Karomah Mbah Hasan

Posted by Unknown  |  at  7:39 AM

Mbah Hasan adalah kyai kharismatik  Akhirnya beliau menjadi kyai sepuh dan meninggal dunia ketika beliau
sedang melaksanakan Sholat dalam keadaan bersujud kepada Allah swt.
Kyai Abd Mun'im meninggalkan keturunan para kyai dan ulama dan nyai nyai yg shalihah. Diantaranya adalah MBAH HASAN.

Pada Zaman revolusi fisik, di Buntet pesantren ada seorang Kyai Sepuh
bernama KH.Abdul Mun'im. Beliau adalah adik KH. Abdul Jamil dan mertua
KH.Abbas.


Di masa muda Abd Mun'im kecil melanglang buana menuntut ilmu
diantaranya di Bangkalan Madura di bawah asuhan Syaikhuna Kholil.
Sehingga beliau menjadi ulama besar yg kharismatik dan sempat
menggantikan posisi kakaknya menjadi pengasuh pondok Buntet pesantren
sebelum akhirnya diserahkan kepada keponakannya yg nota bene adalah
menantunya sendiri yaitu : KH.Abbas bin KH.Abdul Jamil.

Akhirnya beliau menjadi kyai sepuh dan meninggal dunia ketika beliau
sedang melaksanakan Sholat dalam keadaan bersujud kepada Allah swt.
Kyai Abd Mun'im meninggalkan keturunan para kyai dan ulama dan nyai nyai yg shalihah. Diantaranya adalah MBAH HASAN.

Beliau semasa kecil dipanggil dg nama Mas'ud, namun sepulang dari Mukim
di tanah suci Mekkah di kenal dg nama Mbah Hasan. Selama Puluhan tahun
beliau menimba ilmu di tanah suci dan praktis tdk bertemu keluarga,pada
akhirnya beliau pulang ke tanah air untuk melepaskan rindu yg terpendam
bertahun tahun. Namun setelah pulang ke Buntet,beliau lebih memilih
tinggal diluar Buntet yg mungkin dirasakan oleh beliau telah banyak
kyai dan ulama di Buntet pesantren. Kemudian Mbah Hasan memilih daerah
Ciledug Cirebon ( _+ 25 km dr Buntet Pesantren) untuk menetap dan
berda'wah.

Di Ciledug,beliau berda'wah dg santun dan sopan dg menggunakan
AKHLAQULKARIMAH,sehingga masyarakat menyambut da'wahnya dg sukacita.
Beliau berda'wah dg halnya yg baik(da'wah bilhal) dan beliau beternak
puluhan ekor sapi. Masyarakat Ciledug pada sa'at itu tidak habis
fikir,mengapa sapi sapi mbah Hasan tidak digembalakan. Bahkan dibiarkan
berkeliaran mencari makan sendiri. Namun anehnya sapi sapi mbah Hasan
cukup beretika dan beradab,dikarenakan tidak pernah memakan dan merusak
tanaman masyarakat,sehingga masyarakat berterima kasih kegirangan bila
melihat sapi sapi Mbah Hasan yg hanya membersihkan rumput rumput yg
mengganggu tanaman.

Beberapa tahun kemudian Mbah Hasan pergi entah kemana,namun sebelum
pergi beliau sempat membagi-bagikan seluruh sapi-sapinya kepada
masyarakat.

Tahun demi tahun berlalu,akhirnya mbah Hasan yg sebaya dg sepupunya
KH.Abbas bin Ky.Abduljamil(wafat th 1947 di usia 60 tahunan) dg
mengejutkan datang di Buntet pesantren. Beberapa orang kyai sempat
cemas dg kedatangan beliau,sbb kedatangannya adalah pertanda akan ada
mushibah(kematian kyai besar atau serangan Belanda) di Buntet. Meskipun
begitu sanak famili dan masyarakat saling berebut cium tangan barokah
mbah Hasan. Mbah Hasan mengunjungi beberapa kyai dan kerabat.
Diantaranya beliau berkunjung ke KH.Anas bin Kyai Abd Jamil kakak
sepupunya. Kyai Anas menyambut gembira dg kedatangan mbah Hasan yg sdh
lama tdk ada khabar beritanya, hingga Kyai Anas mengumpulkan seluruh
anggota keluarga untuk menyambut kedatangannya.

Mbah Hasan, menurut
penuturan para kyai Buntet adalah seorang Kyai yg Shomut(pendiam)
beliau tdk berkata apapun kecuali 2 kata saja: enggih dan boten (ia dan
tidak) meskipun begitu,mulutnya selalu mengulum senyuman yg menyejukkan
hati.


Mbah Hasan bertemu dg kyai Anas sepupunya yg menjadi Muqaddam(guru
besar)thariqah tijaniyah dan org yg pertama kali membawa Thariqah
Tijaniyah di Indonesia,sebuah pertemuan yg mengharukan dan merapatkan
'alaqah ruhiyah dan jasadiyah diantara dua orang wali tsb. Pertemuan
terakhir di dunia.

Saat itu kyai Anas meminta oleh2 kenang2an dr mbah
Hasan,dia berkata "kang Hasan,mana oleh2nya dr Banyu wangi ?,namun mbah
Hasan tdk menjawab sepatah katapun,hanya senyuman san Wali yg menghiasi
wajah mbah Hasan. Ketika Kyai Anas berkali kali memohon,akhirnya mbah
Hasan mengeluarkan bungkusan kain putih dr kantong bajunya seraya
berbisik "jangan dibuka kecuali didepan anak2 dan menantu".

