Masih Bocah sudah Mempunyai Karomah

Masih Bocah sudah Mempunyai Karomah

Posted by Unknown  |  at  7:29 PM


Sewaktu masih kecil, seumuran anak-anak yang suka telanjang dan bermain layang-layang, Kyai Abbas justu sudah dibiasakan untuk selalu mengaji (belajar) termasuk setiap meminta uang jajan kepada ayahandanya, Kyai Abdul Jamil harus memenuhi syarat yang diberikan. Waktu itu Kyai Abbas kecil harus membacakan nadzam Maqshud (riwayat lain Alfiyah) dengan hafalan di hadapan ayahnya. Dengan segera Kyai Abbas kecil pun membacakannya dengan hafalan di luar kepala, semuanya tanpa tersisa dan tanpa terlewat satu bait pun. Bercampur heran dan takjub, akhirnya uang jajan pun selalu diberikan oleh Kyai Abdul Jamil jika Kyai Abbas kecil meminta.

Waktu demi waktu berlalu, Kyai Abbas yang masih relatif kecil mengutarakan keinginannya kepada sang ayah untuk mondok. Meski ayahnya sendiri adalah seorang Kyai yang alim dan mengajar ke para santri, namun anggapan bahwa belum dikatakan mondok karena belajar kepada orangtuanya sendiri membuat Kyai Abbas yang masih kecil mantap untuk pergi mondok, beliau merasa ingin mencari ilmu dan bertabarruk kepada para Kyai dari pondok-pondok yang lain.

Karena desakan yang besar dari anaknya, akhirnya KH. Abdul Jamil mengabulkan: “Yawis lamon arep mondok, pamita Sira maring dulur ira ning Masjid Agung Cirebon,” Ya sudah kalau kamu ingin mondok, mintalah restu kepada kerabatmu yang ada di Masjid Agung Keraton Cirebon.

Dengan langkah tegap, tatapan tajam ke depan, Abbas kecil berjalan kaki menyusuri rel kereta api berangkat pagi dari rumahnya menuju Masjid Agung Cirebon. Hari itu adalah hari Jum’at. Tepat pukul 12 siang kurang 10 menit, bedug Masjid Agung Cirebon pun berbunyi bersamaan dengan datangnya Kyai Abbas kecil.

Salah seorang habib yang merupakan imam dan khathib Masjid Agung tersebut pun berteriak: “Heh... sapa kuh sing wani-wani nabuh bedug, kurang 10 menit!” Siapa yang berani-beraninya menabuh bedug, (padahal waktu masuk shalat) kurang 10 menit!

Tak ada satu pun jamaah yang hadir yang menjawab, karena memang tidak ada yang merasa menabuh bedug, habib itu pun bertanya di hadapan jamaah: “Siapa saja orangnya yang masuk masjid bersamaan dengan bunyi bedug tadi, suruh dia menghadap saya.”

Para jamaah pun saling menoleh, tidak ada yang merasa masuk masjid berbarengan dengan bedug berbunyi. Tapi salah seorang dari mereka memberanikan diri untuk menjawab: “Maaf, Habib. Ada satu orang yang dimaksud, tapi dia cuma anak kecil, kulitnya hitam, nampak lusuh dan pakaiannya tidak rapi.” 

“Bocah cilik gan bagen,” Biarin, meskipun anak kecil! Jawab sang habib.

Akhirnya Kyai Abbas kecil pun diminta menghadap sang habib, dan ia ditanya: “Sira kuh sapa, sing endi?” Kamu itu siapa dan berasal dari mana?

Dijawab dengan tegas ala anak kecil: “Kula Abbas, putrane Abdul Jamil Buntet.” Saya Abbas, putranya Abdul Jamil Buntet.

Langsung saja sang habib merangkulnya sembari menangis, dan berkata: “Masya Allah, sira kuh arane Abbas, putrae Kyai Abdul Jamil Buntet? Sedulur isun?!” Masya Allah, kamu Abbas putranya Kyai Abdul Jamil Buntet? Keluarga saya?!

Akhirnya Kyai Abbas kecil pun disuruh sang habib untuk naik mimbar, dan berkhutbah. Meski kecil, ia sudah sangat fasih berbicara di hadapan orang banyak. Berkhutbah dengan lancarnya bak khathib yang sudah sangat berpengalaman.

Ada kemungkinan bedug masjid yang berbunyi sendiri itu, sebagai pertanda dan penyambutan ada tamu orang yang besar, KH. Abbas bin KH. Abdul Jamil Buntet. “Mungkin yang menabuh bedug dan menyambut itu adalah para malaikat,” tutup pamandaku, Bapak Ridhwan salah satu santri Buntet Pesantren, mengakhiri kisahnya.

KH. Abbas Abdul Jamil adalah putra sulung dari pasangan KH. Abdul Jamil dan Nyai Qari’ah. Kyai Abdul Jamil memiliki putra-putra dari istri Nyai Qari'ah yang berakhiran “AS”; Kyai Abbas, Kyai Anas, Kyai Ilyas dan Kyai Akyas. KH. Abbas Abdul Jamil, atau orang lebih akrab menyebutnya Kyai Abbas, dilahirkan pada hari Jum’at 24 Dzulhijah 1300 H/1879 atau 1883 M di Desa Pekalangan, Cirebon dan wafat pada hari Ahad waktu Shubuh tanggal 1 Rabi’ul Awwal 1365 H/1946 M.

