FORSILA BPC Jakarta Raya Selenggarakan Masa Keakraban 2014

FORSILA BPC Jakarta Raya Selenggarakan Masa Keakraban 2014

Posted by Unknown  |  at  6:16 PM

Masa keakraban merupakan agenda tahunan Forsila BPC Jakarta Raya yang pada tahun ini diselenggarakan di Pondok Pesantren Yatim dan Dhuafa Madinaturrahmah, Gunung Picung, Pamijahan, Bogor, pada hari jumat sampai minggu, 17-19 Oktober 2014.

Acara yang diketuai oleh Forsilawan (sebutan untuk anggota Forsila BPC) Ade Syamsul Falah ini diikuti oleh 25 peserta dari berbagai daerah di wilayah Jabodetabek dengan diisi materi keForsilaan yang dinarasumberi Forsilawan Muhammad Zaim Nugroho, S.Sos.I (salah seorang pendiri Forsila BPC), materi teknik persidangan yang dinarasumberi Forsilawan Zamakhsyari, materi peran alumni Buntet Pesantren di tengah masyarakat oleh K.H. Kabain, Motivasi oleh Forsilawan Faisal Hilmi, seorang pembicara kelas internasional.

“Jadilah perwira, dan kapalnya adalah Forsila”, begitu pesan K.H. Kabain kepada seluruh peserta dan panitia untuk memberikan semangat berkhidmat kepada para kiai dengan menunjukkan eksistensi kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk umat pada saat penyampaian materi tentang peranan alumni Buntet Pesantren di tengah masyarakat.

Pagi seusai jamaah subuh, tahlil dan debat tentang fenomena "jilboobs" menjadi penghangat suasana pagi kaki Gunung Salak yang dingin. Tengah malam minggu diisi dengan  evaluasi dari materi-materi yang telah disampaikan hingga menjelang subuh. Sebagai penghangat seusai merasakan dingin yang menusuk tulang, panitia menghadirkan api unggun.

Pada hari terakhir, acara dipenuhi dengan permainan yang mengandung unsur-unsur kepemimpinan, keorganisasian, dan pemecahan masalah. Sehingga, para peserta tidak merasa bosan dengan materi. Kemasan materi model seperti ini yang harus terus dan perlu dikembangkan oleh panitia dan pembicara.

 “Sekali santri, tetaplah santri. Walau sudah keluar dari pondok, label santri akan terbawa sampai mati. Apabila lepas lebel santrinya, maka hancurlah ilmu agama yang selama ini kita pelajari. Santri adalah matahari atau cahaya buat dirinya, keluarganya dan lingkungannya.”, tulis pengasuh Kiai yang juga pengajar di Kepolisian Bogor ini dalam status facebooknya.

“Manfaat ilmu terletak dari keberkahan. Dan keberkahan didapat selama santri masih mencintai gurunya dan pesantrennya. Bukan kehebatan ilmu yang membuat seorang santri menjadi hebat. Tetapi, bagaimana santri tersebut menghormati ilmu dan yang mengajarkan ilmu serta yang memiliki ilmu tersebut”, lanjut beliau.

Acara yang bertemakan “Menjaga Akidah, Mempererat Ukhuwah” ini ditutup dengan pembaiatan yang dipimpin oleh Forsilawan Zamakhsyari, penyematan penghargaan kepada Forsilawan Ahmad Subhan Ainurrofiq sebagai peserta terbaik, berkat kebijaksanaannya dalam memimpin simulasi sidang yang diricuhkan oleh sebagian peserta dan panitia, serta pemberian santunan kepada para santri yang menghuni Pondok Pesantren Madinaturrahmah sebagai wujud terimakasih atas kesediaannya menerima dan menyambut baik acara tersebut.

“Kami berharap tidak cukup sampai di sini. Tapi, perjuangan bersama untuk senantiasa berkhidmat dan menjunjung tinggi nama besar Buntet Pesantren itulah yang kami tunggu di Forsila”, ujar ketua umum Forsila, Ahmad Fabi Kriyan Ardani menutup acara tahunan itu.

