BERDIRINYA NAHDLATUL ULAMA

Posted by Unknown  |  at  5:20 PM

Di masa Belanda berlaku larangan mengadakan perkumpulan yang melibatkan banyak orang, karena mereka takut ada propaganda melawan penjajah.

Sewaktu para Kyai di Jawa mau mendirikan Jamiyah Ulama, para Kyai bingung bagaimana caranya mengundang banyak Kyai, tp bisa aman dari Belanda. Maka Kyai Ridwan Abdullah (pencipta lambang NU) memiliki gagasan gemilang: "Begini, kalau soal izin kepada Governer Belanda saya yg tanggung", kata beliau Kepada kyai Wahhab Hasbullah dll.

Ternyata Kyai Ridwan meminta izin kepada Belanda untuk mengadakan Haul Pertama Kyai Kholil Bangkalan. Pihak belanda bertanya: "Berapa orang?", Kyai Ridwan menjawab: "sangat banyak, karena santri beliau dari mana-mana", dan akhirnya Belanda mengizinkan.

Pada tanggal 31 Januari 1926 para Kyai dan santri berkumpul di rumah Kiai Wahab Hasbullah di Bubutan, Surabaya. Mereka mengadakan haul Syaikhona Kholil dengan pengawasan ketat Belanda. Sementara mayoritas jamaah, terutama yang berada di luar rumah bertahlil, di dalam rumah para kyai berkumpul untuk mendirikan jamiyah yg akhirnya diberi nama Nahdlatul Ulama, atas usulan Kyai Mas Alwi Abdul Azis (kisah ini diriwayatkan dari Gus Salahuddin Azmi, Beliau dari Ayahnya kyai Mujib Ridwan, Beliau dari Ayahnya Kyai Ridwan Abdullah. Jadi sanadnya Muttashil wa rijaaluhu tsiqaat insyaallah).
Pada saat bercerita Kyai Mujib juga berkata kepada para putranya: "jika memang NU tidak diridlai keberadaannya oleh Allah, maka tidak mungkin NU berdiri. Sebab pertama kali mendirikan harus menghadapi Belanda, namun ternyata Allah meridlai".

disarikan dari Ustad Makruf, Ketua Lembaga Bahtsul masail PCNU Surabaya dan Anggota Lembaga Bahtsul Masail NU PWNU Jawa Timur.

Selamat Hari lahir NU yang ke 87. Semoga tetap istiqomah dalam mengawal umat dan bangsa.





0 comments:

KALIGRAFI CINTA

Posted by Unknown  |  at  12:09 AM

Berselimut permadani hitam

Kulangkahkan tangan tak berseni di atas sucinya secarik kertas Ditemani pena
Segelas kopi hanya terdiam termenung memandang, menanti tuk diseruput
Kusolek wajah suci kertas dengan cairan hitam

Entah makin rusak tak menentu, kecantikannya hilang seketika
Warna kantuk telah merasuk di otak, mengalir di tangan dan tumpah ruah di putih wajahnya, banyak meracuni Coreng-moreng jadinya
Saat itu, ku tak kenal waktu

Dari angka sembilan, hingga jarum menunjuk angka dua, hitamnya permadani makin kelam, awan kian tenggelam
Terkadang, sengaja kucuri hitamnya permadani untuk kemudian kutuangkan di atas sketsa KeCintaanku pada seni, kucurahkan semua

Ke Rinduanku akan sahabat yang makin hari kian menenggelamkan diriku dalam kesunyian, kesepian, nestapa yang tak berkesudahan

Kuambil keRiduanku pada mereka dari hatiku, untuk selanjutnya diguyurkan
Cinta dan Rindu itu kujadikan sebagai bumbu penyedap mata hati
Kuukir dalam berbagai jenis untuk kesatuan yang indah
Sengaja kupoles ayat 103 Ali Imron
"wa'tashimuu bi hablillah"

Mengingatkan kita akan pertalian kepada Sang Maha Pencipta "Wa laa tafarroquu"
Melarang kita untuk berpisah, maka bersatulah
Kita ikatkan dengan silaturrahmi

"Wadzkuruu ni'matallaah"
Bersyukurlah atas ni'mat yang telah diberikan Maha Pemberi Ni'mat

oleh Muhammad Syakir Ni'amillah



















0 comments:

Berkangen-kangenan dengan Hadrotus Syaikh

Posted by Unknown  |  at  6:21 PM

Ungkapan saya “berkangen-kangenan” mungkin kurang tepat, meskipun sekedar imajiner, karenanya saya beri tanda kutip. Soalnya yang kangen hanya saya dan saya tidak menangi (red. pernah bertemu.) tokoh yang saya kangeni itu.

Dari apa yang saya dengar tentang Hadratussyeikh dan rekaman-rekaman buah pikiran beliau yang berhasil saya kumpulkan sampai saat ini, saya memperoleh gambaran yang demikian jelas mengenai bapak NU ini sehingga seolah-olah saya menangi beiau.

Hadratussyaikh Kyai Muhammad Hasyim bin Kyai Asy'ari
Dan ketika saya, baru-baru ini dihadiahi oleh Kyai Muchit Muzadi copy kitab susunan Sayyid Muhammad Asad Syihab (cetakan Bairut) berjudul “Al ‘Allamah Muhammada Hasyim Asy’ari Waadli’u Labinati Istiqlaalli Indonesia” (Maha Kyai Muhammad Hasyim Asy’ari peletak batu pertama kemerdekaan Indonesia) dan dua khutbah Hadratussyeikh, kangen saya pun kian menjadi-jadi.

Keiginan untuk melakukan wawancara imajiner dengan beliau pun tidak bisa saya empet (red. tahan). Tiba-tiba saya sudah berada dalam majlis yang luar biasa itu. Suatu Halaqoh raksasa yang menebarkan wibawa bukan main mendebarkan. Kalau saja tidak karena senyum-senyum lembut yang memancar dari wajah-wajah jernih sekalian yang hadir, niscaya saya tak akan tahan duduk di majelis ini.

Mereka yang duduk berhalaqoh dengan anggun di sekeliling saya tampak bagaikan sekelompok gunung yang memberikan rasa teduh dan damai. Sehingga rasa ngeri dan gelisah saya berkurang karenanya. Begitu banyak wajah ratusan atau bahkan ribuan memancarkan cahaya, menyinari majelis, ada yang sudah saya kenal secara langsung atau melalui foto dan cerita-cerita, ada yang sebelumnya hanya saya kenal namanya, dan masih banyak lagi yang namanya pun tidak saya ketahui. “Itu tentu kyai Abdul Wahab Hasbullah!”