Dari Fanpage Facebook Kumpulan Foto Ulama dan Habib karangan Sya’roni As-Samfuriy, Tegal 12 Agustus 2014 Dengan beberapa penyesuaian. 
Mohon koreksinya jika ada kekeliruan dan/atau kekurangan


Halal Bihalal Bani Muta'ad

Halal Bihalal Bani Muta'ad

Posted by Unknown  |  at  6:29 AM

Buntet Pesantren, Jum’at, 8 Agustus 2014 – Sekumpulan pemuda dan pemudi Buntet yang merupakan keturunan (Bani) Kiai Mutaad bin Kiai Raden Muridin mengadakan Halal Bihalal. Seperti yang sudah kita sama-sama ketahui bahwa selepas Mbah Muqooyim, Pondok Buntet Pesantren diasuh oleh Mbah Mutaad yang tak lain merupakan cucu menantu dari Mbah Muqooyim. Mbah Mutaad adalah keturunan ke 17 dari Syekh Syarif Hidayatullah atau yang lebih dikenal dengan Sunan Gunung Jati, namun Mbah Mutaad begitu menekankan kepada anak cucunya untuk rendah hati dan menanggalkan gelar kebangsawanan (Raden).

Image preview

Acara yang diinisiasi oleh Moh. Akmal Abbas S. dan kawan-kawan ini sukses mengumpulkan sekitar 80 orang yang notabene masih satu keluarga dan kelak akan meneruskan perjuangan para sesepuh pondok Buntet Pesantren khususnya Mbah Mutaad. Tujuan diadakannya acara tersebut adalah agar sesama zurriyah bisa saling mengenal dan terus menjaga hubungan silaturrahim.

Acara yang dimulai Ba’da Isya ini dihadiri oleh KH. Ade Nasihul Umam yang secara gamblang, detil dan runtut memaparkan dinamika Buntet dari masa ke masa serta peran Buntet Pesantren dalam mengembangkan Pondok-pondok lain, tercatat Pondok-pondok seperti Gedongan, Benda Kerep, Balerante Tebu Ireng, Lirboyo, dan lain-lain tidak terlepas dari ikhtiar beberapa Kiai dari Buntet Pesantren. Selain itu, KH. Ade juga menekankan bahwa Pondok Buntet yang sudah berdiri sejak zaman Pangeran Diponegoro lahir atau tepatnya pada tahun 1758 M bisa tetap bertahan sampai sekarang karena adanya harmoni atau kerjasama antara para Kiai sepuh dan generasi muda. Beliau mencontohkan semasa LPI (sekarang YLPI) dipimpin oleh KH. Junaedi Anas, KH. Junaedi Anas dan para Kiai sepuh saat itu dibantu dan disokong betul oleh para Kiai muda seperti KH. Maufur, KH. Zuhdi, KH. Hisyam Mansyur, dan lain-lain. Oleh karena itu, peran generasi muda Buntet Pesantren khususnya yang hadir pada acara tersebut begitu diharapkan demi kebaikan ma’haduna, Ma’had Buntet Pesantren, tambah KH. Ade.

Meski malam sudah semakin larut, selepas pemaparan sejarah Buntet oleh KH. Ade, sejumlah orang yang tengah berkumpul di ruang pertemuan YLPI Buntet Pesantren masih antusias mendengarkan motivasi dari KH. Salman. KH. Salman menyampaikan sebuah cerita yang mengandung pesan moral bahwa tidak akan menyelesaikan masalah kalau kita hanya bisa berbicara atau menggerutu kesana kemari, yang dibutuhkan adalah action bersama agar masalah tersebut bisa selesai dengan cepat. KH. Salman juga mendorong agar semua yang hadir kelak akan melanjutkan dan menghidupkan kembali Ikatan Keluarga Asrama Pondok Buntet Pesantren yang akan mengadakan Musyawarah Besar pada pekan depan.



Sebelum acara diakhiri dengan foto bersama dan salam-salaman, KH. Nahdudin Royandi Abbas yang sudah rawuh di tengah-tengah peserta sejak awal acara berpesan agar para keturunan Kiai Mutaad agar Tawadlu. Menurut KH. Nahdudin, tawadlu kepada siapapun jaminannya adalah siapapun juga akan tawadlu atau hormat kepada kita. Selain berpesan agar tawadhu, KH. Nahdudin juga menantang semua yang hadir agar bisa lebih baik dari beliau. Beliau telah membuktikan bahwa beliau mampu “menaklukkan” dunia, berkelana dari mulai Timur Tengah sampai di London, Inggris dengan tujuan untuk belajar, belajar, dan terus belajar. Beliau juga berharap bahwa acara tersebut akan diadakan kembali di masa mendatang dan kelak Beliau akan menceritakan pengalaman-pengalamannya selama Beliau melanglangbuana ke berbagai tempat di belahan dunia.

Seusai foto bersama dan salam-salaman, diadakan diskusi yang intinya untuk menguatkan komitmen bersama bahwa IKAPB adalah tanggung jawab kita bersama, begitupun dengan Pondok yang sudah hidup ratusan tahun ini adalah menjadi ladang tempat kita berjuang bersama. Bismillah . . .