IKAPB Jadi Terbaik Kedua Lomba Adzan Pitu Keraton Kasepuhan

IKAPB Jadi Terbaik Kedua Lomba Adzan Pitu Keraton Kasepuhan

Posted by Unknown  |  at  9:00 PM


M. Majdi, Ketua IKAPB bersama para juara dan Sultan Kasepuhan
Pengurus Ikatan Keluarga Asrama-Asrama Pondok Buntet Pesantren (IKAPB) berhasil menjadi terbaik kedua dalam lomba Adzan Pitu yang digelar dalam rangka Festival Seni Budaya Pesisiran dan Haul Sunan Gunung Jati ke-461 di Langgar Agung Keraton Kasepuhan pada hari selasa lalu, 7 Oktober 2014.


Tim yang beranggotakan Muhammad Majdi, Ahmad Irsyad, Jamaluddin Husein, Muhammad Fajrul Falah, Muhammad Abudzar, Alfian Noor Muhammad, dan Ahmad Fasya dengan dibantu M. Akmal Abbas Selaatmaja sebagai official ini berhasil menyisihkan delapan tim lain meski tanpa persiapan yang cukup matang.

“Bahagia dan bangga karena inilah debut pertama IKAPB setelah kepengurusan yang baru dilantik bulan lalu”, ujar Ketua IKAPB, Muhammad Majdi setelah menerima penghargaan dari Sultan Sepuh Keraton Kasepuhan, PRA. Arif Natadiningrat di halaman Masjid Sang Cipta Rasa.
M. Majdi saat menerima tropi dan hadiah dari Sultan kasepuhan
“Semoga ke depan lebih baik lagi dan lebih banyak lagi prestasi yang diraih”, lanjutnya.

Selain menyelenggarakan lomba Azan Pitu, Festival Seni Budaya Pesisiran dan Haul Sunan Gunung Jati ke-461 yang digelar di Keraton Kasepuhan ini juga menyelenggarakan lomba mewarnai dan lomba fotografi.

Selamat untuk Pengurus IKAPB, prestasi kalian menjadi kebahagiaan dan kebanggaan bagi kami juga.

PEKERJAAN PARA KYAI

PEKERJAAN PARA KYAI

Posted by Unknown  |  at  12:21 AM

“Setiap orang punya maqam. Dan dalam setiap maqam, skala prioritas amalnya berbeda dari maqam lainnya,” ujar Kyai Bisri Mustofa.
Bagi orang yang maqamnya ‘alim, yaitu telah (relatif) sempurna pengetahuannya tentang (syariat) agama, mengajar adalah amal paling utama baginya. Yang maqomnya muta’allim (pelajar): ya belajar. Yang maqomnya mutaharrif, yaitu orang yang mempunyai tanggungan nafkah tapi tidak bisa memperoleh penghasilan kecuali dengan bekerja setiap harinya, bekerja (mencari nafkah) adalah amal paling utama baginya.
Pada mulanya, Kyai Ma’shum rahimahullah, ayahanda Kyai Ali Ma’shum, berdagang secara berpindah-pindah dari satu kota ke kota lainnya, dengan jadwal yang tetap. Demikian dikisahkan dalam buku biografi beliau, karya M. Luthfi Thomafi. Diantara langganannya adalah pasar-pasar di Cirebon, Demak dan Jombang. Di setiap kota itu Kyai Ma’shum membagi waktu. Usai berdagang di pasar, sejumlah santri telah menunggunya di masjid, untuk memperoleh pengajaran berbagai kitab darinya.
Bertahun-tahun beliau menekuni pola kegiatan itu, dengan maksud menjaga keseimbangan antara mencari nafkah dan mengajarkan ilmu. Sampai akhirnya Kanjeng Nabi Muhammad Saw. datang di salah satu mimpinya dan memerintahkannya berhenti berdagang untuk kemudian membangun pesantren dan mengkhususkan diri dengan mengajarkan ilmu saja. Kyai Ma’shum patuh. Pesantren dibangunnya di Desa Soditan, Lasem, kemudian berhenti berdagang sama sekali dan menghabiskan seluruh waktunya untuk mengajar.
Ada lagi, Kyai Abdul Wahab Husain rahimahullah yang sudah punya tanggungan santri yang cukup banyak di pesantrennya di Desa Kauman, Sulang, Rembang. Tapi Kyai Wahab tetap menekuni pekerjaannya sebagai polangan (pedagang) kambing. Menjelajahi desa-desa untuk membeli kambing-kambing petani adalah pekerjaan beliau sehari-hari. Pada hari pasaran, sendiri pula beliau menggiring kambing-kambing itu ke pasar hewan.
Hari itu, dengan topi laken khas polangan dan pecut di tangan, Kyai Wahab menggiring kambing-kambingnya menyusuri jalan raya. Susah payah ia jaga agar kambing-kambing itu tidak melantur terlalu ke tengah, walaupun jalan raya agak sepi. Tiba-tiba sebuah mobil yang berjalan lambat-lambat dari arah belakang melintasinya. Kurang ajarnya, mobil itu malah sengaja menerjang barisan kambing-kambingnya sehingga kocar-kacir tak karuan. Sudah tentu Kyai Wahab kaget, kelabakan dan berang bukan alang kepalang! Apalagi mobil itu malah lantas berhenti tidak jauh darinya, seolah menantang!
Di kursi belakang terlihat ada seorang penumpang, tapi kurang jelas karena kacanya gelap. Kyai Wahab yang jadhug lagi berangasan tak memperdulikan lagi kambing-kambingnya. Dengan penuh amarah ia hampiri jendela di samping penumpang itu. Ia yakin, itu boss, yang punya mobil. Digebraknya atap mobil dengan garang, sekalian melampiaskan kekesalan. Kaca jendela diturunkan, dan sebuah kepala melongok keluar. Bukan main kagetnya Kyai Wahab, ternyata orang itu adalah Kyai Bisri Mushtofa, gurunya sendiri!
“Sudah jadi kyai, punya pondok, kok santrinya ditinggal polangan wedhus. Pulang sana!” kata Kyai Bisri.

