Kiai Abdullah Syifa Akyas Wafat

Posted by Unknown  |  at  8:54 PM

KH. Abdullah Syifa Akyas
Innalillahi wa inna ilaihi rajiuun. KH.Abdullah Syifa Bin Akyas itu wafat di usia 71 tahun, Senin 22 April 2013 pukul 07.30 WIB. Beliau merupakan salah satu Dewan Sesepuh Pondok Buntet Pesantren Cirebon juga merupakan Moqoddam Thariqat Tijani Indonesia. 

Kiai yang kesehariannya sangat bersahaja ini wafat setelah sebelumnya mengeluh sesak napas sehabis mengimami jamaah subuh di kediamannya. Seperti yang disampaikan Abdul Karim Malik Amrullah Putra bungsu beliau 

" Sehabis mengimami jamaah sholat shubuh, Bapak mengeluh sesak nafas kemudian langsung tidak sadarkan diri dan wafat pukul 07.30 WIB " Jenazah akan dikebumikan di Makbarah Buntet Pesantren Besok Selasa (23/04) pukul 10.00 WIB. 

Segenap Tim Website Buntet Pesantren menyampaikan turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas kepergian beliau. Semoga amal ibadah beliau diterima di sisi Allah SWT, diampuni segala dosa beliau, dan diberikan tempat yang luhur di sisiNya. Amin Ya Rabbal 'Alamin.

1 comments:

Pahlawan-Pahlawan Dari Pesantren

Posted by Unknown  |  at  10:00 AM

Oleh : Sobih Adnan
Kiprah dan peran pesantren dalam sejarah perjuangan kemerdekaan tidak dapat disangsikan lagi, pun dalam mempertahankan kemerdekaan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Beberapa catatan sejarah pesantren dapat dijadikan kunci kuat keabsahan perlawanan mereka terhadap kaum penjajah, atau terhadap siapapun yang juga dapat mengancam keberadaan bangsa dan negara.

Lebih dari itu, dalam sejarahnya, beberapa pesantren justru dibangun berdasarkan respon dan reaksi perlawanan terhadap segala bentuk penindasan, oleh karena itu tak jarang jika keberadaan pesantren dinilai sebagai simbol perlawanan paling diperhitungkan oleh bangsa penjajah, termasuk Pesantren Buntet, Cirebon, Jawa Barat. Semenjak berdirinya, pesantren ini diwarnai dengan pelbagai peristiwa yang bersinggungan dengan perjuangan kaum sarungan untuk  mewujudkan kemerdekaan bangsa Indonesia.

“Kisah-kisah dari Buntet Pesantren” adalah pilihan tepat untuk menelusuri peta perjuangan para kiai dan santri. Dalam buku ini, dimuat banyak catatan menarik mengenai tokoh-tokoh kunci dalam beberapa peristiwa penting sepanjang sejarah kemerdekaan Indonesia, selain itu, buku ini juga menceritakan tentang simpul-simpul jaringan pesantren, serta mengupas segenap ciri khas dunia pesantren seperti istilah karomah, berkah, laduni, dan sisi-sisi lain dunia pesantren yang wajib diketahui oleh para pembaca secara umum, bisa dikatakan, selain berupa catatan sejarah pesantren, buku ini juga dapat dijadikan semacam kamus untuk mengetahui lebih banyak tentang dunia pesantren dan segala identitas lainnya.

Pesantren Buntet Cirebon didirikan oleh seorang ulama bernama Kiai Muqayyim, sosok yang arif ini secara ikhlas melepas status sosialnya yang dinilai bergengsi pada saat itu, demi melakukan perlawanan keras terhadap segala bentuk ketidak-adilan yang dilakukan oleh penjajah Belanda.

“Maka dengan kebencian dan kekesalan yang mendalam terhadap penjajah Belanda, pada tahun 1770 Kiai Muqayyim meninggalkan Keraton Kanoman dan pergi ke bagian Cirebon Timur Selatan untuk mencari perkampungan yang cocok dengan hati nuraninya”. (Hal. 5).

Selain kisah perlawanan dan perjuangan Kiai Muqayyim, dalam buku ini juga dimunculkan tentang sosok kunci terjadinya peristiwa “10 November 1945” di Surabaya. Dalam peristiwa tersebut dikisahkan “Menurut Hadaratussyekh KH Hasyim Asy’ari, perlawanan akan dimulai nanti kalau sudah datang ulama dari Cirebon”. Dan ulama yang dimaksud adalah KH. Abbas Abdul Jamil, penerus Kiai Muqayyim dalam mengasuh dan mengembangkan Pondok Pesantren Buntet, Cirebon, saat itu. (Hal.49).

