewalian), yang di antaranya berisi 156 pertanyaan mengenai dunia sufi, dan siapa yang bisa menjawabnya, maka ia akan mendapatkan Tanda-tanda Kewalian itu. Beliau juga menulis kitab ‘Ilmul Auliya.

 

Ditulis oleh : Hamba-Mu

Gerbang Cinta Waliyullah

Gerbang Cinta Waliyullah

Posted by Unknown  |  at  9:58 AM

Ada cahaya yang memendar nun jauh di sana. Tak habis-habisnya mata memandang penuh pesona. Indah dan menakjubkan, hingga tiada sesaat pun melainkan sebuah klimaks dari puncak rasa kita, terkadang seperti puncak gelombang Cinta, terkadang menghempas seperti sauh-sauh kesadaran di hempas pantai, terkadang begitu jauh di luar batas harapan, padahal ia lebih dekat dari sanubari kita sendiri.
 
Tiba-tiba cahaya itu ada di depan mata hati kita. Ternyata sebuah gerbang keagungan yang dahsyat penuh kharisma. Gerbang itu seakan bicara: “Akulah gerbang para kekasih Tuhan”. Sejengkal saja kaki kita melangkah, memasuki pintu gerbang itu, seluruh kesadaran kita sirna dalam luapan gelombang cinta yang digerakkan oleh kedahsyatan angin kerinduan. Kata pertama yang berbunyi di sana adalah deretan puja dan puji:
 

“Segala puji bagi Allah yang telah meluapi lembah kalbu para wali-Nya dengan luapan Cinta kepada-Nya. Dia yang membangunkan istana khusus agar luapan arwah para kekasih-Nya itu, senantiasa menyaksikan keagungan-Nya. Dia pula yang menghamparkan padang ma’rifatullah melalui rahasia-rahasia jiwanya. Lalu kalbunya berada di sebuah taman surga. Taman itu penuh dengan lukisan-lukisan ma’rifatullah yang tiada tara. Sedangkan arwah-arwah mereka berada di Taman Malakut, tak sejenak pun arwah itu melainkan berada dalam keabadian penyucian pada-Nya. Duh, rahasia arwahnya, mendendangkan tasbih dalam tarian Lautan Jabarut-Nya.”

 

Lalu sebuah gerbang yang begitu agung dan indahnya, mengukirkan prasasti yang ditulis oleh Qalam Ruhani. “Segala Puja bagi Allah, yang telah membuka gerbang Cinta-Nya bagi para Kekasih-Nya. Lalu Dia mengurai rantai yang membelenggu jiwanya, sehingga mereka teguh dalam keharusan khidmah pada-Nya, sedangkan cahaya-cahaya-Nya melimpahi akal-akal mereka. Lalu tampak jelas, keajaiban-keajaiban kekuasaan-Nya, sedangkan kalbu-kalbu mereka terjaga dari haru biru tipudaya yang menumpah pada pesona-pesona cetak lahiriyah jagad semesta, sampai akhirnya menggapai ma’rifat paripurna.

 

Amboi, ruh-ruh mereka tersingkapkan dari kemahasucian paripurna-Nya, dan sifat-sifat keagungan-Nya. Merekalah penempuh jalan hadirat-Nya, dalam kenikmatan rahasia kedekatan dengan-Nya, melalui tarekat dahsyat rindu dendam-Nya, hingga mereka termanifestasi dalam hakikat, melalui penyaksian Ketunggalan-Nya. Mereka telah diraih dari mereka, dan Dia menyirnakan mereka dari mereka, lalu mereka ditenggelamkan dalam lautan Kemaha-Dia-an-Nya. Dia memisahkan pasukan-pasukan terpencar dalam kesatuan kitab-Nya bagi para kekasih terpilih-Nya. Lalu mereka terjaga oleh kerahasiaan jiwa melalui limpahan cahaya-cahaya, agar ia menjadi obyek manifestasi, di samping ke-Tunggal-Dirian-Nya.”

 

Kalau saja kita ingin mengenal gerbang-gerbang Kekasih Allah itu, semata bukanlah hasrat dan ambisi untuk menjadi Kekasih-Nya. Sebab, mengangkat derajat seseorang menjadi Kekasih-Nya adalah Hak Allah, dan Allah sendiri yang memberi Wilayah itu kepada hamba-Nya yang dikehendaki-Nya.

 

Sekadar berkah atas cahaya kewalian dari kekasih-kekasih-Nya itu, sesungguhnya lebih dari cukup bagi kita. Sedangkan pengetahuan kita atas dunia kewalian yang menjadi bagian dari misteri-misteri Ilahi, tidak lebih dari limpahan-limpahan Ilahi, agar kita lebih yakin kepada-Nya atas keimanan kita selama ini.