Best FM Menjadi The Best dalam Lomba KPK RI

Best FM Menjadi The Best dalam Lomba KPK RI

Posted by Unknown  |  at  6:48 PM

Foto: Selamat, Radio Komunitas Buntet Pesantren meraih juara 1 pada lomba feature audio yang digelar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) RI. Anugerah diberikan di Kota Tua, Ahad (17/8). cc Sobih Adnan, KH Husein Muhammad, Marzuki Wahid, Mahrus EL-Mawa  http://nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,46-id,53895-lang,id-c,pesantren-t,Radio+Komunitas+Pesantren+Buntet+Juara+I+Lomba+KPK+RI-.phpx

Radio Komunitas (Rakom) Buntet Pesantren (Best FM) meraih peringkat juara 1 dalam lomba pembuatan feature berbentuk audio yang diselenggarakan Komisi Pemberantasan Korupsi Repubik Indonesia (KPK RI) bekerja sama dengan Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI).

Penyerahan hadiah lomba bertema "Anti Korupsi" tersebut dilakukan dalam acara peluncuran Kanal TV KPK RI sekaligus peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI di Kota Tua, Jakarta, Ahad (17/8).

Ketua Rakom Best FM, Ahmad Rovahan mengatakan, pihaknya sangat bangga karena peringkat pertama lomba tingkat nasional ini justru bisa diraih radio yang diinisiasi kalangan pesantren. Ia berharap, penghargaan ini bisa dijadikan penyemangat untuk berkarya lebih baik lagi.

“Alhamdulillah, semua ini tak lain merupakan bukti keberkahan pesantren.  Semoga dengan penghargaan ini kami bisa berkarya lebih baik,” ungkap Rovahan yang dihubungi per telepon oleh NU Online.

Dalam perlombaan yang diikuti oleh ratusan Rakom se-Indonesia ini, Best FM menyajikan sebuah iklan layanan masyarakat (ILM) berbentuk feature tentang betapa terbukanya prinsip pelaporan keuangan publik yang dilakukan oleh para pengurus masjid. 

Karya dengan judul “Belajar Jujur dari Para Pengurus Masjid” ini berisi sebuah wawancara tentang gambaran pengumuman pemasukan anggaran yang biasa dilakukan oleh pengurus masjid sebelum Salat Jumat dilaksanakan.