Dalam jati diri pesantren, perjuangan tidak hanya berupa melancarkan perlawanan terhadap bangsa penjajah, namun juga kepada gerakan apapun yang dinilai dapat mengancam persatuan dan kesatuan negara. Oleh karena itu, “Ketika DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) mengadakan pemberontakan dan hendak mendirikan negara di wilayah Negara Republik Indonesia, Buntet Pesantren termasuk pesantren yang menentang DI/TII dan harus diperangi karena dihukumi bughat (makar). (Hal. 58).

Kisah-kisah kepahlawanan kiai sepuh pesantren Buntet terus berlangsung, kepahlawanan dimaknai secara tak terbatas, dalam arti, perjuangan untuk kepentingan umat dan bangsa menjadi muatan penuh dalam sejarah panjang pesantren ini. Buku ini juga mengenalkan tentang bentuk perjuangan dan kepahlawanan yang dilakukan oleh para kiai meski dalam keadaan negara yang sudah merdeka.

Buku setebal 94 halaman ini akan mengenalkan pembaca kepada tokoh-tokoh penting lain seperti  Kiai Kriyan, Kiai Mujahid, Kiai Imam, Kiai Akyas, hingga Kiai Fuad Hasyim dengan segala keistimewaan dan bentuk-bentuk perjuangannya.

Sayangnya, dalam membaca buku ini akan dijumpai beberapa kekurangan, diantaranya adalah pendeskripsian peristiwa yang dapat dinilai kurang begitu menggoda dan tanpa menggunakan pendekatan sastra sama sekali, karena penarasian buku ini cenderung menggunakan tradisi penulisan berita juga pemaparan hasil wawancara dengan pelbagai sumber. Namun hal tersebut dirasa tidak mengurangi pentingnya keberadaan buku ini; sebagai salah satu dari sejuta cara untuk mencintai pesantren, para kiai, dan sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Selamat membaca.

Judul: Kisah-kisah Dari Buntet Pesantren
Penulis: Munib Rowandi Amsal Hadi
Penerbit: KALAM (Komunikatif dan Islami)
Tahun : II, 2012
Tebal: x + 94 Halaman
Harga : Rp. 25.000,-
Peresensi: Sobih Adnan, Santri Pondok Pesantren Buntet dan Kempek, Cirebon.

Sumber sobihadnan.net sebelumnya dimuat di NU Online

0 comments:

Tasyakur dan Pembubaran Panitia Haul 2013

Posted by Unknown  |  at  7:20 AM


Sabtu, 13 April 2013 Panitia Haul Almarhumiin Sesepuh dan Warga Pondok Buntet Pesantren tahun 2013 mengadakan pembubaran dan Tasyakur atas rampungnya semua tugas. Acara yang diadakan di Gedung Guest House Buntet Pesantren ini tidak hanya dihadiri oleh seluruh Panitia Haul tetapi juga Sesepuh dan Para Kiai Pondok Buntet Pesantren, serta Pengurus Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI), para Kepala Madrasah serta Unit-unit/Lembaga-lembaga yang berada di naungan YLPI.
Dalam acara tersebut juga disampaikan laporan Panitia Haul oleh Ketua Panitia, Kang Ahmad Syauqi Khowas, S.Pdi (Kang Ugi). Kang Ugi mengucapkankan puji syukur bahwa Haul tahun ini berjalan lancar tanpa kendala yang begitu berarti. Beberapa agenda rutin tetap dipertahankan dari mulai Bahsul Masail Diniyah, Pengobatan Gratis, Khitanan Massal, Semaan Al qur’an, dan tentunya Tahlil serta Pengajian Umum. Selain itu, ada Itsbat atau Nikah Massal yang menjadi bagian dari acara Haul tahun 2013. Mengawali dan menutup laporannya, Kang Ugi menyampaikan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah mendukung terselenggaranya Haul tahun ini.
KH. Nahdudin Royandi Abbas
Sesepuh Pondok Buntet Pesantren, KH. Nahdudin Royandi Abbas yang rawuh, dalam sambutannya menyampaikan,  “Kami tidak membubarkan Panitia Haul tetapi mengembalikan mereka kepada Masyarakat Buntet Pesantren”. Beliau juga menyampaikan penghargaan serta terimakasih kepada para Panitia yang telah bekerja luar biasa dalam menyelenggarakan Haul tahun 2013, Beliau juga meminta kepada semua Panitia Haul tahun 2013 untuk terus terlibat aktif dalam Haul tahun berikutnya. Lalu Beliau berpesan kepada semua hadirin untuk bersama-sama berperan dalam membangun Buntet secara ikhlas, jujur, sabar, dan tawadlu serta kembali “merangkul” desa-desa/kampung-kampung sekitar Buntet. Selain itu, Beliau meminta kepada semua elemen Buntet Pesantren untuk terus meningkatkan pelayanan dan kemandirian.
Di akhir sambutannya, KH. Nahdudin Royandi Abbas menyampaikan hasil “fit and proper test” yang telah dilaksanakan untuk menentukan Ketua Panitia Haul selanjutnya. Beliau memberi amanah Ketua Haul Almarhumiin Sesepuh dan Warga Pondok Buntet Pesantren tahun 2014 kepada Kang Agus  Nasrullah, SH.
Acara yang dimulai dari pukul 20.00 ini diakhiri dengan pembacaan Doa oleh Kiai Abdullah Syifa Akyas dan “daharan” bersama.
Selamat kepada Panitia Haul Almarhumiin Sesepuh dan Waraga Pondok Buntet Pesantren tahun 2013 yang telah berusaha sebaik dan semaksimal mungkin dan selamat kepada Kang Agus atas amanah yang diterimanya, kami semua akan bersama-sama  untuk terus Khidmat kepada Buntet Pesantren dan Para Masyayikhnya.

0 comments:

Hadapi UN, Siswa MANU Putra dan SMK NU Mekanika Ikuti Istighotsah

Posted by Unknown  |  at  8:47 AM

Buntet Pesantren (13/4). Para siswa kelas XII MANU Putra dan SMK NU Mekanika Buntet Pesantren pagi tadi, Sabtu (13/4) mengikuti istighotsah dalam rangka menghadapi Ujian Nasional.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun ini siswa peserta Ujian Nasional dari MANU Putra dan SMK NU Mekanika mengadakan istighotsah bersama dalam rangka menghadapi Ujian Nasional. Acara istighotsah bersama ini dilakukan dengan berziarah ke maqbaroh (pemakaman) almarhumin para kyai Buntet Pesantren dan diisi dengan tahlil dan dilanjutkan dengan doa bersama. Tahlil dan doa bersama ini diikuti oleh siswa peserta UN dari MANU Putra dan SMK NU Mekanika Buntet Pesantren yang dipimpin langsung oleh Kepala Madrasah Aliyah NU Putra Bapak K.H. Ade M. Nasih, Lc.

Setelah melakukan ikhtiar melalui persiapan secara intensif lewat kelas-kelas pemantapan UN sejak Januari lalu, para siswa ini dibekali dengan doa. Melalui istighotsah ini, mudah-mudahan para siswa peserta UN diberikan kemudahan dan kelancaran oleh Allah SWT dalam menghadapi ujian sejak hari pertama hingga hari terakhir.

Ujian Nasional tingkat SMA/MA/SMK ini akan dimulai pada hari Senin, 15 April 2013 dan berakhir pada hari Kamis, 18 April 2013. Siswa MANU Putra akan menghadapi 6 (enam) mata ujian yang akan diujikan dalam 4 (empat) hari, sedangkan siswa SMK NU Mekanika akan menghadapi 4 (empat) mata ujian dalam rentang waktu yang sama. Namun, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, pada UN tahun ini siswa akan menghadapi 20 (dua puluh) paket soal di setiap ruangan. Hal ini berarti setiap siswa akan mendapatkan paket soal yang berbeda. Tidak hanya itu, setiap naskah soal akan dibundel dengan Lembar Jawaban Komputer (LJK) dengan kode bar (barcode) yang berbeda di setiap naskah. Hal ini semata-mata untuk mengantisipasi kecurangan selama UN.