Wajahnya yang kecil masih tetap berseri-seri menyembunyikan kekuatan yang tak terhingga. Duduk disampingnya Kyai Bishri Syansuri, Kyai Raden Asnawi Kudus, Kyai Nawawi Pasuruan, Kyai Ridwan Semarang, Kyai Maksum Lasem, Kyai Nahrowi Malang, Kyai Ndoro Munthah Bangkalan, Kyai Abdul Hamid Faqih Gresik, Kyai Abdul Halim Majalengka (salah seorang perintis PUI), Kyai Ridwan Abdullah, Kyai Mas Alwi Abdul Azis, dan Kyai Abdullah Ubaid dari Surabaya. Yang pakai torpus tinggi itu tentu Syeikh Ahmad Ghanaim Al-Misri dan yang di sampingnya itu Syeikh Abdul ‘Alim Ash-Shiddiqi. Oh, itu Kyai Saleh Darat, Kyai Subki Parakan, Kyai Abbas Abdul Jamil Buntet, Kyai Ma’ruf Kediri, Kyai Baidlowi lasem, Kyai Dalhar Magelang, Kyai Amir Pekalongan, Kyai Mandur Temanggung!” kembali batinku memekik.

Yang asyik berbisik-bisik itu pastilah Kyai Abdul Wahid Hasyim dan Kyai Mahfudz Shiddiq, Kyai Dahlan dan Kyai Ilyas.

Saya melihat juga Kyai Sulaiman Kurdi Kalimantan, Sayyid Abdullah Gathmyr Palembang, Sayyid Ahmad Al-Habsyi Bogor, Kyai Djunaidi dan Kyai Marzuki Jakarta, Kyai Raden Adnan dan Kyai Masyud Sala, Kyai Mustain Tuban, Kyai Hambali dan Kyai Abdul Jalil Kudus, Kyai Yasin Banten, Kyai Manab Kediri, Kyai Munawir Jogja, Kyai Dimyati Termas, Kyai Cholil Lasem, Kyai Cholil Rembang, Kyai Saleh Tayu, Kyai Machfud Sedan, Kyai Zuhdi Pekalongan, Kyai Maksum Seblak, Kyai Abu Bakar Palembang, Kyai Dimyati Pemalang, Kyai Faqihuddin Sekar Putih, Kyai Abdul Latif Cibeber, Haji Hasan Gipo,Haji Mochtar Banyumas, Kyai Said, dan Kyai Anwar Surabaya, Kyai Muhammadun Pondohan, Kyai Sirajd Payaman, Kyai Chudlori Tegalrejo, Kyai Abdul Hamid Pasuruan, Kyai Badruddin Honggowongso Salatiga, Kyai Machrus Ali Lirboyo, kyai, kyai . . . Di tengah-tengah lautan kyai dan tokoh-tokoh NU itu, Hadlratussyeikh bersila dengan agung, dengan wajah teduh yang senantiasa tersenyum.

Namun, betapapun jernih wajah-wajah mereka, saya masih melihat sebersit keprihatinan yang getir. Karenanya pertanyaan pertama yang saya ajukan setelah berhasil mengalahkan rasa rendah diri yang luar biasa adalah, “Hadratussyeikh saya melihat Hadratusyeikh dan sekalian masyayikh yang berada di sini begitu murung. Bahkan di kedua mata Hadratussyekh yang teduh, saya melihat air mata yang menggenang. Apakah dalam keadaan yang damai dan bahagia begini, masih ada sesuatu yang membuat Hadatussyeikh dan sekian masyayikh berprihatin? Apakah gerangan yang diprihatinkan?"

Hampir serentak, Hadratussyeikh dan sekian masyayikh tersenyum. Senyum yang sulit saya ketahui maknanya. Tampaknya Kyai Abdul Wahab Hasbullah sudah akan menjawab pertanyaan saya, tapi buru-buru Hadratussyeikh memberi isyarat dengan lembut. Ditatapnya saya dengan senyum yang masih tersungging, seolah-olah beliau hendak membantu mengikis kegelisahan saya akibat wibawa yang mengepung dari segala jurusan. Baru kemudian beliau berkata dengan suara lunak namun jelas.

“Cucuku, kau benar. Kami semua disini, Alhamdulillah hidup dalam keadan damai dan bahagia. Seperti yang kau lihat, kami tidak kurang suatu apa. Kalau ada yang memprihatinkan kami, itu justru keadaan kalian. Kami selalu mengikuti terus apa yang kamu lakukan dengan dan dalam jam’iyyah yang dulu kami dirikan. Kami sebenarnya berharap, setelah kami, jam’iyyah ini akan semakin kompak dan kokoh. Akan semakin berkembang. Semakin bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa. Semakin mendekati cita-citanya. Untuk itu kami telah meninggalkan bekal yang cukup. Ilmu yang lumayan, garis yang jelas, dan tuntunan yang gamblang.”

“Jam’iyyah dulu kami dirikan untuk mempersatukan ulama Ahlussunnah Wal Jama’ah dan pengikutnya, tidak saja dalam rangka memelihara, melestarikan, mengembangkan, dan mengajarkan ajaran Islam Ahlussunnah wal Jama’ah, tetapi juga bagi khidmah kepada bangsa, negara, dan umat manusia.”
“Sebenarnya kami sudah bersyukur bahwa khittah kami telah berhasil dirumuskan dengan jelas dan rinci sehingga generasi yang datang belakangan tidak kehilangan jejak para pendahulunya.

Sehingga langkah-langkah perjuangan semakin mantap. Tapi kenapa rumusan itu tidak dipelajari dan dihayati secara cermat untuk diamalkan? Kenapa kemudian malah banyak warga jam’iyyah yang kaget, bahkan seperti lepas kendali? Satu dengan yang lain, saing bertengkar dan saling mencerca. Tidak cukup sekedar berbeda pendapat (ikhtilaf), saling ungkur-ngkuran (tadaabur), bahkan saling memutuskan hubungan (taqaathu’). Padahal mereka, satu dengan yang lain bersaudara. Sebangsa. Setanah air. Se-agama. Se-ahlusunah wal jama’ah. Se-jam’iyyah.”

“Laa haula wala quwwata illa billah …”, gumam semua yang hadirin serempak, membuat tunduk saya semakin dalam.

Saya merasakan berpasang-pasang mata menghujam ke diri saya bagai pisau-pisau yang panas. Sementara Hadratussyeikh melanjutkan masih dengan nada yang lembut, penuh kebapakan.
“Yang sedang bertikai itu sebenarnya masing-masing sedang membela kemuliaan apa? Mampertahankan prinsip Islam apa? Sehingga begitu ringan mengorbankan prinsip persaudaraan yang agung?”
“Sejak awal saya kan sudah memperingatkan, baik dalam muqoddimah Al-Qonuun Al-Asasi maupun di banyak kesempatan yang lain, akan bahayanya perpecahan dan pentingnya menjaga persatuan. Dengan perpecahan tak ada sesuatu yang bias dilakukan dengan baik. Sebaliknya dengan persatuan, tantangan yang bagaimanapun beratnya Insya Allah akan dapat diatasi.”

“Perbedaan pendapat mungkin dapat meluaskan wawasan, tetapi tabaahguudl, tahaaasud, tadaabur, dan taqoothu’ apapun alasannya hanya membuahkan kerugian yang besar dan dilarang oleh agama kita.” “Kalau di dalam organisasi, tabaahguudl, tahaaasud, tadaabur, dan taqoothu’ itu merupakan malapetaka. Maka apapula itu namanya jika terjadi dalam tubuh organisasi ulama’ dan para pengikutnya?”