Setelah
mbah Hasan pamitan,kyai Anas membuka bungkusan tsb,ternyata berisi
minyak wangi dan kapas. Kyai Anas mengerti isyarat tsb dan
berucap,"anak2ku ketahuilah,bapak sebentar lagi meninggal dunia" kyai
Anas mengucapkannya sambil berderai air mata haru dan bahagia sambil
terus menerus menciumi kapas dan minyak wangi pemberian mbah wali
Hasan. Benar saja,beberapa minggu kemudian kyai Anas wafat dg
Husnulkhotimah berpulang ke rahmatullah dg damai dan tenang, yg
kuburannya sudah tergali seminggu sebelum beliau wafat. Rodhiyallahu
anhu wa askanahu 'alaa farodisiljinan,amien. Bahkan juga Almarhum
almaghfur lah Kyai haji Anas sempat mimpi bertemu Rosullah saw dan
Sayidah Fathimah Azzahro seminngu sebelum wafat,dalam mimpi itu Kyai
Anas mencium tangan mulia Baginda Rosul saw dan tangan Sayyidah
Fathimah Azzahro ra. Anehnya siti fathimah memberi isyarat dg 7 buah
jari tangannya. Bangun dr mimpi,Kyai Anas terperanjat tiba2 tangan
beliau harum wangi semerbak hingga hari ke tujuh,ribuan santri dan
kerabatpun terheran heran dg bau wangi yg khas dan beraroma lain dr
minyak wangi pada umumnya. SUBHAANALLOH.....Bersambun
g.



1 comments:

Karomah Mbah Hasan

Posted by Unknown  |  at  7:39 AM

Mbah Hasan adalah kyai kharismatik  Akhirnya beliau menjadi kyai sepuh dan meninggal dunia ketika beliau
sedang melaksanakan Sholat dalam keadaan bersujud kepada Allah swt.
Kyai Abd Mun'im meninggalkan keturunan para kyai dan ulama dan nyai nyai yg shalihah. Diantaranya adalah MBAH HASAN.

Pada Zaman revolusi fisik, di Buntet pesantren ada seorang Kyai Sepuh
bernama KH.Abdul Mun'im. Beliau adalah adik KH. Abdul Jamil dan mertua
KH.Abbas.


Di masa muda Abd Mun'im kecil melanglang buana menuntut ilmu
diantaranya di Bangkalan Madura di bawah asuhan Syaikhuna Kholil.
Sehingga beliau menjadi ulama besar yg kharismatik dan sempat
menggantikan posisi kakaknya menjadi pengasuh pondok Buntet pesantren
sebelum akhirnya diserahkan kepada keponakannya yg nota bene adalah
menantunya sendiri yaitu : KH.Abbas bin KH.Abdul Jamil.

Akhirnya beliau menjadi kyai sepuh dan meninggal dunia ketika beliau
sedang melaksanakan Sholat dalam keadaan bersujud kepada Allah swt.
Kyai Abd Mun'im meninggalkan keturunan para kyai dan ulama dan nyai nyai yg shalihah. Diantaranya adalah MBAH HASAN.

Beliau semasa kecil dipanggil dg nama Mas'ud, namun sepulang dari Mukim
di tanah suci Mekkah di kenal dg nama Mbah Hasan. Selama Puluhan tahun
beliau menimba ilmu di tanah suci dan praktis tdk bertemu keluarga,pada
akhirnya beliau pulang ke tanah air untuk melepaskan rindu yg terpendam
bertahun tahun. Namun setelah pulang ke Buntet,beliau lebih memilih
tinggal diluar Buntet yg mungkin dirasakan oleh beliau telah banyak
kyai dan ulama di Buntet pesantren. Kemudian Mbah Hasan memilih daerah
Ciledug Cirebon ( _+ 25 km dr Buntet Pesantren) untuk menetap dan
berda'wah.

Di Ciledug,beliau berda'wah dg santun dan sopan dg menggunakan
AKHLAQULKARIMAH,sehingga masyarakat menyambut da'wahnya dg sukacita.
Beliau berda'wah dg halnya yg baik(da'wah bilhal) dan beliau beternak
puluhan ekor sapi. Masyarakat Ciledug pada sa'at itu tidak habis
fikir,mengapa sapi sapi mbah Hasan tidak digembalakan. Bahkan dibiarkan
berkeliaran mencari makan sendiri. Namun anehnya sapi sapi mbah Hasan
cukup beretika dan beradab,dikarenakan tidak pernah memakan dan merusak
tanaman masyarakat,sehingga masyarakat berterima kasih kegirangan bila
melihat sapi sapi Mbah Hasan yg hanya membersihkan rumput rumput yg
mengganggu tanaman.

Beberapa tahun kemudian Mbah Hasan pergi entah kemana,namun sebelum
pergi beliau sempat membagi-bagikan seluruh sapi-sapinya kepada
masyarakat.

Tahun demi tahun berlalu,akhirnya mbah Hasan yg sebaya dg sepupunya
KH.Abbas bin Ky.Abduljamil(wafat th 1947 di usia 60 tahunan) dg
mengejutkan datang di Buntet pesantren. Beberapa orang kyai sempat
cemas dg kedatangan beliau,sbb kedatangannya adalah pertanda akan ada
mushibah(kematian kyai besar atau serangan Belanda) di Buntet. Meskipun
begitu sanak famili dan masyarakat saling berebut cium tangan barokah
mbah Hasan. Mbah Hasan mengunjungi beberapa kyai dan kerabat.
Diantaranya beliau berkunjung ke KH.Anas bin Kyai Abd Jamil kakak
sepupunya. Kyai Anas menyambut gembira dg kedatangan mbah Hasan yg sdh
lama tdk ada khabar beritanya, hingga Kyai Anas mengumpulkan seluruh
anggota keluarga untuk menyambut kedatangannya.

Mbah Hasan, menurut
penuturan para kyai Buntet adalah seorang Kyai yg Shomut(pendiam)
beliau tdk berkata apapun kecuali 2 kata saja: enggih dan boten (ia dan
tidak) meskipun begitu,mulutnya selalu mengulum senyuman yg menyejukkan
hati.


Mbah Hasan bertemu dg kyai Anas sepupunya yg menjadi Muqaddam(guru
besar)thariqah tijaniyah dan org yg pertama kali membawa Thariqah
Tijaniyah di Indonesia,sebuah pertemuan yg mengharukan dan merapatkan
'alaqah ruhiyah dan jasadiyah diantara dua orang wali tsb. Pertemuan
terakhir di dunia.