0 comments:

Gara-gara Keris

Posted by Unknown  |  at  8:39 PM

Dalam dunia pesantren, ta’dzim, takrim, dan manut/nurut kepada Kyai adalah sebuah hal lazim yang bahkan menjadi tolak ukur sebuah kesopanan pada guru/seseorang yang dikaruniai oleh Allah ilmu yang luas dan dalam. Bahkan sesekali hal itu juga harus diterapkan Kyai meskipun kepada Kyai yang lebih “muda” baik secara nasab maupun usia. Hal ini pun begitu lumrah terjadi di salah satu pesantren tertua di Jawa, Pondok Buntet Pesantren.
Suatu waktu Kyai Aris Ni'matullah (Kang Imat) dan Alm. Kyai Abu Busyrol Karim berkesempatan mengunjungi Negara tetangga, Singapura. Disana mereka menyelesaikan beberapa bisnis (bahasa keren dari keperluan) termasuk "mampir" ke beberapa sahabat karib. Sesampainya di sahabat yang terakhir, Kyai Abu menerima hadiah sejumlah keris dan benda pusaka dari sahabatnya.
Sepulang dari rumah sahabat yang terakhir dikunjungi, Kang Imat menyarankan Kyai Abu untuk membuang saja benda-benda pusaka pemberian sahabatnya, "Mang, keris-keris mengkonon sih akeh ning Kanoman gan, wis bae buang" (Paman, keris-keris seperti itu sih banyak di sekitar Keraton Kanoman juga, sudahlah buang saja). Maksud Kang Imat jelas, agar benda-benda tersebut tidak membawa masalah kelak.
Dari ekspresi tubuh dan mimik mukanya, Kyai Abu tampak mengiyakan saran dari keponakannya. Mereka pun melanjutkan perjalanan menuju bandara untuk segera Check In, Boarding, kemudian Take Off menuju Tanah Air.
Setelah melewati petugas yang memeriksa karcis (bahasa kerennya Tiket), tibalah ke dua Kyai tersebut di pengecekan barang-barang. Kang Imat yang lebih berpengalaman dalam hal ke"bandara"an dipersilakan Kyai Abu untuk berada di depannya. Kang Imat yang sudah berpengalaman dalam hal demikian dengan santainya mampu melewati pengecekan tersebut tanpa masalah apapun.
Tiba giliran Kyai Abu, saat tas beliau melewati mesin yang disinari dengan sinar X, mendadak alarm detektor logam berbunyi, petugas pun dengan sigap langsung menggeledah tas tersebut. Lalu bagaimana dengan Kyai Abu? Beliau teramat panik dan begitu "tulung-tulungan" kepada keponakannya.
Kang Imat pun tak kalah paniknya, Beliau langsung mendekat kepada Kyai Abu dan petugas lalu mencari tau apa yang sebenarnya terjadi. “What happen Mr.?” Tanya Beliau kepada petugas bandara.
Petugas menggeleng-gelengkan kepala sambil menunjukkan beberapa keris  yang didapat dari tas Kyai Abu. “What are these?”, (dalam bahasa Buntet, “ Apa kah kie?”) dengan nada sedikit keras, sang petugas bertanya kepada Kang Imat.
Saat itu, mungkin Kang Imat adalah orang yang bingung untuk medahulukan mana antara kesal, lucu, dan berpikir mencari solusi . Selang beberapa saat, Kang Imat kemudian berkata “Those are magic”.
Kiai Aris Ni'matullah Izz
Sebelum petugas menimpali jawaban Kang Imat, Kang Imat sudah kembali berkata dengan muka meyakinkan dan meden-medeni  “Hati-hati dengan benda-benda tersebut, sesuatu yang buruk akan terjadi jika benda tersebut jatuh ke sembarang orang!” (kira-kira terjemahan Bahasa Indonesianya seperti ini).
Lalu muka petugas menjadi benar-benar ketakutan, dan dengan pasrah mengembalikan keris-keris tersebut kepada Kyai Abu, tidak ketinggalan petugas tersebut berpesan kepada ke dua Kyai tersebut agar menjaga baik-baik benda-benda tersebut selama di pesawat, beliau benar-benar mempercayakan pengawasan benda-benda “klenik” itu kepada ke dua Kyai tersebut.

0 comments:

Foto Dokumentasi Haul 2013

Posted by Unknown  |  at  11:20 AM

0 comments:

Copyright © 2013 Blog Backup Buntet Pesantren. WP Theme-junkie converted by BloggerTheme9
Blogger template. Proudly Powered by Blogger.
back to top