 

Para Auliya Allah adalah Ahlullah. Mereka terpencar di muka bumi sebagai “tanda-tanda” Ilahiyah, dengan jumlah tertentu, dan tugas-tugas tertentu. Di antara mereka ada yang ditampakkan karamahnya, ada pula yang tidak ditampakkan sama sekali. Oleh karena itu hamba-hamba Allah yang diberi kehebatan luar biasa, tidak sama sekali disebut Waliyullah, dan belum tentu juga yang tidak memiliki kelebihan sama sekali, tidak mendapat derajat Wali Allah. Para Auliya adalah mereka yang senantiasa mencurahkan jiwanya untuk Ubudiyah kepada Allah, dan menjauhkan jiwanya dari kemaksiatan kepada Allah.

 

Di masyarakat kita, seringkali terjebak oleh fenomena-fenomena metafisikal yang begitu dahsyat yang muncul dari seseorang. Lalu masyarakat kita mengklaim bahwa orang tersebut tergolong Waliyullah. Padahal kata seorang syekh sufi, “Jika kalian melihat seseorang bisa terbang, bisa menembus batas geografis dengan cepat, bahkan bisa menembus waktu yang berlalu dan yang akan datang, janganlah Anda anggap itu seorang Wali Allah sepanjang ia tidak mengikuti Sunnah Rasulullah SAW.“

 

Mengapa? Sebab ada ilmu-ilmu hikmah tertentu yang bisa dipelajari, agar seseorang memiliki kehebatan tertentu di luar batas ruang dan waktu, dan ironisnya ilmu demikian disebut sebagai Ilmu Karamah. Padahal karamah itu, adalah limpahan anugerah Ilahi, bukan karena usaha-usaha tertentu dari hamba Allah.

 

Karamah sendiri bukanlah syarat dari kewalian. Kalau saja muncul karamah pada diri seorang wali, semata hanyalah sebagai petunjuk atas kebenaran ibadahnya, kedudukan luhurnya, namun dengan syarat tetap berpijak pada perintah Nabi SAW. Jika tidak demikian, maka karamah hanyalah kehinaan syetan. Karena itu di antara orang-orang yang saleh ada yang mengetahui derajat kewaliannya, dan orang lain tahu. Ada pula yang tidak mengetahui derajat kewaliannya sendiri, dan orang lain pun tidak tahu. Bahkan ada orang lain yang tahu, tetapi dirinya sendiri tidak tahu.

 

Tetapi di belahan ummat Islam lain juga ada yang menolak konsep kewalian. Bahkan dengan mudah mengklaim yang disebut Auliya’ itu seakan-akan hanya derajat biasa dari derajat keimanan seseorang. Tentu saja, kelompok ini sama kelirunya dengan kelompok mereka yang menganggap seseorang, asal memiliki kehebatan, lalu disebut sebagai Waliyullah, apalagi jika orang itu dari kalangan kiai atau ulama.

 

Meluruskan pandangan Kewalian di khalayak ummat kita, memang sesuatu yang rumit. Ada ganjalan-ganjalan primordial dan psikologis, bahkan juga ganjalan intelektual.

Al-Quthub Abul Abbas al-Mursi, semoga Allah meridlainya, menegaskan dalam kitab yang ditulis oleh muridnya, Lathaiful Minan, karya Ibnu Athaillah as-Sakandari, “Waliyullah itu diliputi oleh ilmu dan ma’rifat-ma’rifat, sedangkan wilayah hakikat senantiasa disaksikan oleh mata hatinya, sehingga ketika ia memberikan nasehat seakan-akan apa yang dikatakan seperti identik dengan izin Allah. Dan harus dipahami, bagi siapa yang diizinkan Allah untuk meraih ibarat yang diucapkan, pasti akan memberikan kebaikan kepada semua makhluk, sementara isyarat-isyaratnya menjadi riasan indah bagi jiwa-jiwa makhluk itu.”

 

“Dasar utama perkara Wali itu,” kata Abul Abbas, “adalah merasa cukup bersama Allah, menerima Ilmu-Nya, dan mendapatkan pertolongan melalui musyahadah kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman: “Barangsiapa bertawakkal kepada Allah, maka Dia-lah yang mencukupinya.” (QS. ath-Thalaq: 3). “Bukankah Allah telah mencukupi hambanya?” (QS. Az-Zumar: 36). “Bukankah ia tahu, bahwa sesungguhnya Allah itu Maha Tahu?” (QS. al-‘Alaq :14). “Apakah kamu tidak cukup dengan Tuhanmu, bahwa sesungguhnya Dia itu Menyaksikan segala sesuatu?” (QS. Fushshilat: 53).