Saat itu kyai Anas meminta oleh2 kenang2an dr mbah
Hasan,dia berkata "kang Hasan,mana oleh2nya dr Banyu wangi ?,namun mbah
Hasan tdk menjawab sepatah katapun,hanya senyuman san Wali yg menghiasi
wajah mbah Hasan. Ketika Kyai Anas berkali kali memohon,akhirnya mbah
Hasan mengeluarkan bungkusan kain putih dr kantong bajunya seraya
berbisik "jangan dibuka kecuali didepan anak2 dan menantu".

Setelah
mbah Hasan pamitan,kyai Anas membuka bungkusan tsb,ternyata berisi
minyak wangi dan kapas. Kyai Anas mengerti isyarat tsb dan
berucap,"anak2ku ketahuilah,bapak sebentar lagi meninggal dunia" kyai
Anas mengucapkannya sambil berderai air mata haru dan bahagia sambil
terus menerus menciumi kapas dan minyak wangi pemberian mbah wali
Hasan. Benar saja,beberapa minggu kemudian kyai Anas wafat dg
Husnulkhotimah berpulang ke rahmatullah dg damai dan tenang, yg
kuburannya sudah tergali seminggu sebelum beliau wafat. Rodhiyallahu
anhu wa askanahu 'alaa farodisiljinan,amien. Bahkan juga Almarhum
almaghfur lah Kyai haji Anas sempat mimpi bertemu Rosullah saw dan
Sayidah Fathimah Azzahro seminngu sebelum wafat,dalam mimpi itu Kyai
Anas mencium tangan mulia Baginda Rosul saw dan tangan Sayyidah
Fathimah Azzahro ra. Anehnya siti fathimah memberi isyarat dg 7 buah
jari tangannya. Bangun dr mimpi,Kyai Anas terperanjat tiba2 tangan
beliau harum wangi semerbak hingga hari ke tujuh,ribuan santri dan
kerabatpun terheran heran dg bau wangi yg khas dan beraroma lain dr
minyak wangi pada umumnya. SUBHAANALLOH.....Bersambun
g.



0 comments:

Karomah Mbah Hasan

Posted by Unknown  |  at  7:39 AM

Mbah Hasan adalah kyai kharismatik  Akhirnya beliau menjadi kyai sepuh dan meninggal dunia ketika beliau
sedang melaksanakan Sholat dalam keadaan bersujud kepada Allah swt.
Kyai Abd Mun'im meninggalkan keturunan para kyai dan ulama dan nyai nyai yg shalihah. Diantaranya adalah MBAH HASAN.

Pada Zaman revolusi fisik, di Buntet pesantren ada seorang Kyai Sepuh
bernama KH.Abdul Mun'im. Beliau adalah adik KH. Abdul Jamil dan mertua
KH.Abbas.


Di masa muda Abd Mun'im kecil melanglang buana menuntut ilmu
diantaranya di Bangkalan Madura di bawah asuhan Syaikhuna Kholil.
Sehingga beliau menjadi ulama besar yg kharismatik dan sempat
menggantikan posisi kakaknya menjadi pengasuh pondok Buntet pesantren
sebelum akhirnya diserahkan kepada keponakannya yg nota bene adalah
menantunya sendiri yaitu : KH.Abbas bin KH.Abdul Jamil.

Akhirnya beliau menjadi kyai sepuh dan meninggal dunia ketika beliau
sedang melaksanakan Sholat dalam keadaan bersujud kepada Allah swt.
Kyai Abd Mun'im meninggalkan keturunan para kyai dan ulama dan nyai nyai yg shalihah. Diantaranya adalah MBAH HASAN.

Beliau semasa kecil dipanggil dg nama Mas'ud, namun sepulang dari Mukim
di tanah suci Mekkah di kenal dg nama Mbah Hasan. Selama Puluhan tahun
beliau menimba ilmu di tanah suci dan praktis tdk bertemu keluarga,pada
akhirnya beliau pulang ke tanah air untuk melepaskan rindu yg terpendam
bertahun tahun. Namun setelah pulang ke Buntet,beliau lebih memilih
tinggal diluar Buntet yg mungkin dirasakan oleh beliau telah banyak
kyai dan ulama di Buntet pesantren. Kemudian Mbah Hasan memilih daerah
Ciledug Cirebon ( _+ 25 km dr Buntet Pesantren) untuk menetap dan
berda'wah.

Di Ciledug,beliau berda'wah dg santun dan sopan dg menggunakan
AKHLAQULKARIMAH,sehingga masyarakat menyambut da'wahnya dg sukacita.
Beliau berda'wah dg halnya yg baik(da'wah bilhal) dan beliau beternak
puluhan ekor sapi. Masyarakat Ciledug pada sa'at itu tidak habis
fikir,mengapa sapi sapi mbah Hasan tidak digembalakan. Bahkan dibiarkan
berkeliaran mencari makan sendiri. Namun anehnya sapi sapi mbah Hasan
cukup beretika dan beradab,dikarenakan tidak pernah memakan dan merusak
tanaman masyarakat,sehingga masyarakat berterima kasih kegirangan bila
melihat sapi sapi Mbah Hasan yg hanya membersihkan rumput rumput yg
mengganggu tanaman.

Beberapa tahun kemudian Mbah Hasan pergi entah kemana,namun sebelum
pergi beliau sempat membagi-bagikan seluruh sapi-sapinya kepada
masyarakat.

Tahun demi tahun berlalu,akhirnya mbah Hasan yg sebaya dg sepupunya
KH.Abbas bin Ky.Abduljamil(wafat th 1947 di usia 60 tahunan) dg
mengejutkan datang di Buntet pesantren. Beberapa orang kyai sempat
cemas dg kedatangan beliau,sbb kedatangannya adalah pertanda akan ada
mushibah(kematian kyai besar atau serangan Belanda) di Buntet. Meskipun
begitu sanak famili dan masyarakat saling berebut cium tangan barokah
mbah Hasan. Mbah Hasan mengunjungi beberapa kyai dan kerabat.
Diantaranya beliau berkunjung ke KH.Anas bin Kyai Abd Jamil kakak
sepupunya. Kyai Anas menyambut gembira dg kedatangan mbah Hasan yg sdh
lama tdk ada khabar beritanya, hingga Kyai Anas mengumpulkan seluruh
anggota keluarga untuk menyambut kedatangannya.