Hadratussyekh menarik nafas panjang, diikuti serentak oleh ribuan gunung kyai. Suatu tarikan nafas yang disusul gemuruh dzikir dalam nada keluhan, “Laa haula walaa quwwata illa billah …” Saya sedang menggumpulkan kebenaran untuk mengatakan kepada Hadratussyeikh bahwa warga jam’iyyah baik-baik saja kalaupun ada sedikit ketegangan itu wajar, kini sudah membaik tak perlu ada yang perlu diprihatinkan ketika beliau berkata, “Engkau tidak perlu menutup-nutupi keadaan yang sebenarnya. Kami tahu semuanya. Mungkin keadaan yang sebenarnya tidak separah yang tampak oleh Kami. Namun yang tampak itu sudah membuat kami prihatin. Kami ingin khidmah dan yang dilakukan oleh jam’iyyah ini sebanding dengan kebesarannya.”

“Lalu apa nasehat Hadratussyeikh?” pertanyaan ini meluncur begitu saja tanpa saya sadari.
“Nasehatku, lebih mendekatlah kepada Allah. Bacalah lagi lebih cermat dan khittah jam’iyyah. Pahami dan hayati maknanya, lalu amalkan! Waspadalah terhadap provokasi kepentingan sesaat! Itu saja.”

Mendengar nasehat singkat itu, tanpa saya sadari, saya melayangkan ke wajah-wajah jernih berwibawa di sekeliling saya. Semuanya mengangguk lembut seolah-olah meyakinkan saya bahwa nasehat Hadaratussyeikh itu tidaklah sesederhana yang saya duga.

“Dan belajarlah berbeda pendapat!” seru sebuah suara yang ternyata adalah suara Kyai Abdul Wahid Hasyim. Berbeda pendapat dengan saudara adalah wajar. Yang tidak wajar dan sangat kekanak-kanakan adalah jika perbedaan pendapat menyebabkan permusuhan di antara sesama saudara.”

Sekali lagi semuanya mengangguk-angguk lembut. Saya tidak bisa dan tidak ingin lagi meneruskan wawancara. Saya hanya menunggu. Ingin lebih banyak lagi nasehat. Tapi yang saya dengar kemuadian adalah ayat Al-Qur’an yang dibaca dengan khusyu’ oleh –masya Allah– Kyai Abdul Wahab Hasbullah. “Washbir nafsaka ma’alladziina yad’uuna Robbahum bil ghodaati wal ‘asyiyi yuriiduuna wajhahu walaa ta’du ‘ainaka ‘anhum turiidu ziinatal hayaatid-dunya wala tuthi’ man aghfalnaa qolbahu ‘an dzikriNaa wattaba’a hawaahu wakaana amruhu furuuthaa.”

Dan bersabarlah kamu bersama orang-orang yang menyeru Tuhan mereka di pagi dan petang hari mengharapkan keridloan-Nya dan jangan palingkan kedua matamu dari mereka karena mengharap gemerlap kehidupan dunia ini dan jangan ikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami dan menuruti hawa nafsunya serta adalah keadannya melampaui batas. Dan dengan berakhirnya bacaan ayat 28 Al-Kahfi itu, saya tak mendengar lagi kecuali dzikir dan dzikir yang gemuruhya serasa hendak mengoyak langit.

oleh KH. A. Musthofa Bisri bin KH. Bishri Mushtofa bin KH. Mushtofa
(dengan perubahan seperlunya)



























0 comments:

Detik-detik Maulid Nabi Muhammad SAW

Posted by Unknown  |  at  5:54 PM

Al-Imam Syihabuddin Ahmad bin Hajar Al-Haitami Asy-Syafi’i di kitabnya An-Ni’matul Kubraa ‘Alal ‘Aalam hal. 61 telah menyebutkan ; Bahwa sesungguhnya pada bulan kesembilan kehamilan Sayyidah Aminah (bulan Rabi’ul Awwal), saat hari-hari kelahiran Baginda Nabi Muhammad sudah semakin dekat,

Allah SWT semakin melimpahkan berbagai macam anugerahnya kepada Sayyidah Aminah, mulai malam tanggal satu hingga malam tanggal 12 Bulan Rabi’ul Awwal malam kelahiran Baginda Rasulullah Muhammad SAW; Pada malam tanggal 1 Allah SWT melimpahkan segala kedamaian dan ketentraman yang luar biasa kepada Sayyidah Aminah, sehingga Beliau merasakan ketenangan dan kesejukan jiwa yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Pada malam tanggal 2 datang seruan berita gembira kepadanya bahwa sebentar lagi dirinya akan mendapati anugerah agung yang luar biasa dari Allah SWT. Pada malam tanggal 3 datang seruan memanggil kepadanya…”Wahai Aminah, sudah dekat saatnya Engkau akan melahirkan Nabi Agung Rasulullah Muhammad SAW yang senantiasa memuji dan bersyukur kepada Allah SWT”. Pada malam tanggal 4 Sayyidah Aminah mendengar beraneka ragam tasbih para malaikat secara nyata dan sangat jelas sekali. Pada malam tanggal 5 Sayyidah Aminah mimpi bertemu dengan Nabiyyullah Ibrahim AS Khalilullah.

Pada malam tanggal 6 Sayyidah Aminah melihat cahaya Rasulullah SAW memenuhi segala penjuru alam semesta.

Pada malam tanggal 7 Sayyidah Aminah melihat para malaikat silih berganti saling berdatangan mengunjungi kediamannya membawa kabar gembira, sehingga kebahagiaan dan kedamaiannya semakin memuncak.

Pada malam tanggal 8 Sayyidah Aminah mendengar seruan memanggil dimana-mana, suara tersebut sangat jelas mengumandangkan….”Berbahagialah wahai seluruh penghuni alam semesta, telah dekat saat kelahiran Nabi Agung Kekasih Allah SWT Pencipta alam semesta..”
Pada malam tanggal 9 Allah SWT semakin mengucurkan limpahan Belas Kasih Sayangnya kepada Sayyidah Aminah, sehingga tidak ada sedikitpun rasa sedih, susah atau sakit dalam diri dan jiwa Sayyidah Aminah.

Pada malam tanggal 10 Sayyidah Aminah melihat tanah Khoif dan Mina ikut bergembira ria menyambut kelahiran Baginda Nabi Muhammad SAW .

Pada malam tanggal 11 Sayyidah Aminah melihat seluruh penghuni langit dan bumi ikut bersuka cita menyongsong kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW.