Memuji atau Menyembah Rasulullah

Memuji atau Menyembah Rasulullah

Posted by Unknown  |  at  7:53 PM

Makna puji dan sembah secara bahasa bukan hanya tidak berjauhan, tetapi juga bertetangga samping menyamping. Keduanya akur di dalam kamus. Tetapi ini juga yang bikin kalap sekelompok kecil umat Islam seperti kesurupan kalau ada saudaranya memuji Rasulullah SAW.

Bagi orang Islam berjumlah kecil ini, memuji dan menjunjung Rasulullah SAW dengan bacaan sholawat atau upacara tertentu sederajat dengan penyembahan lazimnya kepada Allah. Mereka menyebut muslim penyanjung dan pemuji Rasulullah mengidap syirik bahkan kafir.

Menanggapi orang kalap itu, Sayid Ahmad Zaini Dahlan seorang mufti yang sangat disegani di Mekah abad 19 itu tidak terpancing geram. Ia cukup duduk di kursinya lalu menulis risalah panjang untuk mematahkan pendapat mereka.

Dalam risalah berjudul Ad-Durorus Saniyyah fir Roddi alal Wahhabiyyah, ulama yang wafat 1886 M ini menyatakan, khayalan mereka itu tidak benar. Masak orang bertawasul dan berziarah ke makam Rasulullah SAW bisa menjadi syirik dan kafir? Padahal Allah sendiri di dalam Al-Quran menyanjung utusan-Nya dengan penghormatan tertinggi dari segala jenis penghormatan yang pernah diberikan-Nya.

Karenanya, kata Syekh Ahmad Zaini Dahlan, kita wajib menakzimkan orang yang ditakzimkan Allah. Dan Dia memerintahkan untuk itu. Semua bentuk ketakziman kepada Rasulullah SAW sama sekali tidak dilarang sejauh menjaga ketentuan syariah dan rambu-rambu keesaan.

نعم يجب علينا ان لا نصفه بشئ من صفات الربوبية و رحم الله الابوصيري حيث قال

دع ما ادعته النصارى في نبيهم * واحكم بما شئت مدحا فيه واحتكم

فليس في تعظيمه بغير صفات الربوبية شئ من الكفر و الاشراك بل ذلك من اعظم الطاعات و القربات و هكذا كل من عظمهم الله تعالى كالانبياء و المرسلين صلوات الله و سلامه عليه و عليهم اجمعين و كالملائكة و الصديقين و الشهداء و الصالحين قال تعالى وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَآئِرَ اللهِ فاِنَّهَا مِنْ تَقوَى الْقُلوبِ .الحج و قال تعالى وَمَنْ يُعَظِّمْ حُرُمَاتِ اللهِ فهُوَ خَيْرٌ لهُ عِنْدَ رَبِّهِ. الحج.

 و من تعظيمه صّلى الله عليه و سّلم الفرح بليلة ولادته و قراءة المولد و القيام عند ذكر ولادته صلى الله عليه و سلم و اطعام الطعام و غير ذلك مما يعتاد الناس فعله من انواع البرّ فان ذلك كله من تعظيمه صّلى الله عليه و سّلم و قد افردت مسئلة المولد و ما يتعلق ﺑﻬا بالتأليف و اعتنى بذلك كثير من العلماء

“Kalau menyifatkan Rasulullah SAW dengan salah satu sifat ketuhanan, tentu saja kita dilarang. M Said al-Bushairi dalam Qashidah Burdah-nya mengatakan,

‘Tinggalkan dakwaan Nashara untuk nabi mereka * Dan tetapkan sesukamu segala pujian bagi Rasulullah dan bijaklah dalam memujinya’

Sanjungan kepada Rasulullah SAW dengan selain sifat ketuhanan, bukan bentuk syirik dan kafir. Justru itu semua terbilang bakti dan bentuk taqarub terbesar kepada Allah. Demikian juga berlaku kepada mereka yang dimuliakan Allah, seperti para nabi, rasul, malaikat, mereka yang teguh iman, syuhada, dan orang saleh. Dalam surah Al-Haj Allah berfirman, ‘Siapa saja yang mengagungkan syiar-syiar-Nya, maka syiar itu adalah ketakwaan hati.’ Masih di surah yang itu juga, ‘Siapa saja menakzimkan yang dimuliakan Allah, maka tindakannya itu lebih baik baginya di sisi Tuhannya’.”

Bentuk penakziman kepada Rasulullah SAW antara lain menyatakan kebahagiaan di malam kelahiran beliau, membaca kitab maulid, berdiri ketika disebut saat-saat kelahirannya, memberi makanan yang biasa disebut berkat, dan segala bentuk kebaikan yang biasa dilakukan umat Islam di bulan maulid. Semua itu, kata Sayid Ahmad Zaini, diulas ulama secara khusus pada karya mereka. Ulama memberikan perhatian istimewa pada isu ini.

Setuju 100%! kata Syekh Islam Ibrahim al-Bajuri. Dalam menguraikan syair Burdah al-Bushairi di atas, al-Bajuri mengatakan setiap umat Islam harus menyatakan pujian yang layak kepada Rasulullah SAW sesuai dengan pangkat dan derajatnya yang sangat tinggi dan mulia di sisi Allah. Tentu dengan catatan berikut agar tidak offside.

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لا تطرونى كما أطرت النصارى المسيح ولكن قولوا عبد الله ورسوله

Rasulullah SAW bersabda, “Jangan kalian sanjung aku kelewat batas seperti umat Nashara menyanjung al-Masih. Tetapi sebutlah aku sebagai hamba dan utusan Allah.”