Mbah Hasan, menurut
penuturan para kyai Buntet adalah seorang Kyai yg Shomut(pendiam)
beliau tdk berkata apapun kecuali 2 kata saja: enggih dan boten (ia dan
tidak) meskipun begitu,mulutnya selalu mengulum senyuman yg menyejukkan
hati.


Mbah Hasan bertemu dg kyai Anas sepupunya yg menjadi Muqaddam(guru
besar)thariqah tijaniyah dan org yg pertama kali membawa Thariqah
Tijaniyah di Indonesia,sebuah pertemuan yg mengharukan dan merapatkan
'alaqah ruhiyah dan jasadiyah diantara dua orang wali tsb. Pertemuan
terakhir di dunia.

Saat itu kyai Anas meminta oleh2 kenang2an dr mbah
Hasan,dia berkata "kang Hasan,mana oleh2nya dr Banyu wangi ?,namun mbah
Hasan tdk menjawab sepatah katapun,hanya senyuman san Wali yg menghiasi
wajah mbah Hasan. Ketika Kyai Anas berkali kali memohon,akhirnya mbah
Hasan mengeluarkan bungkusan kain putih dr kantong bajunya seraya
berbisik "jangan dibuka kecuali didepan anak2 dan menantu".

Setelah
mbah Hasan pamitan,kyai Anas membuka bungkusan tsb,ternyata berisi
minyak wangi dan kapas. Kyai Anas mengerti isyarat tsb dan
berucap,"anak2ku ketahuilah,bapak sebentar lagi meninggal dunia" kyai
Anas mengucapkannya sambil berderai air mata haru dan bahagia sambil
terus menerus menciumi kapas dan minyak wangi pemberian mbah wali
Hasan. Benar saja,beberapa minggu kemudian kyai Anas wafat dg
Husnulkhotimah berpulang ke rahmatullah dg damai dan tenang, yg
kuburannya sudah tergali seminggu sebelum beliau wafat. Rodhiyallahu
anhu wa askanahu 'alaa farodisiljinan,amien. Bahkan juga Almarhum
almaghfur lah Kyai haji Anas sempat mimpi bertemu Rosullah saw dan
Sayidah Fathimah Azzahro seminngu sebelum wafat,dalam mimpi itu Kyai
Anas mencium tangan mulia Baginda Rosul saw dan tangan Sayyidah
Fathimah Azzahro ra. Anehnya siti fathimah memberi isyarat dg 7 buah
jari tangannya. Bangun dr mimpi,Kyai Anas terperanjat tiba2 tangan
beliau harum wangi semerbak hingga hari ke tujuh,ribuan santri dan
kerabatpun terheran heran dg bau wangi yg khas dan beraroma lain dr
minyak wangi pada umumnya. SUBHAANALLOH.....Bersambun
g.



0 comments:

WAHABI RAMBAH DESA-DESA CIREBON

Posted by Unknown  |  at  4:45 PM

Rakyat Miskin Jadi Sasaran, Bikin Program ‘Halau Wahabi’


Langkah Ansor tersebut ternyata bukan tanpa alasan, ternyata daerah
yang dinilai paling miskin itu menjadi sasaran utama gerakan Wahabi
yang dipelopori anak muda dari organisasi Islam tertentu dan partai
politik yang konon dananya disokong oleh donator Arab Saudi.



Sebagaimana diungkapkan Ketua PAC GP Ansor Kecamatan Kapetakan, Ahmad
Junaidi SAg mengungkapkan, berdasarkan kajian dan investigasi pihaknya,
kini pemahaman Wahabi yang diusung oleh kelompok Islam fundamental dan
radikal mulai merongrong warga NU di desa-desa, terutama yang terpencil
dan banyak warganya tergolong miskin, seperti Desa Dukuh, Kecamatan
Kapetakan.

Dari sisi strategi, perangkat, dan analisa, kelompok pengusung Wahabi
dianggap sistematis. Mula-mula hadir dengan tawaran bantuan, droping
juru dakwah, pengajian-pengajian, tampilan formal yang meyakinkan, dan
hal persuasif lainnya yang memikat pengikutnya, yang kebanyakan
anak-anak muda.

Setelah jumlahnya banyak, mereka mulai mengikatnya dengan pembangunan
fasilitas dan tawaran ekonomi. “Di dukuh ternyata sudah agak jauh
melangkah. Tapi insya Allah kami bersama Ranting GP Ansor Desa Dukuh
akan berusaha semaksimal mungkin untuk membendungnya,” ujar Junaidi
seraya mengatakan, Desa Dukuh adalah cikal bakal lahirnya NU di
Kapetakan.

Setelah berkoordinasi dengan Ketua PC GP Ansor Kabupaten Cirebon,
Nuruzzaman MSi dan jajaran pengurusnya, ujar Junaidi, maka Desa Dukuh
akan menjadi wilayah garapan utama di Kecamatan Kapetakan dalam program
“Halau Wahabi”. Beberapa program telah dijalankan seperti pembangunan
dan pengembangan Madrasah Ibtidaiyah (MI) untuk idiologisasi kader NU,
pembagian beras bagi warga pengonsumsi nasi aking oleh PC GP Ansor, dan
lainnya.

Hal senada disampaikan tokoh NU Desa Dukuh, Abdul Mutholib. Menurut
pelopor berdirinya MI NU di desa yang berbatasan dengan Desa Pegagan
Lor dan Karangkendal itu mengaku kecolongan terhadap masuknya kelompok
Wahabi yang awalnya cenderung diam-diam.