Maka, pada malam 12 Bulan Rabi’ul Awwal, langit dalam keadaan cerah tanpa ada mendung sedikitpun, saat itu Sayyid Abdul Muthalib sedang bermunajat kepada Allah SWT di sekitar Ka’bah, dan Sayyidah Aminah sendirian di rumah, tanpa ada seorangpun yang menemaninya, tiba-tiba Beliau Sayyidah Aminah melihat tiang rumahnya terbelah, dan perlahanan-lahan muncul empat wanita yang sangat anggun nan cantik jelita dan diliputi cahaya yang memancar berkemilauan serta semerbak harum wewangian memenuhi seluruh ruangan. Tiba-tiba wanita pertama datang dan berkata kepada Sayyidah Aminah;

………”Sungguh, berbahagialah engkau wahai Aminah. Tidak ada di dunia ini wanita yang mendapati kemuliaan dan keberuntungan seperti engkau. Sebentar lagi engkau akan melahirkan Nabi Agung junjungan alam semesta Baginda Nabi Muhammad SAW. Kenalilah olehmu sesungguhnya aku ini adalah Hawwa’ Ibunda seluruh umat manusia. Aku diperintahkan Allah SWT untuk menemanimu…

Kemudian Ibu Hawwa’ duduk di samping kanan Sayyidah Aminah. Dan mendekat lagi wanita yang kedua kepada Sayyidah Aminah untuk menyampaikan kabar gembira kepadanya;

………”Sungguh, berbahagialah engkau wahai Aminah. Tidak ada di dunia ini wanita yang mendapati kemuliaan dan keberuntungan seperti engkau. Sebentar lagi engkau akan melahirkan Baginda Nabi Muhammad SAW, seorang Nabi Agung yang dianugerahi Allah SWT kesucian yang sempurna pada diri dan kepribadiannya. Nabi Agung yang ilmunya sebagai sumber seluruh ilmunya para Nabi dan para kekasihnya Allah SWT. Nabi Agung yang cahayanya meliputi seluruh alam. Dan ketahuilah olehmu wahai Aminah, sesungguhnya aku ini adalah Sarah istri Nabiyyullah Ibrahim As, aku diperintahkan Allah SWT untuk menemanimu.”

Kemudian Sayyidah Sarah duduk di sebelah kiri Sayyidah Aminah. Maka, wanita ketigapun kemudian mendekat dan menyampaikan berita gembira kepadanya;

………”Sungguh, berbahagialah engkau wahai Aminah. Tidak ada di dunia ini wanita yang mendapati kemuliaan dan keberuntungan seperti engkau. Sebentar lagi engkau akan melahirkan Nabi Agung Baginda Nabi Muhammad SAW Kekasih Allah SWT yang paling agung, dan insan sempurna yang paling utama mendapati pujian dari Allah SWT dan dari seluruh makhuk-Nya. Perlu engkau ketahui sesungguhnya aku adalah Asiyah binti Muzahim yang diperintahkan Allah SWT untuk menemanimu”.
Kemudian sayyidah Asiyah binti Muzahim tersebut duduk di belakang Sayyidah Aminah. Sejenak Sayyidah Aminah semakin kagum, karena wanita yang ke empat adalah lebih anggun berwibawa dan memiliki kecantikan luar biasa. Kemudian mendekat kepada Sayyidah Aminah untuk menyampaikan kabar gembira;
………”Sungguh, berbahagialah engkau wahai Aminah. Tidak ada di dunia ini wanita yang mendapati kemuliaan dan keberuntungan seperti engkau. Sebentar lagi engkau akan melahirkan Nabi Agung Baginda Nabi Muhammad SAW yang dianugerahi Allah SWT berbagai macam mukjizat yang sangat agung dan sangat luar biasa, Beliaulah junjungan seluruh penghuni langit dan bumi, hanya untuk Beliau semata segala bentuk Sholawat (Rahmat Ta’dhim) Allah SWT dan Salam Sejahtera-Nya yang sempurna. Ketahuilah olehmu wahai Aminah, sesungguhnya aku adalah Maryam Ibunda Nabiyyullah Isa AS. Kami semua ditugaskan Allah SWT untuk menemanimu demi menyambut kehadiran Baginda Rasulullah Muhammad SAW.

Kemudian Sayyidah Maryam Ibunda Nabiyyullah Isa AS duduk mendekatkan diri di depan Sayyidah Aminah. Maka, keempat wanita suci mulia nan agung di sisi Allah SWT tersebut kemudian merapat dan mengelilingi diri Ibunda Rasulullah Muhammad SAW Sayyidah Aminah Binti Wahab, sehingga Ibunda Rasulullah SAW semakin memuncak rasa kedamaian dan kebahagiaan dalam jiwanya. Kebahagiaan dan keindahan yang dialami oleh Ibunda Rasulullah SAW saat itu, tidak bisa terlukiskan dengan kata-kata. Dan peristiwa demi peristiwa yang sangat agung, semakin Allah SWT limpahkan demi penghormatan besar kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW.

Keajaiban berikutnya adalah Sayyidah Aminah melihat sekelompok demi sekelompok manusia bercahaya saling berdatangan silih berganti memasuki ruangan Sayyidah Aminah dan mereka memanjatkan puja puji dan tasbih kepada Allah SWT dengan berbagai macam bahasa yang berbeda-beda.

Detik berikutnya adalah Sayyidah Aminah melihat atap rumahnya terbuka dan terlihat oleh Beliau berbagai macam bintang-bintang di angkasa raya yang sangat indah berkilauan yang saling berterbangan di langit ke segenap penjuru angkasa yang sangat cerah dipenuhi cahaya.

Maka, detik berikutnya adalah Allah SWT perintahkan kepada Malaikat Ridlwan penjaga sorga agar mengomando semua bidadari sorga supaya berdandan rapi cantik jelita dan memakai segala macam bentuk perhiasan kain sutera dengan bermahkotakan emas, intan permata yang gemerlapan dan menebarkan wewangian sorga yang harum semerbak ke segala arah demi menyambut kedatangan Baginda Nabi Muhammad SAW.

Selanjutnya, Allah SWT limpahkan mandat khusus kepada Malaikat Jibril AS untuk mengemban tugas agung dalam momen yang paling agung dan bersejarah bagi seluruh makhluk Allah SWT, Firman Allah SWT kepadanya;

يا جبريل صف راح الأرواح في أقداح الشراب يا جبربل انشر سجادات القرب والوصال لصاحب النور والرفعة والإتصال يا جبريل مر مالكا أن يغلق أبواب النيران يا جبريل قل لرضوان أن يفتح أبواب الجنان يا جبريل البس حلة الرضوان يا جبريل اهبط إلى الأرض بالملائكة الصافين والمقربين والكروبيين والحافين يا جبريل ناد في السموات والأرض في طولها والعرض قد آن أوان اجتماع المحب بالمحبوب والطالب بالمطلوب