“Mulanya menurut kami sangat unik, para pengurus masjid itu sudah melakukan prinsip keterbukaan anggaran publik jauh sebelum lembaga-lembaga seperi KPK dan lainnya berdiri. Mengapa tradisi pengumuman pemasukan anggaran yang biasanya dilakukan sebelum Salat Jumat ini diteladani oleh pihak lain?” katanya.

Meskipun, lanjut Rovahan, keteladanan para pengurus masjid tersebut tidak mesti ditiru secara teknis. Tapi kesemangatan untuk terbuka dalam bidang keuangan yang bersumber dari masyarakat ini dilakukan dengan penuh sungguh-sungguh dan terperinci.

“Dalam feature audio ini juga saya angkat wawancara tentang kejadian di salah satu masjid, pengurus mengumumkan nominal anggaran yang masuk secara terperinci, semisal lima juta ditambah dua dollar Singapura. Bukan hanya nominal loh, tapi jenisnya juga terperinci,” jelas Rovahan.

Selain secara terbuka dan terperinci, menurut Rovahan, prinsip anti korupsi ini juga perlu ditopang oleh penghayatan ajaran agama yang kuat, oleh karenanya, pesantren juga merasa penting untuk terlibat secara langsung dalam kampanye anti korupsi di Indonesia.

Selain Best FM sebagai juara 1, perlombaan ini juga menetapkan tiga rakom lain sebagai juara peringkat selanjutnya, antara lain Taraktak FM Sumatera Barat, Wijaya FM Yogyakarta dan K-FM Magelang. Pemenang lomba mendapatkan hadiah berupa peralatan siar radio yang diserahkan langsung para Pimpinan KPK diantaranya Ketua KPK Abraham Samad, Bambang Widjayanto, Adnan Pandu Praja, dan Juru Bicara KPK Johan Budi

Selamat dan turut bangga atas hasil yang dicapai oleh radio komunitas kita. Semoga ini menjadi pemacu dan pemicu untuk mengejar prestasi-prestasi berikutnya.

Disarikan dari NU Online

IKAPB Punya Pemimpin Baru

IKAPB Punya Pemimpin Baru

Posted by Unknown  |  at  5:19 AM

Jum’at, 2 hari menjelang HUT Negara Kesatuan Republik Indonesia, Tim Kelompok Kerja (Pokja) Musyawarah Besar Ikatan Keluarga Asrama-asrama Pondok Buntet Pesantren (IKAPB) memfasilitasi terselenggaranya Musyawarah Besar (Mubes).

Foto: Mulai dari 2006 mengabdi, tinggal nunggu waktu untuk jadi penonton :)  Ikapb Buntet PesantrenAcara Mubes yang dilangsungkan di Ruang Pertemuan Gedung Guest House Yayasan Lembaga Pendidikan (YLPI) Islam Buntet Pesantren ini diawali dengan laporan dari Tim Pokja yang kemudian disambung sambutan sekaligus dibukanya Mubes IKAPB 2014 oleh Kang Nurudin selaku Ketua IKAPB masa khidmat 2012-2014 kemudian Kang Anas Asazz mewakili Dewan Penasihat memberikan arahan kepada semua peserta sidang yang hadir.

Setelah sambutan-sambutan, acara berlanjut pada Sidang Pleno membahas dan menetapkan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Pedoman Kerja Organisasi, dan Garis-garis besar Haluan Kerja dari organisasi IKAPB. Selain itu, salah satu agenda penting dari Mubes yang dilangsungkan tadi adalah pemilihan Ketua Umum IKAPB untuk periode selanjutnya, yaitu masa khidmat 2014-2016. Pembahasan yang berlangsung maraton dalam waktu yang cukup lama, yaitu dari pagi sampai pukul 17.00 WIB ini selain bertujuan menetapkan aturan main dari organisasi serta menentukan pemimpin baru, ajang mubes ini juga ditujukan sebagai ajang untuk sosialisasi kepada para anggota tentang peraturan-peraturan yang berlaku di IKAPB serta segala hal yang berkaitan dengan IKAPB. Ya sesuai pepatah yang mengatakan “Tak Kenal, maka tak sayang”, Mubes ini juga diharapkan membuat para peserta Mubes lebih mengenal IKAPB sehingga kelak akan tumbuh kecintaan dan kepedulian serta rasa memiliki sehingga IKAPB tidak akan kehabisan tenaga dan ide-ide baru yang akan terus menjalankan roda organisasi.