“Karena itu kami minta langkah-langkah dari pengurus NU, terutama PC GP
Ansor Kabupaten Cirebon. Dan alhamdulillah saat pembagian sembako
disepakati kerjasama, PC GP Ansor menyiapkan perangkat dakwah dan kami
memfasilitasi tempatnya,” kata pria yang mengaku selalu berkoordinasi
intens dengan tokoh-tokoh NU baik tingkat desa maupun kecamatan
itu.(lil)

0 comments:

WAHABI RAMBAH DESA-DESA CIREBON

Posted by Unknown  |  at  4:45 PM

Rakyat Miskin Jadi Sasaran, Bikin Program ‘Halau Wahabi’


Langkah Ansor tersebut ternyata bukan tanpa alasan, ternyata daerah
yang dinilai paling miskin itu menjadi sasaran utama gerakan Wahabi
yang dipelopori anak muda dari organisasi Islam tertentu dan partai
politik yang konon dananya disokong oleh donator Arab Saudi.



Sebagaimana diungkapkan Ketua PAC GP Ansor Kecamatan Kapetakan, Ahmad
Junaidi SAg mengungkapkan, berdasarkan kajian dan investigasi pihaknya,
kini pemahaman Wahabi yang diusung oleh kelompok Islam fundamental dan
radikal mulai merongrong warga NU di desa-desa, terutama yang terpencil
dan banyak warganya tergolong miskin, seperti Desa Dukuh, Kecamatan
Kapetakan.

Dari sisi strategi, perangkat, dan analisa, kelompok pengusung Wahabi
dianggap sistematis. Mula-mula hadir dengan tawaran bantuan, droping
juru dakwah, pengajian-pengajian, tampilan formal yang meyakinkan, dan
hal persuasif lainnya yang memikat pengikutnya, yang kebanyakan
anak-anak muda.

Setelah jumlahnya banyak, mereka mulai mengikatnya dengan pembangunan
fasilitas dan tawaran ekonomi. “Di dukuh ternyata sudah agak jauh
melangkah. Tapi insya Allah kami bersama Ranting GP Ansor Desa Dukuh
akan berusaha semaksimal mungkin untuk membendungnya,” ujar Junaidi
seraya mengatakan, Desa Dukuh adalah cikal bakal lahirnya NU di
Kapetakan.

Setelah berkoordinasi dengan Ketua PC GP Ansor Kabupaten Cirebon,
Nuruzzaman MSi dan jajaran pengurusnya, ujar Junaidi, maka Desa Dukuh
akan menjadi wilayah garapan utama di Kecamatan Kapetakan dalam program
“Halau Wahabi”. Beberapa program telah dijalankan seperti pembangunan
dan pengembangan Madrasah Ibtidaiyah (MI) untuk idiologisasi kader NU,
pembagian beras bagi warga pengonsumsi nasi aking oleh PC GP Ansor, dan
lainnya.

Hal senada disampaikan tokoh NU Desa Dukuh, Abdul Mutholib. Menurut
pelopor berdirinya MI NU di desa yang berbatasan dengan Desa Pegagan
Lor dan Karangkendal itu mengaku kecolongan terhadap masuknya kelompok
Wahabi yang awalnya cenderung diam-diam.

“Karena itu kami minta langkah-langkah dari pengurus NU, terutama PC GP
Ansor Kabupaten Cirebon. Dan alhamdulillah saat pembagian sembako
disepakati kerjasama, PC GP Ansor menyiapkan perangkat dakwah dan kami
memfasilitasi tempatnya,” kata pria yang mengaku selalu berkoordinasi
intens dengan tokoh-tokoh NU baik tingkat desa maupun kecamatan
itu.(lil)

0 comments:

Alnor: Cahaya Islam di Puncak Bola Dunia

Posted by Unknown  |  at  8:08 AM

AlnorKota Tromsø merupakan kota terbesar di wilayah paling utara Norwegia. Kota ini terkenal sebagai salah satu kota pariwisata di Norwegia karena mempunyai beberapa daya tarik tersendiri untuk dikunjungi, khususnya karena letak geografisnya yang berada di Arctic Circle atau sekitar 2000 km dari kutub utara. Di musim dingin kota Tromsø merupakan salah satu lokasi terbaik untuk mengamati Aurora Borealis (Northern Light), sementara di puncak musim panas khususnya di bulan Juli, ia dibanjiri wisatawan mancanegara yang ingin menikmati indahnya Midnight Sun, saat matahari bersinar 24 jam sehari di wilayah ini.







Per 1 Januari 2009 tercatat penduduk kota Tromsø
berjumlah 66.513 jiwa dan sekitar 800 orang dari jumlah tersebut adalah
umat muslim. Dengan jumlah penduduk muslim yang terus bertambah,
keberadaan masjid tidak hanya sebatas sebagai rumah ibadah, tapi juga
pusat kegiatan dakwah keislaman di kota yang mayoritas penduduknya
adalah umat kristiani ini. ”Alnor Senter ” kiranya menjadi jawaban akan kebutuhan ini.





Alnor Senter memang tidak menggunakan kata “masjid” sebagai
identitasnya. Namun demikian bangunan pusat kegiatan keislaman di kota
Tromso ini sejatinya adalah sebuah masjid. Sejak tahun 2006 Tromsø
Islamske Senter (Pusat Keislaman Tromsø) atau Masjid Al-Noor resmi
berada dalam pengelolaan badan berbentuk yayasan dengan nama ”Alnor”.





Keistimewaan Alnor tidak hanya karena lokasinya yang berada di wilayah
paling utara Norwegia. Yang lebih istimewa Alnor sangat aktif dalam
dakwah, rutin mengadakan kajian keislaman dan kegiatan sosial untuk
mendekatkan Islam dengan masyarakat setempat. Satu hal lagi yang
membuat penulis takjub atas kekuasaan Allah adalah bahwa sebagian dari
aktivis dan penggerak Alnor adalah para mualaf, yang baru kembali ke
fitrah Islam beberapa tahun terakhir. Namun semangat dan jihad mereka
sungguh membuat penulis salut.



 




Sholat Jamaah di Alnor Senter


Selama
kunjungan dua hari di kota Tromsø di akhir bulan Juni lalu,
alhamdulillah penulis dapat bersilaturrahim dengan para muslimah
aktivis “Alnor Senter”. Pada kesempatan pertama, penulis diundang untuk
hadir di forum kajian rutin yang diselenggarakan oleh para muslimah
mualaf. Di forum yang penuh rasa kekeluargaan dan keakraban ini kami
membahas tentang bahaya ghibah yang menjadi topik utama pada hari itu.
Sebagai pengantar, tuan rumah (seorang ibu muda yang baru dua tahun
menjadi muslimah) memberikan ulasan dan dalil-dalil tentang ghibah,
lalu dilanjutkan dengan diskusi, diselingi contoh-contoh kasus yang
ditemui sehari-hari dan bagaimana Islam menuntun muslimah untuk
menghadapinya.