Semua bentuk pemuliaan dan sanjungan tinggi kepada Rasulullah SAW tidak mengandung kebatilan sejauh tidak menempatkannya sebagai Tuhan. Dan warga NU sudah maklum Rasulullah SAW kendati dikaruniakan Allah derajat sangat istimewa, tetap juga posisinya sebagai makhluk. Demikian keterangan al-Bajuri pada Hasyiyatul Bajuri ala Matnil Burdah. Wallahu A’lam (Alhafiz K)

dari NU Online

Inilah Pidato Sambutan Ketua Yayasan pada Haul Buntet Pesantren 2014

Inilah Pidato Sambutan Ketua Yayasan pada Haul Buntet Pesantren 2014

Posted by Unknown  |  at  9:28 PM




Ketua Yayasan Lembaga Pendidikan Islam Buntet Pesantren pada malam puncak peringatan Haul Almarhumin Sesepuh dan Warga Pondok Buntet Pesantren 2014 memberikan sambutannya atas nama Ketua YLPI juga mewakili Sesepuh Pondok Buntet Pesantren, KH Nahduddin Royandi Abbas yang pada kesempatan tersebut berhalangan hadir.


Berikut ini cuplikan pidato sambutan Ketua YLPI, KH Adib Rofiuddin yang telah dibuatkan transkripnya oleh admin Web BuntetPesantren.org. Silakan klik DI SINI untuk melihat rekaman video pidato sambutan Ketua YLPI pada haul Buntet Pesantren 2014.

Salam, tahmid dan sholawat, amma ba'du

Yang terhormat hadorotil muhtaromin para kyai para sepuh, sesepuh Pondok Buntet KH. Nahdudin Abbas, KH Hasanudin Kriyani, 

Yang terhormat yang mulia, Bapak Menko Ekuin bapak Ir Hatta Rajasa, yang alhamdulillah dalam kesibukan yang luar biasa, beliau berkenan hadir di Pondok Buntet. 

Yang terhormat bapak Bupati Kabupaten Cirebon 'sing masih anyaran'. Titelnya kalau nggak salah SH ya pak Sunjaya. Tapi, beliau itu tentara. Mudah-mudahan dengan jiwa tentaranya turun ke desa-desa.

Bapak-bapak ibu-ibu  yang saya hormati, kami di sini, menyampaikan  amanah dari Almukarrom KH. Nahduddin Abbas yang pada hari ini beliau tidak bisa hadir, yaitu karena beliau ada operasi mata di London, Inggris. Jadi operasniya tidak di puskesmas tapi di luar negeri.

Puji dan syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang melimpahkan hidayah, taufiq, dan inayahNya kepada kita. Sholawat dan salam mudah-mudahan Allah limpahkan kepada nabi Muhammad saw para sahabatnya, keluarganya dan mudah-mudahan juga kepada kita selaku umatnya. amin ya robbal alamin.

Para hadirin, para tamu, para undangan, yg kami hormati. malam ini kita bersama-sama hadir di sini, dalam rangka peringatan haul almarhumin sesepuh dan warga pondok buntet pesantren salah satunya tentu merupakan upaya dari kita bersama untuk menghormati jasa perjuangan para kiai Pondok Buntet Pesantren agar dengan itu kehadiran kita mendapat rido maghfiroh dan barokah dari Allah SWT, 

Mbah Muqoyyim dan para kiai Buntet setidaknya telah mencontohkan kepada  kita, bahwa semangat dan niat ikhlas mereka untuk melawan penjajah Belanda dan berbagai bentuk penindasan dan kezaliman lainnya telah meninggalkan manfaat yang luar biasa sehingga dapat kita rasakan sekarang dan insya allah sampai masa yg akan datang. 

Sebagai orang tua, pada kesempatan ini perkenankan saya mengucapkan ahlan wasahlan, selamat datang di Pondok Pesantren Buntet. Terima kasih atas kedatangan bapak ibu sekalian, doa, dan bantuan semuanya, jazakumullah ahsanal jazaa..

Itu adalah sambutan dari sesepuh pondok Buntet Pesantren.

Para bapak para hadirin yg saya hormati,
perlu diketahui bahwa Hatta Rajasa ini adalah ketua Partai Amanat Nasional (PAN), jangan punya pikiran dikira tidak senang tahlil, sebab beliau pada bulan Juli nanti juga akan mengadakan haul. dan beliau ini adalah putra dari Syarifah Aiysah al Idrus, yaitu minal hababib.

Insya Allah Pak Hatta, kalau beliau di belah dan dibuka dadanya, di dalamnya ada 'afdoludzikri fa'lam annahu' (hadirin tepuk tangan)... Itu Insya Allah semacam itu. 

Jadi beliau juga PAN,  itu kendaraannya, beliau juga tadi cerita, adalah salah satu bagian dari Nahdlatul Ulama. Bahkan beliau sering dikunjungi oleh almukarrom sohibul Fadilah KH Mbah Maimun Zubeir, Habib Lutfi dan Habib Syekh semuanya berkunjung ke sana dan yg terakhir insya Allah saya.

Dan wasilah kami dari sini, kami sampaikan kepada KH. Anas Arsyad yg telah membawa dengan baik pak Hatta Rajasa.  Saya yakin seyakin-yakinnya jika beliau itu tidak suka atau tidak senang dengan manakib,  enggak bakal datang ke pondok pesantren Buntet.  Dan tadi datang ba'da maghrib langsung juga ziarah kubur jadi ziarah kubur menurut beliau tidak musyrik, suatu keharusan.