Yang artinya kurang lebih;
“Hai Jibril, serukanlah kepada seluruh arwah suci para Nabi, para Rasul dan para Wali agar berkumpul berbaris rapi menyambut kedatangan Nabi Agung Muhammad SAW. Hai Jibril, bentangkanlah hamparan kemuliaan dan keagungan derajat Al-Qurb dan Al-Wishal kepada Nabi Agung Muhammad SAW yang memiliki Nur dan Maqam luhur di Sisi-Ku. Hai Jibril, perintahkanlah kepada Malik agar menutup semua pintu neraka. Hai Jibril, perintahkanlah kepada Ridlwan agar membuka seluruh pintu sorga. Hai Jibril, pakailah olehmu Hullah Ar-Ridlwan (pakaian khusus yang diliputi Keridloan-Ku) demi menyambut Kekasih-Ku Nabi Agung Muhammad SAW. Hai Jibril, turunlah ke bumi dengan membawa seluruh pasukan malaikat, para Malaikat Muqarrabin, para Malaikat Karubiyyin, para Malaikat yang selalu mengelilingi ‘Arasy, suruh mereka semua turun ke bumi dan berbaris rapi demi memuliakan dan mengagungkan kedatangan Kekasih-Ku Nabi Agung Muhammad SAW. Hai Jibril, kumandangkanlah seruan di seluruh penjuru langit hingga lapis ke tujuh dan di segenap penjuru bumi hingga lapisan paling dalam, beritakan kepada seluruh makhluk-Ku bahwa sesungguhnya

…Sekarang telah tiba saatnya kedatangan Nabi akhir zaman, Nabi Agung kekasih Allah SWT, Baginda Nabi Muhammad SAW ………….

Kemudian seketika itu pula Malaikat Jibril AS secepat kilat langsung melaksanakan seluruh mandat khusus dan agung dari Allah SWT tersebut. Serentak Beliau bawa seluruh pasukan malaikat turun ke bumi hingga memenuhi seluruh gunung-gunung Makkah dan berbaris rapi meliputi seluruh tanah suci Makkah. Sayap-sayap mereka terlihat laksana mega-mega putih berkilauan memenuhi angkasa. Dan saat itu pula seluruh hewan-hewan yang ada di segenap penjuru di bumi, di lautan dan di angkasa bersuka cita demi menyambut kedatangan Baginda Nabi Muhammad SAW.
Ibunda Rasulullah SAW Sayyidah Aminah berkata;

"Saat itu pula, dengan ijin Allah SWT, bisa terlihat jelas olehku gedung-gedung yang ada di Syiria dan Palestina. Aku juga melihat tiga pilar bendera yang dibawa oleh para malaikat. Yang satu ditancapkan di jagad timur, yang satu ditancapkan di jagad barat dan yang satunya lagi di atas Ka’bah Baitullah. "Dalam keadaan yang dipenuhi oleh misteri segala keajaiban yang sedemikian rupa, seketika pula datang serombongan burung-burung bercahaya yang indah memenuhi ruanganku, datang silih berganti. Paruh dan sayapnya adalah berupa mutiara zamrud dan yaqut yang indah sekali. Burung-burung tersebut menebarkan berbagai macam mutiara dan permata yang beraneka ragam indahnya di ruanganku. Setelah itu mereka serentak memanjatkan puja puji dan tasbih kepada Allah SWT.

Dan aku lihat pula para malaikat datang bergerombolan dan silih berganti sambil membawa mabkharah (tempat dupa) berupa emas merah dan emas putih yang berisikan dupa-dupa wewangian sorga yang semerbak harum baunya memenuhi seluruh jagad raya, sambil bergemuruh suara mereka mengucapkan sholawat dan salam kepada Nabi Agung Rasulullah Muhammad SAW. Seketika itu pula aku lihat bulan terbelah di atasku laksana qubah, dan bintang-bintang gemerlapan berjajar rapi di atas kepalaku laksana mata rantai emas intan permata.

Dan tiba-tiba telah ada di sisiku secangkir minuman putih bening melebihi susu. Seketika aku meminumnya, dan terasa nikmat sekali, kelezatan manisnya melebihi gula dan madu, dan kesejukkannya melebihi salju (es). Maka seketika lepaslah segala dahagaku. Sangat terasa nikmat, segar dan lezat sekali yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Seketika cahaya yang luar biasa meliputi diriku. Kemudian, datanglah burung putih berkilauan cahaya mendekati dan mengusapkan sayapnya pada diriku. Saat itulah tanda-tanda kelahiran mulai aku rasakan dan aku bersandar pada para wanita yang ada di sekelilingku.

Seketika lahirlah Nabi Agung akhir zaman, Kekasih Allah SWT yang sempurna, Rasulullah Muhammad SAW, dan saya tidak melihat kecuali hanya sinar cahaya yang sangat agung. Tidak lama kemudian, aku melihat putraku (Rasulullah Muhammad SAW) telah berada di sampingku terselimuti dengan sutera putih di atas hamparan sutera hijau dalam keadaan sujud mengiba ke hadirat Allah SWT dengan mengangkat jari telunjuknya. Dan saya mendengar Beliau Rasulullah SAW mengucapkan ;

ألله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا ………

.”Allah Maha Besar dengan segala Keagungan-Nya,
Segala Puji bagi Allah atas segala anugerah-Nya, Maha Suci Allah kekal abadi selama-lamanya………”
Pada saat itulah semakin memuncak kegembiraan seluruh penghuni alam semesta. Para Malaikat, Para Nabi, Para Wali, Para bidadari sorga, seluruh makhluk-makhluk Allah SWT yang ada di daratan, di lautan di angkasa dan bahkan bumi, laut, udara, bintang-bintang, bulan, matahari, langit, kursiy dan Arasy, seluruhnya benar-benar meluapkan kegembiraan dan memuncakkan Sholawat Ta’dhim kepada Kekasih Allah SWT, Nabi Akhir Zaman, Baginda Rasulullah Muhammad SAW. Dan bahkan Ka’bah Baitullah ikut bergetar selama 3 hari berturut-turut karena bahagia dan bangga menyambut kelahiran Baginda Nabi Muhammad SAW.

Sebagaimana yang telah disebutkan dalam Maulid Ad-diba’iy Lil Imam Abdur Rahman Ad-Diba’iy hal 192 dan 193 ;

فاهتز العرش طربا واستبشارا وازداد الكرسي هيبة ووقارا وامتلأت السموات أنوارا وضجت الملائكة تهليلا وتمجيدا واستغفارا

Yang artinya kurang lebih;

“Sesungguhnya (pada saat kelahiran Baginda Nabi Muhammad SAW), ‘Arasy seketika gentar hebat luar biasa meluapkan kebahagiaan dan kegembiraannya, dan Kursiy juga semakin tambah kewibawaan dan keagungannya, dan seluruh langit dipenuhi cahaya yang bersinar terang dan para malaikat seluruhnya serentak bergemuruh memanjatkan tahlil, tamjid dan istighfar kepada Allah SWT dengan mengucapkan;

سبحان الله والحمد لله ولا إله إلا الله والله أكبر أستغفر الله

Yang artinya kurang lebih;
“Maha Suci Allah, Segala puji bagi Allah, Tidak ada Tuhan kecuali Allah, Allah Maha Besar, saya beristighfar (memohon ampun) kepada Allah SWT..”