Sungguh diskusi yang menarik, apalagi
dipandang dari pengalaman para mualaf yang di satu sisi berjuang
menghidupkan Islam secara kaffah dalam keseharian mereka dan di sisi
lain juga berhadapan dengan lingkungan masa lalu yang belum bisa
seratus persen menerima perobahan tersebut.





Polisi berjilbab pemandangan yang biasa terlihat di Inggris & Swedia


Sore
hari setelah pertemuan itu, dengan petunjuk peta penulis berjalan kaki
dari hotel tempat penulis menginap menuju masjid yang juga berlokasi di
pusat kota. Tak lebih sepuluh menit penulis telah berada di alamat yang
dituju. Karena memang belum masuk waktu shalat Maghrib, pintu masuk
masjid masih terkunci. Bukan hal yang ganjil bagi penulis bahwa di
kota-kota Norwegia masjid tidak terbuka 24 jam, namun hanya pada jadwal
tertentu, terutama saat waktu salat saja. Namun begitu di pintu masuk
penulis melihat terpampang nama dan nomor telepon yang dapat dihubungi
jika diperlukan.


Pusat kegiatan keislaman “Alnor Senter”
bukanlah satu bangunan megah, bahkan minus kubah seperti lazimnya
bangunan masjid. Dari luar bangunannya terlihat sangat sederhana,
merupakan bagian dari satu kompleks bangunan yang diantaranya merupakan
toko dan rumah tinggal. Letaknya pun tidak persis di pinggir jalan
utama, namun masuk sedikit ke dalam gang, di area pusat kota Tromsø. Di
dekat pintu masuk terpancang tiang yang menyangga lampu boks
bertuliskan “Alnor Senter”. Rupanya pintu di bagian depan itu khusus
untuk wanita. Dengan sebuah penunjuk arah, diinformasikan bahwa pintu
masuk untuk laki-laki berada di bagian samping bangunan.


Hari kedua dan juga hari terakhir kunjungan penulis di Tromsø
bertepatan dengan hari Jumat. Karena itu penulis mengambil kesempatan
untuk dapat melakukan ibadah berjamaah di masjid. Rupanya sebelum
shalat Jumat ada pula forum belajar bahasa Arab bagi muslimah yang
dijadwalkan rutin setiap minggu. Shalat Jumat juga diikuti oleh banyak
jemaah wanita. Subhanallah! Bagian dalam “Alnor Senter” rupanya cukup
luas dan tertata rapi. Muslimin dan muslimah beraktifitas di ruang yang
terpisah. Di dekat pintu masuk wanita, selain ada tempat berwudhu juga
ada dapur yang bersih.


Ruang shalat wanita berada di area
paling dalam. Di depannya ada satu ruang yang berfungsi sebagai ruang
serbaguna, lengkap dengan kid’s corner yang ditata dengan selera khas
anak-anak. Manfaat kid’s corner ini agar anak-anak yang belum mengerti
ibadah dapat asyik bermain atau menggambar sementara orang tuanya
beribadah. Meja, kursi dan papan tulis besar melengkapi fungsi ruang
ini sebagai ruang belajar yang nyaman.


Meskipun terpisah
ruang shalat muslimin dan muslimah dihubungkan dengan jendela kecil
berhijab. Di sudut depan ruang shalat muslimah tergantung televisi
layar datar, sehingga jemaah dapat melihat dan mendengar imam dengan
jelas dengan bantuan pengeras suara. Al Quran dan buku-buku bacaan
serta perlengkapan shalat juga tersedia dalam jumlah yang memadai.
Seluruh lantai dilapisi karpet tebal yang bersih dan berwarna cerah.
Sungguh masjid yang dirawat dan ditata dengan sangat baik.





Langit diatas Kota Tromso, Alnor. Membentuk Aurora yg indah


Banyak
kegiatan lain yang diangkat oleh “Alnor Senter”. Tidak hanya kajian
keislaman dan belajar ilmu Al Quran, kelas keterampilan seperti kelas
menjahit bagi muslimah juga dikelola secara gratis oleh relawan Alnor.
Sebuah situs internet juga dibuat untuk mensosialisasikan tentang Alnor
kepada publik. Tak kalah penting pendidikan Islam bagi anak juga
menjadi agenda. Memang, tidak seperti kondisi di tanah air atau di
negara-negara muslim pada umumnya, pendidikan keislaman bagi anak-anak
adalah kebutuhan yang lebih primer di Norwegia ini, mengingat
sehari-hari anak-anak muslim bersekolah di sekolah umum dengan
lingkungan yang tidak Islami.


Kegiatan lain yang
diorganisir muslimah Alnor dan menurut penulis sangat layak untuk
dicontoh adalah suatu forum yang diberi nama Nettverkskafe (Network
Cafe). Forum ini dirancang sebagai forum pertemuan dan diskusi terbuka
bagi para wanita di kota Tromsø. Nettverkskafe tak hanya dibuka untuk
muslimah, namun yang tak kalah penting adalah untuk kalangan
non-muslim, agar semua dapat berinteraksi dan saling mengenal.


alam pertemuan yang diadakan sebulan sekali ini dihadirkan pembicara
utama yang merupakan nara sumber ahli sesuai dengan topik yang
diangkat. Dengan adanya forum ini diharapkan akan terjalin saling
pengertian dan pengenalan masyarakat akan Islam, sehingga hubungan baik
antara muslimah dan masyarakat luar dapat dibangun.