Jadi jangan lihat PAN nya lihat beliau pak Hatta Rajasa dari al Idrus keturunannya. Terimakasih pak Hatta mudah-mudahan membawa berkah bagi kita semua, jazakumullah ahsanal jazaa.

Dan insya Allah bapak-bapak ibu-ibu sekalian juga pada malam hari ini, akan ada suatu pelantikan yaitu organisasi para alumni Ponpes Buntet yg dikatakan IKLAB, ikatan keluarga alumni pondok Buntet Pesantren,  yang sudah pada hadir beliau-hadir  di tengah kita dan yang akan meneruskan para kyai para sepuh pondok pesantren Buntet. Bahkan ketua bidangnya, KH Manarul Hidayah ada di tengah kita.

Terima kasih, demikian yang bisa kami sampaikan, wallahul muwafiq ilaa aqwamittariq wasalamu'alalikum warahmatullahi wabarokatuh.

Inilah Pidato Sambutan Hatta Rajasa pada Haul Buntet Pesantren 2014

Inilah Pidato Sambutan Hatta Rajasa pada Haul Buntet Pesantren 2014

Posted by Unknown  |  at  8:36 PM





Haul Sesepuh dan Warga Pondok Buntet Pesantren 2014 dihadiri oleh tamu undangan dari tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh-tokoh pemerintahan. Salah seorang tamu yang hadir dalam kesempatan tersebut adalah Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa yang memberikan sambutan atas nama tamu kehormatan.


Berikut ini isi pidato sambutan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa yang sudah dibuatkan transkripnya oleh administrator Web Buntet Pesantren. Untuk melihat rekaman video pidato Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa di YouTube, silakan klik DI SINI.

pembukaan (hamdalah, solawat dst)

Yang saya cintai dan semoga dimuliakan oleh Allah swt bapak KH. Adib Rofiudin dan KH. Nahduddin Royandi Abbas, KH. Hasanudin Kriyani dan para kyai, alim ulama, para habaib, ibu-ibu dan bapak-bapak yang saya cinta, bapak bupati yg saya hormati, dan para tokoh-tokoh pemuda dan para warga masyarakat Cirebon dan saya yakin tidak hanya warga Cirebon yg hadir pada malam hari ini, sungguh saya yakin ini warga bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke hadir di sini malam ini, Insya Allah karena kecintaanya pada Pondok Buntet yg sama-sama kita cintai ini.

Saya sedikit saja menyampaikan di sini Pak Yai, karena harus kembali ke Jakarta. Mohon maaf betul.

Yang pertama, saya mengajak kita sama-sama bersyukur kepada Allah swt pada malam hari yang berbahagia ini kita sama-sama bersilaturahim dalam acara haul armarhumin sesepuh dan warga Pondok Buntet Pesantren yang amat terkenal dan memiliki wibawa yang tinggi di tanah air kita ini. Banyak alumninya tersebar di seluruh Indonesia, bahkan di kawasan asia.

Alumni-alumni yg telah memberikan sumbangan pemikiran dan tenaganya bagi kemajuan masyarakat, bagi kemajuan umat, bagi kemajuan bangsa dan negara tercinta.

Yang kedua, pada kesempatan yg baik ini izinkan pula saya ingin menyampaikan selaku Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dukungan saya yang penuh kepada pondok-pondok di tanah air ini. Saya ingin menyampaikan itu, yang disampaikan ketua panitia dan saya mendengar dengan teliti, apa saja yang menjadi visi dan misi pondok ini.

Kalau kita ramu menjadi satu kalimat singkat maka pondok ini bisa kita katakan sebagai pusat keunggulan umat dan bangsa, atau dalam bahasa yang agak keren sedikit "the center of excellence". Inilah pondok jendela peradaban yang membangun peradaban bangsa yang mulia. Di dalam menghadapi dunia yang cepat berubah dan fenomena globalisasi saat ini, maka kata kunci untuk membangun bangsa ini terletak pada kemampuan kita, untuk membangun sumber daya manusia yang pandai berpikir tapi juga pandai berdzikir. Oleh sebab itulah, maka pondok semakin diperlukan untuk menjawab tantangan peradaban.

Dalam satu pertemuan saya di luar negeri ada seorang sahabat saya dari sebuah negara besar mengatakan kepada saya, "Pak Hatta, dalam dunia modern saat ini dan sudah mengglobal saat ini, apakah ponpes itu masih relevan dengan perkembangan zaman saat ini?"

Ia tidak paham dan tidak tahu, saya jelaskan dan saya jawab -- tentu dalam bahasa Inggris waktu itu. Saya katakan, sampai kapanpun pada zaman apapun dalam peradaban apapun, pesantren tetap relevan dan tetap diperlukan bangsa Indonesia dan bangsa-bangsa dunia. Mengapa?

The reason is one, alasanya adalah mendidik manusia tidak hanya mencerdaskan dalam intelektualitasnya saja, karena banyak orang cerdas di dunia ini pada akhirnya yg membawa kerusakan bagi alam dan bagi kehidupan.
 


Saya katakan pesantren setidaknya memiliki 3 sistem yg handal, kalau kita pahami apa yg disampaikan oleh ketua panitia tadi.