Acara yang dihadiri para pengurus IKAPB periode 2012-2014, perwakilan dari masing-masing pondok, calon-calon pengurus IKAPB periode 2014-2016, serta para Dewan Penasihat IKAPB/Ketua Umum dan Pengurus IKAPB periode-periode sebelumnya (diantaranya ada Kang Anas Asazz, Kang Lutfi NZ, Kang Zidni NZ, dan Kang Fikri Mubarok) secara mufakat memilih M. Majdi atau yang lebih dikenal dengan Kang Andi sebagai nahkoda baru IKAPB dalam mengarungi periode selanjutnya yaitu tahun 2014-2016.


Kang Andi, Ketua IKAPB 2014-2016
Waktu memang akan terus bergulir, IKAPB yang sudah berdiri pada September tahun 1992 ini akan dipimpin oleh pemimpin ke delapan yang akan meneruskan estafet kepemimpinan yang telah diwariskan oleh para pemimpin sebelumnya ; Kang Asep Nu’man Zein, Kang Jachus Santoso, Kang Lutfi NZ, Kang Anas Asazz, Kang Nemi Mu'tashim Billah, Kang Zidni NZ, dan Kang Nuruddin. Selamat untuk Kang Andi, semoga senantiasa ikhlas, istiqomah, dan semangat dalam menjalankan khidmat kepada para masyayikh khususnya dalam mengurus santri melalui IKAPB. Kami semua mendukungmu.

Masih Bocah sudah Mempunyai Karomah

Masih Bocah sudah Mempunyai Karomah

Posted by Unknown  |  at  7:29 PM


Sewaktu masih kecil, seumuran anak-anak yang suka telanjang dan bermain layang-layang, Kyai Abbas justu sudah dibiasakan untuk selalu mengaji (belajar) termasuk setiap meminta uang jajan kepada ayahandanya, Kyai Abdul Jamil harus memenuhi syarat yang diberikan. Waktu itu Kyai Abbas kecil harus membacakan nadzam Maqshud (riwayat lain Alfiyah) dengan hafalan di hadapan ayahnya. Dengan segera Kyai Abbas kecil pun membacakannya dengan hafalan di luar kepala, semuanya tanpa tersisa dan tanpa terlewat satu bait pun. Bercampur heran dan takjub, akhirnya uang jajan pun selalu diberikan oleh Kyai Abdul Jamil jika Kyai Abbas kecil meminta.

Waktu demi waktu berlalu, Kyai Abbas yang masih relatif kecil mengutarakan keinginannya kepada sang ayah untuk mondok. Meski ayahnya sendiri adalah seorang Kyai yang alim dan mengajar ke para santri, namun anggapan bahwa belum dikatakan mondok karena belajar kepada orangtuanya sendiri membuat Kyai Abbas yang masih kecil mantap untuk pergi mondok, beliau merasa ingin mencari ilmu dan bertabarruk kepada para Kyai dari pondok-pondok yang lain.

Karena desakan yang besar dari anaknya, akhirnya KH. Abdul Jamil mengabulkan: “Yawis lamon arep mondok, pamita Sira maring dulur ira ning Masjid Agung Cirebon,” Ya sudah kalau kamu ingin mondok, mintalah restu kepada kerabatmu yang ada di Masjid Agung Keraton Cirebon.

Dengan langkah tegap, tatapan tajam ke depan, Abbas kecil berjalan kaki menyusuri rel kereta api berangkat pagi dari rumahnya menuju Masjid Agung Cirebon. Hari itu adalah hari Jum’at. Tepat pukul 12 siang kurang 10 menit, bedug Masjid Agung Cirebon pun berbunyi bersamaan dengan datangnya Kyai Abbas kecil.

Salah seorang habib yang merupakan imam dan khathib Masjid Agung tersebut pun berteriak: “Heh... sapa kuh sing wani-wani nabuh bedug, kurang 10 menit!” Siapa yang berani-beraninya menabuh bedug, (padahal waktu masuk shalat) kurang 10 menit!