Pada
bulan Juni lalu “Alnor Senter” berhasil mengangkat satu even besar
dengan mendatangkan ulama asal Amerika: Syeikh Yusuf Estes ke daratan
Skandinavia. Selama beberapa minggu Syeikh Yusuf Estes memberikan
tausiyah-tausiyah keIslaman di kota-kota besar di Norwegia, Swedia dan
beberapa negara lain di Eropa. Subhanallah, dengan izin Allah tak
sedikit warga Norwegia yang melafazkan kalimat syahadat dalam forum
dakwah ini.


Masih banyak ide dakwah yang terus di rancang
oleh saudara-saudari kita, muslim dan muslimah di “Alnor Senter”.
Ide-ide yang dijiwai semangat jihad fii sabiilillah dan berlomba-lomba
dalam kebaikan demi menegakkan Islam. Semoga semangat yang sama juga
hidup dalam jiwa setiap muslim dimana pun berada.

Sesuai
namanya, semoga “Alnor Senter” menjadi cahaya yang bersinar semakin
cemerlang di puncak bola dunia. Insya Allah!I (www.swaramuslim.com)




0 comments:

Alnor: Cahaya Islam di Puncak Bola Dunia

Posted by Unknown  |  at  8:08 AM

AlnorKota Tromsø merupakan kota terbesar di wilayah paling utara Norwegia. Kota ini terkenal sebagai salah satu kota pariwisata di Norwegia karena mempunyai beberapa daya tarik tersendiri untuk dikunjungi, khususnya karena letak geografisnya yang berada di Arctic Circle atau sekitar 2000 km dari kutub utara. Di musim dingin kota Tromsø merupakan salah satu lokasi terbaik untuk mengamati Aurora Borealis (Northern Light), sementara di puncak musim panas khususnya di bulan Juli, ia dibanjiri wisatawan mancanegara yang ingin menikmati indahnya Midnight Sun, saat matahari bersinar 24 jam sehari di wilayah ini.







Per 1 Januari 2009 tercatat penduduk kota Tromsø
berjumlah 66.513 jiwa dan sekitar 800 orang dari jumlah tersebut adalah
umat muslim. Dengan jumlah penduduk muslim yang terus bertambah,
keberadaan masjid tidak hanya sebatas sebagai rumah ibadah, tapi juga
pusat kegiatan dakwah keislaman di kota yang mayoritas penduduknya
adalah umat kristiani ini. ”Alnor Senter ” kiranya menjadi jawaban akan kebutuhan ini.





Alnor Senter memang tidak menggunakan kata “masjid” sebagai
identitasnya. Namun demikian bangunan pusat kegiatan keislaman di kota
Tromso ini sejatinya adalah sebuah masjid. Sejak tahun 2006 Tromsø
Islamske Senter (Pusat Keislaman Tromsø) atau Masjid Al-Noor resmi
berada dalam pengelolaan badan berbentuk yayasan dengan nama ”Alnor”.





Keistimewaan Alnor tidak hanya karena lokasinya yang berada di wilayah
paling utara Norwegia. Yang lebih istimewa Alnor sangat aktif dalam
dakwah, rutin mengadakan kajian keislaman dan kegiatan sosial untuk
mendekatkan Islam dengan masyarakat setempat. Satu hal lagi yang
membuat penulis takjub atas kekuasaan Allah adalah bahwa sebagian dari
aktivis dan penggerak Alnor adalah para mualaf, yang baru kembali ke
fitrah Islam beberapa tahun terakhir. Namun semangat dan jihad mereka
sungguh membuat penulis salut.



 




Sholat Jamaah di Alnor Senter


Selama
kunjungan dua hari di kota Tromsø di akhir bulan Juni lalu,
alhamdulillah penulis dapat bersilaturrahim dengan para muslimah
aktivis “Alnor Senter”. Pada kesempatan pertama, penulis diundang untuk
hadir di forum kajian rutin yang diselenggarakan oleh para muslimah
mualaf. Di forum yang penuh rasa kekeluargaan dan keakraban ini kami
membahas tentang bahaya ghibah yang menjadi topik utama pada hari itu.
Sebagai pengantar, tuan rumah (seorang ibu muda yang baru dua tahun
menjadi muslimah) memberikan ulasan dan dalil-dalil tentang ghibah,
lalu dilanjutkan dengan diskusi, diselingi contoh-contoh kasus yang
ditemui sehari-hari dan bagaimana Islam menuntun muslimah untuk
menghadapinya.


Sungguh diskusi yang menarik, apalagi
dipandang dari pengalaman para mualaf yang di satu sisi berjuang
menghidupkan Islam secara kaffah dalam keseharian mereka dan di sisi
lain juga berhadapan dengan lingkungan masa lalu yang belum bisa
seratus persen menerima perobahan tersebut.





Polisi berjilbab pemandangan yang biasa terlihat di Inggris & Swedia


Sore
hari setelah pertemuan itu, dengan petunjuk peta penulis berjalan kaki
dari hotel tempat penulis menginap menuju masjid yang juga berlokasi di
pusat kota. Tak lebih sepuluh menit penulis telah berada di alamat yang
dituju. Karena memang belum masuk waktu shalat Maghrib, pintu masuk
masjid masih terkunci. Bukan hal yang ganjil bagi penulis bahwa di
kota-kota Norwegia masjid tidak terbuka 24 jam, namun hanya pada jadwal
tertentu, terutama saat waktu salat saja. Namun begitu di pintu masuk
penulis melihat terpampang nama dan nomor telepon yang dapat dihubungi
jika diperlukan.


Pusat kegiatan keislaman “Alnor Senter”
bukanlah satu bangunan megah, bahkan minus kubah seperti lazimnya
bangunan masjid. Dari luar bangunannya terlihat sangat sederhana,
merupakan bagian dari satu kompleks bangunan yang diantaranya merupakan
toko dan rumah tinggal. Letaknya pun tidak persis di pinggir jalan
utama, namun masuk sedikit ke dalam gang, di area pusat kota Tromsø. Di
dekat pintu masuk terpancang tiang yang menyangga lampu boks
bertuliskan “Alnor Senter”. Rupanya pintu di bagian depan itu khusus
untuk wanita. Dengan sebuah penunjuk arah, diinformasikan bahwa pintu
masuk untuk laki-laki berada di bagian samping bangunan.