Pertama adalah sistem sosial. Kalau bukan sistem sosial, mana mungkin kita berkumpul pada malam hari ini melakukan haul, melakukan silaturahmi, ada di dalam pondok dan nyantri di sini dan lain sebagainya. Ia adalah sistem sosial yang merekatkan satu sama lain, yang membawa saling pengertian satu sama lain yang membuat kita tidak berbeda antara yang kaya dan miskin dan saling memberikan pertolongan dalam aktivitas sosial satu sama lain. Dan ini makhluk sosial tanpa dibonding dalam satu sistem sebagaimana pesantren ini maka tidak mungkin ia menjadi makhluk sosial yang baru.

Sistem yang kedua, pesantren adalah sistem intelektual. Ia mencerdaskan sumber daya manusia, ia memberikan pendidikan yg mampu menjawab tantangan bangsanya, tetapi sekaligus menjawab tantangan keumatan tapi juga sekaligus memajukan peradaban ilmunya.

Yang ketiga, ini hampir tidak ada yang ditemukan di tempat lain ia adalah sistem spiritual. Pondok pesantren memberikan setidaknya 3 sistem yg akan melahirkan manusia-manusia yg kita sebut manusia unggul, ulul albab sebagaimana sedikit, kalau kita resapi dalam surat Ali 'Imran itu,

إن في خلق السموات والأرض واختلاف الليل والنهار لآيت لأولي الألباب الذين يذكرون الله قياما وقعودا وعلى جنوبهم ويتفكرون في خلق السموات والأرض ربنا ما خلقت هذا باطلا سبحانك فقنا عذاب النار
آل عمران : 190 - 191


inna fi kholqissamawati wal ardi wakhtilafillaili wannahaari laayatilli ulil albaab. Allatheena yathkuroona Allaha qiyaman waquAAoodan waAAala junoobihim wayatafakkaroona fee khalqi assamawati wal-ardi rabbana ma khalaqta hatha batilan subhanaka faqina AAathaba annar. (3:190-191)

Manusia seperti inilah yang kita harapkan, orang yang berpikir memeriksa fenomena alam tapi juga tersungkur dan berdzikir dan mengatakan ya Alah tidak ada sia-sia engkau ciptakan di dunia ini.

Pondok pesantrenlah menurut saya jendela peradaban yang melahirkan manusia-manusia unggul. Oleh karena itu, saya berkomitmen dan sejak tahun 80-an sebelum saya mejadi aktivis politik, katakanlah menjadi menteri sudah 14 tahun, saya rajin membangun pondok. Murid mbah Maimun (Zubeir) di Sumatera membangun pondok sama-sama saya membangun pondok, saya kecilnya juga mondok.

Jadi yakinlah pondok pesantren harus modern tapi tidak boleh tercerabut dari kultur kita sebagai rahmatan lil alamin yang mampu menjawab tantangan zaman. Ia modern tapi moderat, tapi juga intelktualitasnya dapat menjawab tantangan peradaban.

Saya tidak ingin mengguruui tidak ingin menggarami lautan samudra luas pak kyai yang ada di sini. Sekedar sharing, sekder menyhampaikan betapa saya memiliki komitmen yg tinggi terhadap ini.

Cerita soal haul, almarhumah ibu saya wafat 3 tahun lalu. Ibu saya Syarifah Siti Aisah biti H. Muhammad Yusuf al Idrus, berpesan kepada saya, memang, untuk selalu mentahlilkan dan melaukan haul itu adalah wasiat dari ibunda termasuk saya. (tepuk tangan meriah dari hadirin).

Dan saya cerita sama Pak Kyai, barangkali kalau saya bisa beridiri di sini sebagai menteri 14 thaun bukan karena saya orang yang pinter tapi saya menceritakan apa adanya. Barangkali ibu-ibu kaget kalau saya ceritakan, emak saya itu membaca 40 yasin setiap hari untuk mendoakan saya, ketika saya masih sekolah.

Jadi bagaimana tidak, itulah arti seorang ibu. Jadi, kalau saya hari ini begini hanya 30% saja kemampuan saya, yang 70% adalah doa guru-guru saya, doa para kyai, doa ibu bapak doa sanak famili dan para sahabat serta hasil kerja kolektif kita semua.

Sama halnya dengan pembangunan yang kita capai saat ini, yang patut kita syukuri. Betapa banyak kemajuan kadang-kadang di tahun politik seperti ini, banyak yang mengatakan Indonesia tidak ada kemajuan, jalan di tempat bahkan jalan mundur. Nah, ini bahaya kalau tidak kita syukuri, bahahya kalau tidak mensyukuri itu. "lain syakartum, laaziidannakum walain kafartum inna 'adzaabii lasyadiin," bahaya betul.

Jadi kita syukuri banyak kemajuan-kemajuan ini karena para pemimpin kita sembelumnya, para kyai-kyai kita yang memberikan banyak wasiat dan keteladanan kepada kita sejak jaman Bung Karno, zaman pak Hartao, zaman Pak Habibi, dan zaman Gus Dur yang banyak memberikan pencerahan dan zaman Megawati dan sekarang zaman SBY yang kebetulan besan saya.

Dan nanti Insya Allah akan diteruskan oleh presiden berikutnya dan pemimpin-pemimpin berikutnya mereka sungguh orang-orang yg meliliki komitmen untuk membangun bangsanya. Percayalah tidak ada para pemimpin yang tidak ingin membawa bangsanya dan umatnya tidak maju.