Sesungguhnya dengan keagungan Beliau Baginda Rasulullah Muhammad SAW di sisi Allah SWT, maka Allah SWT telah memerintahkan kepada para malaikat-Nya yang agung yakni Malaikat Jibril, Malaikat Muqarrabin, Malaikat Karubiyyin, Malaikat yang selalu mengelilingi Arasy dan lainnya agar serentak berdiri pada saat detik-detik kelahiran Baginda Nabi Muhammad SAW dengan memanjatkan Tasbih, Tahmid, Tahlil, Takbir, dan Istighfar kepada Allah SWT.

Semua fenomena keajaiban-keajaiban agung yang terjadi pada saat detik-detik kelahiran Baginda Nabi Muhammad SAW yang diwujudkan oleh Allah SWT, semata-mata hanya menunjukkan kepada semua makhluk-makhluknya Allah SWT bahwa Baginda Nabi Muhammad SAW adalah makhluk yang paling dicintai-Nya, makhluk yang paling agung dan mulia derajatnya di sisi-Nya.

Dan riwayat-riwayat semua yang tersebutkan di atas, bukan sekedar cerita belaka, namun telah kami nukil data-datanya dari kitab-kitab para ulama ahlussunnah waljama’ah yang sangat akurat dan otentik.
Diantaranya adalah Kitab Al-Hawi Lil Fatawi yang dikarang oleh Al-Imam Asy-Syaikh Jalaluddin Abdur Rahman As-Suyuthi yang telah mengarang tidak kurang dari 600 kitab yang dijadikan marja’ (pedoman) bagi para ulama ahlussunnah waljama’ah dalam penetapan hukum-hukum syariat Islam. Bahkan para ulama ahlussunnah waljama’ah telah sepakat menjuluki Beliau dengan gelar ‘Jalaaluddiin’ yakni sebagai pilar keagungan agama Islam.

Bukan hanya dari kitab Beliau saja kami menukil, namun juga dari kitab-kitab para ulama ahlussunnah waljama’ah lainnya yang juga telah disepakati dan dijadikan sebagai sumber pedoman oleh para ulama. Diantaranya adalah Kitab Dalailun Nubuwwah Lil Imam Al-Baihaqi, Kitab Dalailun Nubuwwah Lil Imam Abu Na’im Al-Ashfahaniy, Kitab An-Ni’matul Kubra ‘Alal ‘Aalam Lil Imam Syihabuddin Ahmad Ibnu Hajar Al-Haitami, Kitab Sabiilul Iddikar Lil Imam Quthbul Ghouts Wad-Da’wah Wal-Irsyad Al-Habib Abdullah bin ‘Alawi Al-Haddad, Kitab Al-Ghurar Lil Imam Al-Habib Muhammad bin Ali bin Alawiy Khird Ba Alawiy Al-Husainiy, Kitab Asy-Syifa’ Lil Imam Al-Qadli ‘Iyadl Abul Faidl Al-Yahshabiy, Kitab As-Siirah An-Nabawiyyah Lil Imam As-Sayyid Asy-Syaikh Ahmad bin Zaini Dahlan Al-Hasaniy, Kitab Hujjatullah ‘Alal ‘Aalamin Lis Syaikh Yusuf bin Ismail An-Nabhaniy…dan kitab-kitab lainya yang mu’tamad dan mu’tabar (diakui dan dijadikan pedoman oleh para ulama).

disunting dari Detik-detik Kelahiran Nabi Muhammad SAW dan berbagai sumber.





































0 comments:

Buku Belum terlambat sebelum kiamat bukan karya Kyai Buntet Pesantren

Posted by Unknown  |  at  11:43 PM

Cirebon - maraknya pemberitaan tentang Buku Belum terlambat sebelum kiamat yang di publikasikan oleh DPP PKB melalui website resminya, ternyata sempat membuat para santri dan alumni Buntet Pesantren resah. Selain buku tersebut menuliskan tentang siapa saja warga NU yang tidak memilik PKB tidak masuk syurga, di beberapa situs juga dituliskan bahwa pengarang buku tersebut adalah Kyai Buntet Pesantren.

Seperti yang ditemukan oleh tim website Buntetpesantren.org tentang pemberitaan buku tersebut di situs arrahmah.com. Dalam situs tersebut, redaksi Arrahmah.com menyimpulkan sendiri bahwa KH.Ushfuri adalah Kyai Buntet Pesantren. Informasi ini membuat para alumni dan santri Buntet Pesantren menanyakan kebenarannya melalui akun facebook Info Buntet Pesantren.
Beragam komentar juga muncul melalui jejaring social. Beberapa akun twitter juga meminta Arrahmah.com segera mengedit berita yang tidak benar tersebut.

“Kita hanya meminta arrahmah.com untuk menurunkan atau mengedit berita tersebut. Kalau KH.Usfhuri ditulis sebagai kyai Buntet Pesantren, maka dikhawatirkan buku tersebut dianggap sebagai tulisan Kyai Buntet Pesantren. Padahal setahu saya, kyai Buntet Pesantren tidak pernah membuat buku seperti yang diberitakan” Ujar Ahmad Rofahan admin Info Buntet Pesantren

Hal senada juga disampaikan oleh KH.Aris Ni'matullah, Kepala Sekolah MANU Putri Buntet Pesantren dan pengasuh Asrama Al-Inaroh ini mengatakan. Bahawa KH.Ushfuri tidak pernah mengakui sebagai Kyai Buntet Pesantren, namun sebagai alumni Buntet Pesantren.

“KH.Usfuri itu alumni Buntet pesantren dan dulu beliau berkhidmah di KH.Mustahdi Abbas. Beliau tidak pernah mengaku sebagai Kyai Buntet Pesantren. Hanya medianya saja yang menyimpulkan sendiri” Ujar Kang Imat

saat ini, berita tentag Buku belum terlambat sebelum kiamat yang dimuat dalam situs arrahmah.com sudah diperbaiki. Namun, masih banyak situs yang lainnya masih menggunakan redaksi yang sama seperti sebelum adanya pengeditan.