Tak ada satu pun jamaah yang hadir yang menjawab, karena memang tidak ada yang merasa menabuh bedug, habib itu pun bertanya di hadapan jamaah: “Siapa saja orangnya yang masuk masjid bersamaan dengan bunyi bedug tadi, suruh dia menghadap saya.”

Para jamaah pun saling menoleh, tidak ada yang merasa masuk masjid berbarengan dengan bedug berbunyi. Tapi salah seorang dari mereka memberanikan diri untuk menjawab: “Maaf, Habib. Ada satu orang yang dimaksud, tapi dia cuma anak kecil, kulitnya hitam, nampak lusuh dan pakaiannya tidak rapi.” 

“Bocah cilik gan bagen,” Biarin, meskipun anak kecil! Jawab sang habib.

Akhirnya Kyai Abbas kecil pun diminta menghadap sang habib, dan ia ditanya: “Sira kuh sapa, sing endi?” Kamu itu siapa dan berasal dari mana?

Dijawab dengan tegas ala anak kecil: “Kula Abbas, putrane Abdul Jamil Buntet.” Saya Abbas, putranya Abdul Jamil Buntet.

Langsung saja sang habib merangkulnya sembari menangis, dan berkata: “Masya Allah, sira kuh arane Abbas, putrae Kyai Abdul Jamil Buntet? Sedulur isun?!” Masya Allah, kamu Abbas putranya Kyai Abdul Jamil Buntet? Keluarga saya?!

Akhirnya Kyai Abbas kecil pun disuruh sang habib untuk naik mimbar, dan berkhutbah. Meski kecil, ia sudah sangat fasih berbicara di hadapan orang banyak. Berkhutbah dengan lancarnya bak khathib yang sudah sangat berpengalaman.

Ada kemungkinan bedug masjid yang berbunyi sendiri itu, sebagai pertanda dan penyambutan ada tamu orang yang besar, KH. Abbas bin KH. Abdul Jamil Buntet. “Mungkin yang menabuh bedug dan menyambut itu adalah para malaikat,” tutup pamandaku, Bapak Ridhwan salah satu santri Buntet Pesantren, mengakhiri kisahnya.

KH. Abbas Abdul Jamil adalah putra sulung dari pasangan KH. Abdul Jamil dan Nyai Qari’ah. Kyai Abdul Jamil memiliki putra-putra dari istri Nyai Qari'ah yang berakhiran “AS”; Kyai Abbas, Kyai Anas, Kyai Ilyas dan Kyai Akyas. KH. Abbas Abdul Jamil, atau orang lebih akrab menyebutnya Kyai Abbas, dilahirkan pada hari Jum’at 24 Dzulhijah 1300 H/1879 atau 1883 M di Desa Pekalangan, Cirebon dan wafat pada hari Ahad waktu Shubuh tanggal 1 Rabi’ul Awwal 1365 H/1946 M.

Dari Fanpage Facebook Kumpulan Foto Ulama dan Habib karangan Sya’roni As-Samfuriy, Tegal 12 Agustus 2014 Dengan beberapa penyesuaian. 
Mohon koreksinya jika ada kekeliruan dan/atau kekurangan


Halal Bihalal Bani Muta'ad

Halal Bihalal Bani Muta'ad

Posted by Unknown  |  at  6:29 AM

Buntet Pesantren, Jum’at, 8 Agustus 2014 – Sekumpulan pemuda dan pemudi Buntet yang merupakan keturunan (Bani) Kiai Mutaad bin Kiai Raden Muridin mengadakan Halal Bihalal. Seperti yang sudah kita sama-sama ketahui bahwa selepas Mbah Muqooyim, Pondok Buntet Pesantren diasuh oleh Mbah Mutaad yang tak lain merupakan cucu menantu dari Mbah Muqooyim. Mbah Mutaad adalah keturunan ke 17 dari Syekh Syarif Hidayatullah atau yang lebih dikenal dengan Sunan Gunung Jati, namun Mbah Mutaad begitu menekankan kepada anak cucunya untuk rendah hati dan menanggalkan gelar kebangsawanan (Raden).