Jadi marilah kita syukuri, dan saya terakhir mohon doa dari para kyai, dari pondok Buntet ini semoga apa yang saya amanahi ini lurus saja tidak bengkok-bengkok kalau yang lain itu kita serahkan pada Allah swt.

Ini saja yang saya sampaikan mohon maaf dan selanjutnya saya akan langsung mohon diri pak kyai, langsung naik kereta api ke Jakarta, Insya Allah ketemu lagi dan saya tidak akan lupa kepada pondok Buntet yang banyak memberikan sumbangan kepada bangsa dan negara yang tercinta ini.

wallahul muwaffiq ilaaqwamittariq
assalamu'alaikum warahmatullah wabarokatuh

Terima kasih semoga acara ini penuh kesuksesan dan penuh keberkahan bagi kita semua dan membawa kebaikan bagi bangsa dan negara tercinta ini. Terimakasih.

Hukum Pajak dalam Perspektif Islam oleh KH. Tb. Ahmad Rifqi Chowas

Hukum Pajak dalam Perspektif Islam oleh KH. Tb. Ahmad Rifqi Chowas

Posted by Unknown  |  at  9:30 PM

Pada Halaqoh Perpajakan kemarin, KH. Tubagus Ahmad Rifqi Chowas memaparkan tulisannya yang berjudul “Hukum Pajak dalam Perspektif Fikih”. Menurut beliau, secara etimologi, pajak dalam islam dikenal dengan istilah Al-Dharibah atau biasa disebut Al-Maks yang artinya adalah pungutan yang ditarik dari rakyat oleh para penarik pajak, sedangkan secara istilah, menurut para ahli keuangan, pajak ialah kewajiban yang ditetapkan terhadap wajib pajak, yang harus disetorkan kepada Negara. Pajak berbeda dengan Jizyah (upeti yang harus dibayarkan ahli kitab kepada pemerintahan islam), Kharaj(pajak bumi yang dimiliki oleh Negara Islam), dan ‘Usyur (Bea cukai bagi para pedagang non muslim yang masuk ke Negara Islam) walaupun semuanya tampak memiliki kemiripan.

Menurut jumhur ulama, menyatakan bahwa pajak boleh diambil dari kaum muslimin, jika memang negara sangat membutuhkan dana. Untuk menerapkan kebijaksanaan inipun, negara tetap harus memenuhi terlebih dahulu beberapa syarat. Diantara para ulama yang membolehkan pemerintahan islam mengambil pajak dari kaum muslimin adalah Imam Al-Juwaini dalam kitab Ghiyats Al-Umam fi Al-tiatsi Al-Zhulami, Imam Al-Ghazali di dalam kitab Al-Mustshfa, Imam Asy-Syatibi di dalam Al-I’tishom, dan beberapa ulama lainnya.
Diperbolehkannya memungut pajak menurut para ulama tersebut di atas adaah alasan utamanya untuk mewujudkan kemaslahatan umat karena dana pemerintah tidak mencukupi untuk membiayai berbagai “pengeluaran” yang jika pengeluaran tersebut tidak dibiayai maka akan timbul kemudharatan sedangkan mencegah kemudharatan adalah suatu kewajiban sebagaimana kaidah ushul fiqih : Ma layatimmu al-wajibu illa bihi fahuwa wajibun (suatu kewajiban jika tidak sempurna kecuali dengan sesuatu maka sesuatu itu hukumnya wajib).

Dalil-dalin syar’i lainnya yang menjadi argumentasi para ulama yang memperbolehkan memungut pajak adalah sebagai berikut :

1.         Firma Allah Ta’ala dalam surat Al-Baqarah ayat 177
2.        Adanya kaidah-kaidah umum hukum syara’ yang membolehkan, seperti : Mashalih Mursalah (atsa dasar kepentingan), kaidah mencegah mafsadat itu lebih diutamakan daripada mendatangkan maslahat, kaidah lebih memilih mudharat yang menimpa individu atau kelompok tertentu daripada mudharat yang menimpa manusia secara umum.
3.       Pada dsarnya, tidak ada kewajiban atas harta kekayaan yang dimiliki seorang muslim selain zakat namun jika datang kondisi yang menuntut adanya keperluan tambahan (darurat), maka akan ada kewajiban tambahan lain berupa pajak (dharibah). Pendapat ini sebagaimana yang dikemukana oleh Al-Qadhi Abu Bakar Ibnu Al-Arabi, Imam Malik, Imam Qurtubi, Imam Asy-Syatibi, Mahmud Syaltut, dan lain-lain

Adapun hakikat pajak, terutama yang membedakannya dengan zakat diungkapkan oleh M. Yusuf Qardhawi, yaitu sebagai berikut :

1.         Istilah pajak (Dharibah) diambil dari kata dharaba, yang artinya utang, upeti, dan sebagainya yang tak lain merupakan sesuatu ang mesti dibayar, sesuatu yang menjadi beban.
2.     Pajak merupakan kewajiban dari Negara untuk kemaslahatan umum dan tidak ada hubungan dengan makna ibadah dan pendekatan diri terhadap Allah.
3.  Batas nisab dan ketentuan pajak tergantung pada kebijaksanaan dan kemampuan penguasa baik mengenai objek, persentase, harga, dan ketentuan.
4.      Pajak tidak memiliki sifat yang tetap dan terus menerus baik mengenai jenis, persentase, dan kadarnya semuanya ditetapkan pemerintah melalui pertimbangan para ahli (cendekia).
5.  Pajak dikeluarkan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum negara dan pengaturannya ditetapkan oleh penguasa (pemerintah).
6.         Pajak dipungut oleh Negara dari wajib pajak.
7.      Tujuan pajak ialah untuk menghasilkan pembiayaan (uang) untuk mengisi kas negara demi mencapai tujuan ekonomi dan sosial tertentu.