“kalau di situs arrahmah.com sudah ada ralat setelah kita minta mereka meralat pemberitaan tersebut. Namun, berita ini juga tersebar di beberapa situs lainnya dengan redaksi yang sama dengan apa yang diberitakan oleh arrahmah.com sebelum di revisi. Kami hawatir banyak media yang memanfaatkan momen ini untuk sengaja merusak citra Buntet Pesantren” Tambah Rofahan (AR)

4 comments:

Haul : Ideologi Warga Pondok Buntet Pesantren

Posted by Unknown  |  at  5:19 PM


Haul memang sebuah rutinitas “biasa”, ibarat Sholat, haul adalah sesuatu yang akan kembali datang dan akan kembali kita jalankan. Serupa dengan sholat, meskipun menjadi terkesan biasa karena kembali berulang setiap waktunya namun haul menjadi sebuah rutinitas karena memiliki nilai ideologis atau nilai aqidah yang perlu kita jaga dengan terus menjalankannya setiap waktunya. Ketika sekarang bermunculan kelompok-kelompok yang begitu gencar mempropagandakan bahwa haul adalah sebuah hal yang tidak syar’i dan mengada-ada, ketika itulah kita akan terus menjadi bagian sebagai penjaga ideologi kita ini. Inilah sebagian hal yang disampaikan oleh KH. Wawan Arwani Amin, MA dalam sambutannya pada Rapat Perdana Panitia Haul Almarhumin Sesepuh dan Warga Pondok Buntet Pesantren tahun 2013, Sabtu malam, 5 Januari 2014.
KH. Wawan juga memaparkan bahwa tradisi haul tidak hanya ada di Indonesia namun di Negara-negara lain seperti di Mesir juga rutin menjalankan Haul Imam Syafi’i RA. Lebih lanjut, KH. Wawan menyampaikan bahwa Haul adalah bentuk hidmah dan ta’zim kita kepada orang tua dan guru-guru kita yang begitu berjasa kepada Buntet Pesantren. Selain itu Haul juga sebagai sarana bagi kita untuk mengundu karomah dari para Sesepuh Buntet Pesantren. Beliau juga berpesan kepada para panitia agar jangan pernah merasa telah berjasa kepada Buntet Pesantren, karena para Sesepuh kita telah melakukan banyak hal yang jauh lebih berperan dalam mengembangkan Pondok Buntet Pesantren. Pada kesempatan itu juga, KH. Wawan menyampaikan beberapa pengalamannya selama Beliau terlibat di Kepanitiaan Haul, yang ternyata pengalaman-pengalaman tersebut masih cukup relevan untuk menjadi pelajaran bagi panitia Haul tahun ini.
Rapat yang diadakan diadakan di Gedung Guest House Pondok Buntet Pesantren ini dibuka oleh KH. Wawan Arwani Amin yang sekaligus mengukuhkan susunan kepanitiaan Haul Almarhumin Sesepuh dan Warga Pondok Buntet Pesantren tahun 2013. Kemudian dilanjutkan dengan doa yang dipimpin oleh KH. Aris Ni’matullah.
Sharing dan koordinasi awal panitia menjadi agenda penutup dari rapat tersebut, selain itu juga disepakati minggu depan untuk koordinasi/rapat selanjutnya.
Pada akhirnya, semua yang hadir, pulang ke rumah masing-masing dengan komitmen yang sama; memberikan yang terbaik untuk Buntet Pesantren melalui ajang Haul Almarhumin Sesepuh dan Warga Pondok Buntet Pesantren tahun 2013 karena Haul bukan hanya sebuah rutinitas biasa tetapi juga sebagai ideologi kita, warga Pondok Buntet Pesantren.

0 comments:

21 DALIL DALIL MAULID

Posted by Unknown  |  at  5:24 AM

Yang pertama merayakan Maulid Nabi SAW adalah shahibul Maulid sendiri, yaitu Nabi SAW, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits shahih yang diriwayatkan Muslim bahwa, ketika ditanya mengapa berpuasa di hari Senin, beliau menjawab, “Itu adalah hari kelahiranku.” Ini nash yang paling nyata yang menunjukkan bahwa memperingati Maulid Nabi adalah sesuatu yang dibolehkan syara’.

Banyak dalil yang bisa kita jadikan sebagai dasar untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.

PERTAMA, peringatan Maulid Nabi SAW adalah ungkapan kegembiraan dan kesenangan dengan beliau. Bahkan orang kafir saja mendapatkan manfaat dengan kegembiraan itu (Ketika Tsuwaibah, budak perempuan Abu Lahab, paman Nabi, menyampaikan berita gembira tentang kelahiran sang Cahaya Alam Semesta itu, Abu Lahab pun memerdekakannya. Sebagai tanda suka cita. Dan karena kegembiraannya, kelak di alam baqa’ siksa atas dirinya diringankan setiap hari Senin tiba. Demikianlah rahmat Allah terhadap siapa pun yang bergembira atas kelahiran Nabi, termasuk juga terhadap orang kafir sekalipun. Maka jika kepada seorang yang kafir pun Allah merahmati, karena kegembiraannya atas kelahiran sang Nabi, bagaimanakah kiranya anugerah Allah bagi umatnya, yang iman selalu ada di hatinya? —)

KEDUA, beliau sendiri mengagungkan hari kelahirannya dan bersyukur kepada Allah pada hari itu atas nikmat-Nya yang terbesar kepadanya.

KETIGA, gembira dengan Rasulullah SAW adalah perintah Al-Quran. Allah SWT berfirman, “Katakanlah, ‘Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira’.” (QS Yunus: 58).

Jadi, Allah SWT menyuruh kita untuk bergembira dengan rahmat-Nya, sedangkan Nabi SAW merupakan rahmat yang terbesar, sebagaimana tersebut dalam Al-Quran, “Dan tidaklah Kami mengutusmu melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam.” (QS Al-Anbiya’: 107).

KEEMPAT, Nabi SAW memperhatikan kaitan antara waktu dan kejadian-kejadian keagamaan yang besar yang telah lewat. Apabila datang waktu ketika peristiwa itu terjadi, itu merupakan kesempatan untuk mengingatnya dan mengagungkan harinya.

KELIMA, peringatan Maulid Nabi SAW mendorong orang untuk membaca shalawat, dan shalawat itu diperintahkan oleh Allah Ta’ala, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuknya dan ucapkanlah salam sejahtera kepadanya.” (QS Al-Ahzab: 56).

Apa saja yang mendorong orang untuk melakukan sesuatu yang dituntut oleh syara’, berarti hal itu juga dituntut oleh syara’. Berapa banyak manfaat dan anugerah yang diperoleh dengan membacakan salam kepadanya.

KEENAM, dalam peringatan Maulid disebut tentang kelahiran beliau, mukjizat-mukjizatnya, sirahnya, dan pengenalan tentang pribadi beliau. Bukankah kita diperintahkan untuk mengenalnya serta dituntut untuk meneladaninya, mengikuti perbuatannya, dan mengimani mukjizatnya. Kitab-kitab Maulid menyampaikan semuanya dengan lengkap.

KETUJUH, peringatan Maulid merupakan ungkapan membalas jasa beliau dengan menunaikan sebagian kewajiban kita kepada beliau dengan menjelaskan sifat-sifatnya yang sempurna dan akhlaqnya yang utama.

Dulu, di masa Nabi, para penyair datang kepada beliau melantunkan qashidah-qashidah yang memujinya. Nabi ridha (senang) dengan apa yang mereka lakukan dan memberikan balasan kepada mereka dengan kebaikan-kebaikan. Jika beliau ridha dengan orang yang memujinya, bagaimana beliau tidak ridha dengan orang yang mengumpulkan keterangan tentang perangai-perangai beliau yang mulia. Hal itu juga mendekatkan diri kita kepada beliau, yakni dengan manarik kecintaannya dan keridhaannya.