Image preview

Acara yang diinisiasi oleh Moh. Akmal Abbas S. dan kawan-kawan ini sukses mengumpulkan sekitar 80 orang yang notabene masih satu keluarga dan kelak akan meneruskan perjuangan para sesepuh pondok Buntet Pesantren khususnya Mbah Mutaad. Tujuan diadakannya acara tersebut adalah agar sesama zurriyah bisa saling mengenal dan terus menjaga hubungan silaturrahim.

Acara yang dimulai Ba’da Isya ini dihadiri oleh KH. Ade Nasihul Umam yang secara gamblang, detil dan runtut memaparkan dinamika Buntet dari masa ke masa serta peran Buntet Pesantren dalam mengembangkan Pondok-pondok lain, tercatat Pondok-pondok seperti Gedongan, Benda Kerep, Balerante Tebu Ireng, Lirboyo, dan lain-lain tidak terlepas dari ikhtiar beberapa Kiai dari Buntet Pesantren. Selain itu, KH. Ade juga menekankan bahwa Pondok Buntet yang sudah berdiri sejak zaman Pangeran Diponegoro lahir atau tepatnya pada tahun 1758 M bisa tetap bertahan sampai sekarang karena adanya harmoni atau kerjasama antara para Kiai sepuh dan generasi muda. Beliau mencontohkan semasa LPI (sekarang YLPI) dipimpin oleh KH. Junaedi Anas, KH. Junaedi Anas dan para Kiai sepuh saat itu dibantu dan disokong betul oleh para Kiai muda seperti KH. Maufur, KH. Zuhdi, KH. Hisyam Mansyur, dan lain-lain. Oleh karena itu, peran generasi muda Buntet Pesantren khususnya yang hadir pada acara tersebut begitu diharapkan demi kebaikan ma’haduna, Ma’had Buntet Pesantren, tambah KH. Ade.

Meski malam sudah semakin larut, selepas pemaparan sejarah Buntet oleh KH. Ade, sejumlah orang yang tengah berkumpul di ruang pertemuan YLPI Buntet Pesantren masih antusias mendengarkan motivasi dari KH. Salman. KH. Salman menyampaikan sebuah cerita yang mengandung pesan moral bahwa tidak akan menyelesaikan masalah kalau kita hanya bisa berbicara atau menggerutu kesana kemari, yang dibutuhkan adalah action bersama agar masalah tersebut bisa selesai dengan cepat. KH. Salman juga mendorong agar semua yang hadir kelak akan melanjutkan dan menghidupkan kembali Ikatan Keluarga Asrama Pondok Buntet Pesantren yang akan mengadakan Musyawarah Besar pada pekan depan.



Sebelum acara diakhiri dengan foto bersama dan salam-salaman, KH. Nahdudin Royandi Abbas yang sudah rawuh di tengah-tengah peserta sejak awal acara berpesan agar para keturunan Kiai Mutaad agar Tawadlu. Menurut KH. Nahdudin, tawadlu kepada siapapun jaminannya adalah siapapun juga akan tawadlu atau hormat kepada kita. Selain berpesan agar tawadhu, KH. Nahdudin juga menantang semua yang hadir agar bisa lebih baik dari beliau. Beliau telah membuktikan bahwa beliau mampu “menaklukkan” dunia, berkelana dari mulai Timur Tengah sampai di London, Inggris dengan tujuan untuk belajar, belajar, dan terus belajar. Beliau juga berharap bahwa acara tersebut akan diadakan kembali di masa mendatang dan kelak Beliau akan menceritakan pengalaman-pengalamannya selama Beliau melanglangbuana ke berbagai tempat di belahan dunia.

Seusai foto bersama dan salam-salaman, diadakan diskusi yang intinya untuk menguatkan komitmen bersama bahwa IKAPB adalah tanggung jawab kita bersama, begitupun dengan Pondok yang sudah hidup ratusan tahun ini adalah menjadi ladang tempat kita berjuang bersama. Bismillah . . .

Copyright © 2013 Blog Backup Buntet Pesantren. WP Theme-junkie converted by BloggerTheme9
Blogger template. Proudly Powered by Blogger.
back to top