Para ulama yang membolehkan pemerintahan islam memungut pajak dari kaum muslimin meletakkan beberapa syarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu, syarat-syarat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :

1.         Negara komitmen dalam penerapan syariat islam.
2.         Negara sangat membutuhkan dana untuk keperluan maslahat umum.
3.         Tidak ada sumber lain yang bisa diandalkan oleh negara baik dari zakat, jizyah, al-usyur, dan lain-lain.
4.         Harus ada persetujuan dari para ulama dan tokoh masyarakat.
5.         Pemungutan dan distribusinya harus adil dan merata.
6.         Sifatnya sementara dan tidak terus menrus.
7.         Harus dihilangkan terlebih dahulu pendanaan yang berlebihan dan hanya mengahamburkan uang negara saja.

8.         Besarnya pajak harus sesuai dengan kebutuhan yang mendesak pada waktu itu saja.

Pengobatan Gratis dan Halaqoh Perpajakan Awali Rangkaian Acara Haul Buntet Pesantren 2014

Pengobatan Gratis dan Halaqoh Perpajakan Awali Rangkaian Acara Haul Buntet Pesantren 2014

Posted by Unknown  |  at  8:17 PM

Para Pemateri dan Moderator
Di hari selasa, hari pertama di bulan April 2014, Panitia Haul Almarhamin Sesepuh dan Warga Pondok Buntet Pesantren Cirebon telah memulai rangkaian acara dalam rangka Haul Buntet Pesantren tahun 2014. Acara yang pertama digelar adalah Pengobatan Gratis dan Donor Darah yang diadakan Akademi Keperawatan (AKPER) Buntet Pesantren pada pagi hari, kemudian siang harinya diadakan Halaqoh perpajakan di Gedung YLPI Buntet Pesantren.

Acara pengobatan gratis dan donor darah selain bekerjasama dengan AKPER Buntet Pesantren juga turut menggandeng Palang Merah Indonesia, acara ini ditujukan untuk warga pondok Buntet Pesantren termasuk para santri dan juga warga sekitar pondok Buntet Pesantren.

Pada acara Halaqoh, Panitia menghadirkan Bapak Arif Setyadi Widihartom SE. Ak yang tak lain merupakan pejabat perpajakan sebagai pembicara, beliau mensosialisasikan tentang pajak yang berlaku di Indonesia, baik ketentuan-ketentuan, peruntukan, dan banyak hal yang terkait dengan perpajakan.

Para Peserta Halaqoh
Pajak memang hal yang vital dan menyangkut kepentingan hajat orang banyak, karena itu pajak menjadi fokus para ulama saat Munas Alim Ulama dan Konbes Nahdlatul Ulama tahun 2013 bahkan menurut HM. Sulton Fathoni, Wakil Sekjen PBNU : optimalisasi pendapatan negara melalui pajak akan menjadi fokus pembahasan pada Munas Alim Ulama dan Konbes NU tahun 2014 sehingga pada acara halaqoh yang diikuti oleh para santri dan para guru ini, panitia juga menghadirkan KH. Tubagus Rifqi Chowas yang memaparkan pajak dalam perspektif fiqih/syari’at islam. Beliau menyampaikan bahwa pada dasarnya tidak ada ketentuan secara eksplisit dalam syari’at islam yang membolehkan atau mengharamkan pajak, namun menyikapi pemerintah Indonesia yang memberlakukan pajak di Indonesia, beliau menyebutkan beberapa ulama yang membolehkan negara memungut pajak serta mengulas alasan-alasan (hujjah-hujjah) utama tersebut membolehkan pajak.
Pemateri, Moderator, dan Panitia Harian Haul


Acara yang menjadi pembuka dari  rangkaian acara lainnya yang diadakan dalam rangka Haul Almarhumin sesepuh dan Warga Pondok Buntet Pesantren ini akan diikuti acara-acara lain, yaitu : Itsbat Nikah Massal dan Bahtsul Masail Diniyah yang insya Allah diadakan pada Kamis pagi dan Kamis Malam (Malam Jum’at), Khitanan Massal dan Pagelaran Kesenian Rakyat  yang akan diadakan pada Jum’at pagi, dan pada hari sabtu akan diadakan Sema’an Al Qur’an selepas subuh, kemudian Bedah Buku “Perlawanan dari Tanah Pengasingan” dan “Laskar Ulama Santri dan Revolusi Jihad” yang akan diadakan pada jam 09.00 WIB, lalu selepas ashar akan diadakan Ziarah Qubur dan Tahlil Umum, dan puncaknya akan diadakan Pengajian Umum yang dimulai pukul 20.00 WIB dengan mendatangkan penceramah KH. Yahya Cholil Stauquf (Rembang, Jawa Tengah).

Copyright © 2013 Blog Backup Buntet Pesantren. WP Theme-junkie converted by BloggerTheme9
Blogger template. Proudly Powered by Blogger.
back to top