KEDELAPAN, mengenal perangai beliau, mukjizat-mukjizatnya, dan irhash-nya (kejadian-kejadian luar biasa yang Allah berikan pada diri seorang rasul sebelum diangkat menjadi rasul), menimbulkan iman yang sempurna kepadanya dan menambah kecintaan terhadapnya.

Manusia itu diciptakan menyukai hal-hal yang indah, baik fisik (tubuh) maupun akhlaq, ilmu maupun amal, keadaan maupun keyakinan. Dalam hal ini tidak ada yang lebih indah, lebih sempurna, dan lebih utama dibandingkan akhlaq dan perangai Nabi. Menambah kecintaan dan menyempurnakan iman adalah dua hal yang dituntut oleh syara’. Maka, apa saja yang memunculkannya juga merupakan tuntutan agama.

KESEMBILAN, mengagungkan Nabi SAW itu disyariatkan. Dan bahagia dengan hari kelahiran beliau dengan menampakkan kegembiraan, membuat jamuan, berkumpul untuk pengingat beliau, serta memuliakan orang-orang fakir, adalah tampilan pengagungan, kegembiraan, dan rasa syukur yang paling nyata.

KESEPULUH, dalam ucapan Nabi SAW tentang keutamaan hari Jum’at, disebutkan bahwa salah satu di antaranya adalah, “Pada hari itu Adam diciptakan.” Hal itu menunjukkan dimuliakan-nya waktu ketika seorang nabi dilahirkan. Maka bagaimana dengan hari dilahirkannya nabi yang paling utama dan rasul yang paling mulia?

KESEBELAS, peringatan Maulid adalah perkara yang dipandang bagus oleh para ulama dan kaum muslimin di semua negeri dan telah dilakukan di semua tempat. Karena itu, ia dituntut oleh syara’, berdasarkan qaidah yang diambil dari hadits yang diriwayatkan Abdullah bin Mas’ud, “Apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin, ia pun baik di sisi Allah; dan apa yang dipandang buruk oleh kaum muslimin, ia pun buruk di sisi Allah.”

KEDUA BELAS, dalam peringatan Maulid tercakup berkumpulnya umat, dzikir, sedekah, dan pengagungan kepada Nabi SAW. Semua itu hal-hal yang dituntut oleh syara’ dan terpuji.

KETIGA BELAS, Allah SWT berfirman, “Dan semua kisah dari rasul-rasul, Kami ceritakan kepadamu, yang dengannya Kami teguhkan hatimu.” (QS Hud: 120). Dari ayat ini nyatalah bahwa hikmah dikisahkannya para rasul adalah untuk meneguhkan hati Nabi. Tidak diragukan lagi bahwa saat ini kita pun butuh untuk meneguhkan hati kita dengan berita-berita tentang beliau, lebih dari kebutuhan beliau akan kisah para nabi sebelumnya.

KEEMPAT BELAS, tidak semua yang tidak pernah dilakukan para salaf dan tidak ada di awal Islam berarti bid’ah yang munkar dan buruk, yang haram untuk dilakukan dan wajib untuk ditentang. Melainkan apa yang “baru” itu (yang belum pernah dilakukan) harus dinilai berdasarkan dalil-dalil syara’.

KELIMA BELAS, tidak semua bid’ah itu diharamkan. Jika haram, niscaya haramlah pengumpulan Al-Quran, yang dilakukan Abu Bakar, Umur, dan Zaid, dan penulisannya di mushaf-mushaf karena khawatir hilang dengan wafatnya para sahabat yang hafal Al-Quran. Haram pula apa yang dilakukan Umar ketika mengumpulkan orang untuk mengikuti seorang imam ketika melakukan shalat Tarawih, padahal ia mengatakan, “Sebaik-baik bid’ah adalah ini.” Banyak lagi perbuatan baik yang sangat dibutuhkan umat akan dikatakan bid’ah yang haram apabila semua bid’ah itu diharamkan.

KEENAM BELAS, peringatan Maulid Nabi, meskipun tidak ada di zaman Rasulullah SAW, sehingga merupakan bid’ah, adalah bid’ah hasanah (bid’ah yang baik), karena ia tercakup di dalam dalil-dalil syara’ dan kaidah-kaidah kulliyyah (yang bersifat global).

Jadi, peringatan Maulid itu bid’ah jika kita hanya memandang bentuknya, bukan perincian-perincian amalan yang terdapat di dalamnya (sebagaimana terdapat dalam dalil kedua belas), karena amalan-amalan itu juga ada di masa Nabi.

KETUJUH BELAS, semua yang tidak ada pada awal masa Islam dalam bentuknya tetapi perincian-perincinan amalnya ada, juga dituntut oleh syara’. Karena apa yang tersusun dari hal-hal yang berasal dari syara’, pun dituntut oleh syara’.

KEDELAPAN BELAS, Imam Asy-Syafi’i mengatakan, “Apa-apa yang baru (yang belum ada atau dilakukan di masa Nabi SAW) dan bertentangan dengan Kitabullah, sunnah, ijmak, atau sumber lain yang dijadikan pegangan, adalah bid’ah yang sesat. Adapun suatu kebaikan yang baru dan tidak bertentangan dengan yang tersebut itu, adalah terpuji.”

KESEMBILAN BELAS, setiap kebaikan yang tercakup dalam dalil-dalil syar’i dan tidak dimaksudkan untuk menyalahi syariat dan tidak pula mengandung suatu kemungkaran, itu termasuk ajaran agama.

KEDUA PULUH, memperingati Maulid Nabi SAW berarti menghidupkan ingatan (kenangan) tentang Rasulullah, dan itu menurut kita disyariatkan dalam Islam. Sebagaimana yang Anda lihat, sebagian besar amaliah haji pun menghidupkan ingatan tentang peristiwa-peristiwa terpuji yang telah lalu.

KEDUA PULUH SATU, semua yang disebutkan sebelumnya tentang dibolehkannya secara syariat peringatan Maulid Nabi SAW hanyalah pada peringatan-peringatan yang tidak disertai perbuatan-perbuatan mungkar yang tercela, yang wajib ditentang.

Adapun jika peringatan Maulid mengandung hal-hal yang disertai sesuatu yang wajib diingkari, seperti bercampurnya laki-laki dan perempuan, dilakukannya perbuatan-perbuatan yang terlarang, dan banyaknya pemborosan dan perbuatan-perbuatan lain yang tak diridhai shahthul Maulid, tak diragukan lagi bahwa itu diharamkan. Tetapi keharamannya itu bukan pada peringatan Maulidnya itu sendiri, melainkan pada hal-hal yang terlarang tersebut. [infokito]

disarikan dari kitab Sayyid Prof. Dr. Muhammad ibn Sayyid ‘Alawi ibn Sayyid ‘Abbas ibn Sayyid ‘Abdul ‘Aziz al-Maliki al-Hasani al-Makki (1365 H -1425 H)

Sumber:

15 comments:

Copyright © 2013 Blog Backup Buntet Pesantren. WP Theme-junkie converted by BloggerTheme9
Blogger template. Proudly Powered by Blogger.
back to top