 

Syekh Agung Abdul Halim Mahmud dalam memberikan catatan khusus mengenai Lathaiful Minan karya as-Sakandari mengupas panjang lebar mengenai Kewalian ini. Hal demikian dilakukan karena, as-Sakandari menulis kitab itu memulai tentang wacana Kewalian, karena memang, buku besar itu ingin mengupas tuntas tentang biografi dua Waliyullah terbesar sepanjang zaman, yaitu Sulthanul Auliya’ Syekh Abul Hasan asy-Syadzili ra dan muridnya, Syekh Abul Abbas al-Mursi.

 

Dalam sebuah ayat yang seringkali menjadi rujukan utama dunia Kewalian adalah: “Ingatlah bahwa sesungguhnya para Wali-wali Allah itu tidak punya rasa takut dan rasa gelisah. Yaitu orang-orang yang beriman dan mereka bertaqwa. Mereka mendapatkan kegembiraan dalam kehidupan dunia dan dalam kehidupan akhirat. Tidak ada perubahan bagi Kalimat-kalimat Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar.” (QS. Yunus: 62-64)

 

Dalam salah satu hadits Qudsi yang sangat populer disebutkan, “Rasulullah SAW bersabda: Allah Ta’ala berfirman: “Siapa yang memusuhi Wali-Ku, maka benar-benar Aku izinkan orang itu untuk diperangi. Dan tidaklah seorang hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku yang lebih Aku cintai dibanding apa yang Aku wajibkan padanya. Dan hamba-Ku itu senantiasa mendekatkan pada-Ku dengan ibadah-ibadah Sunnah sehingga Aku mencintai-Nya. Maka bila Aku mencintainya, Akulah pendengarannya di mana ia mendengar, dan menjadi matanya di mana ia melihat, dan menjadi tangannya di mana ia memukul, dan menjadi kakinya di mana ia berjalan. Jika ia memohon kepada-Ku, Akupasti memberinya, jika ia memohon perlindungan kepadaKu Aku pasti melindunginya.”

 

Karenanya al-Hakim at-Tirmidzi, salah satu sufi besar generasiabad pertengahan, menulis kitab yang sangat monumental hingga saat ini, Khatamul Auliya’ (Tanda-tanda Kewalian), yang di antaranya berisi 156 pertanyaan mengenai dunia sufi, dan siapa yang bisa menjawabnya, maka ia akan mendapatkan Tanda-tanda Kewalian itu. Beliau juga menulis kitab ‘Ilmul Auliya.

 

Ditulis oleh : Hamba-Mu

Amien : Firaun Baru Itu Neoliberalisme

Amien : Firaun Baru Itu Neoliberalisme

Posted by Unknown  |  at  9:39 AM


Oleh: Redaksi
Firaun adalah salah satu simbol pemimpin yang masih dikenang sebagai sosok penindas di zamannya. Begitupula Namrudz dan Abu Jahal serta Abu Lahab. Di zaman Neoliberalisme saat ini pun muncul semacam  itu seperti Geoge Bush yang menjajah
Irak. Sama saja sebagai penindas hanya dalam manifestasinya yang  berbeda beda.



“Para Rasul adalah bagian Partai Allah dan  musuhya adalah
Partai Setan” Katanya dalam Dialog Publik rangkaian acara Muktamar
IMM XIII yang digelas di  Wisma Bandar  Lampung, Jumat malam (30/05/2008).

Lebih jauh, seperti diberitakan oleh situs resmi Muhammadiyah penasehat PP Muhammadiyah Prof. Dr. Amien Rais juga mengingatkan 
para kader muda muhammadiyah seluruh Indonesia itu bahwa peseteruan abadi yang tercantum melalui kisah-kisah para
Nabi dalam sepertiga Al Quran adalah antara yang Haq dan yang batil.



“Ini harus dibaca sebagai haq lawan batil, nahi mungkar lawan nahi
ma’ruf, amar mungkar lawan amar ma’ruf, hisbullah lawan hisbul syaitan”
paparnya kemudian. Menurut
Ketua Majelis Wali Amanah Univ. Gadjah Mada tersebut, bila dahulu kita
mengenal penindasan dan ketidak adilan yang dilakukan Firaun.


Dalam  konteks
Indonesia saat ini Amien menyatakan  walaupun  Agustus 2008 nanti
Indonesia memperingati 63 tahun kemerdekaannya, pada hakekatnya bangsa
kita ini belum merdeka .“Saat ini ada kekuatan bernama 
neokolonialisme, neoimperialisme  yang ternyata masih mengangkangi
kehidupan indonesia” paparnya. (Kurt)

Copyright © 2013 Blog Backup Buntet Pesantren. WP Theme-junkie converted by BloggerTheme9
Blogger template. Proudly Powered by Blogger.
back to top