Hari kedua dan juga hari terakhir kunjungan penulis di Tromsø
bertepatan dengan hari Jumat. Karena itu penulis mengambil kesempatan
untuk dapat melakukan ibadah berjamaah di masjid. Rupanya sebelum
shalat Jumat ada pula forum belajar bahasa Arab bagi muslimah yang
dijadwalkan rutin setiap minggu. Shalat Jumat juga diikuti oleh banyak
jemaah wanita. Subhanallah! Bagian dalam “Alnor Senter” rupanya cukup
luas dan tertata rapi. Muslimin dan muslimah beraktifitas di ruang yang
terpisah. Di dekat pintu masuk wanita, selain ada tempat berwudhu juga
ada dapur yang bersih.


Ruang shalat wanita berada di area
paling dalam. Di depannya ada satu ruang yang berfungsi sebagai ruang
serbaguna, lengkap dengan kid’s corner yang ditata dengan selera khas
anak-anak. Manfaat kid’s corner ini agar anak-anak yang belum mengerti
ibadah dapat asyik bermain atau menggambar sementara orang tuanya
beribadah. Meja, kursi dan papan tulis besar melengkapi fungsi ruang
ini sebagai ruang belajar yang nyaman.


Meskipun terpisah
ruang shalat muslimin dan muslimah dihubungkan dengan jendela kecil
berhijab. Di sudut depan ruang shalat muslimah tergantung televisi
layar datar, sehingga jemaah dapat melihat dan mendengar imam dengan
jelas dengan bantuan pengeras suara. Al Quran dan buku-buku bacaan
serta perlengkapan shalat juga tersedia dalam jumlah yang memadai.
Seluruh lantai dilapisi karpet tebal yang bersih dan berwarna cerah.
Sungguh masjid yang dirawat dan ditata dengan sangat baik.





Langit diatas Kota Tromso, Alnor. Membentuk Aurora yg indah


Banyak
kegiatan lain yang diangkat oleh “Alnor Senter”. Tidak hanya kajian
keislaman dan belajar ilmu Al Quran, kelas keterampilan seperti kelas
menjahit bagi muslimah juga dikelola secara gratis oleh relawan Alnor.
Sebuah situs internet juga dibuat untuk mensosialisasikan tentang Alnor
kepada publik. Tak kalah penting pendidikan Islam bagi anak juga
menjadi agenda. Memang, tidak seperti kondisi di tanah air atau di
negara-negara muslim pada umumnya, pendidikan keislaman bagi anak-anak
adalah kebutuhan yang lebih primer di Norwegia ini, mengingat
sehari-hari anak-anak muslim bersekolah di sekolah umum dengan
lingkungan yang tidak Islami.


Kegiatan lain yang
diorganisir muslimah Alnor dan menurut penulis sangat layak untuk
dicontoh adalah suatu forum yang diberi nama Nettverkskafe (Network
Cafe). Forum ini dirancang sebagai forum pertemuan dan diskusi terbuka
bagi para wanita di kota Tromsø. Nettverkskafe tak hanya dibuka untuk
muslimah, namun yang tak kalah penting adalah untuk kalangan
non-muslim, agar semua dapat berinteraksi dan saling mengenal.


alam pertemuan yang diadakan sebulan sekali ini dihadirkan pembicara
utama yang merupakan nara sumber ahli sesuai dengan topik yang
diangkat. Dengan adanya forum ini diharapkan akan terjalin saling
pengertian dan pengenalan masyarakat akan Islam, sehingga hubungan baik
antara muslimah dan masyarakat luar dapat dibangun.


Pada
bulan Juni lalu “Alnor Senter” berhasil mengangkat satu even besar
dengan mendatangkan ulama asal Amerika: Syeikh Yusuf Estes ke daratan
Skandinavia. Selama beberapa minggu Syeikh Yusuf Estes memberikan
tausiyah-tausiyah keIslaman di kota-kota besar di Norwegia, Swedia dan
beberapa negara lain di Eropa. Subhanallah, dengan izin Allah tak
sedikit warga Norwegia yang melafazkan kalimat syahadat dalam forum
dakwah ini.


Masih banyak ide dakwah yang terus di rancang
oleh saudara-saudari kita, muslim dan muslimah di “Alnor Senter”.
Ide-ide yang dijiwai semangat jihad fii sabiilillah dan berlomba-lomba
dalam kebaikan demi menegakkan Islam. Semoga semangat yang sama juga
hidup dalam jiwa setiap muslim dimana pun berada.

Sesuai
namanya, semoga “Alnor Senter” menjadi cahaya yang bersinar semakin
cemerlang di puncak bola dunia. Insya Allah!I (www.swaramuslim.com)




0 comments:

Seri Mengenang Tokoh Buntet (4) : KH. Hamim

Posted by Unknown  |  at  1:36 AM

sawah


Mimpi Kyai Hamim dan Dzikir Haddad



Mimpi seseorang kadangkala menjadi isyarat dalam kehidupan nyata, apalagi dialami oleh seorang ulama pasti membawa hikmah atau sebuah isyarat, hanya Allah yang Maha Tahu, sedangkan manusia tidak bisa memastikannya. Tetapi dari mimpi beliau, melahirkan sesuatu yang bermanfaat.



Pada suatu malam KH. Hamim ini bercerita seputar mimpi yang dialaminya kepada keluarganya. Katanya, ia seolah berjalan di pematang sawah bersama dua orang kyai yang mendampinginya.






Kyai yang pertama adalah KH. Siradj (kakek dari Prof. DR. Aqil Siradj) dari Pesantren Gedongan dan satunya lagi oleh KH. Dahlan dari Pesantren Benda Kerep. Ketiga Kiai ini memang memiliki hubungan keluarga yang amat dekat. KH. Hamim merupakan keponakan KH. Ahmad Said dari Pesantren Gedongan. KH. Ahmad Said hidup sezaman dengan KH. Abdul Djamil, Hadratus syekh KH. Hasyim Asy`ari dan Mbah Cholil Madura. Sementara KH. Siradj adalah putra dari KH. Ahmad Said.




Dalam mpimpinya ini, saat menikmati perjalanan meniti pematang sawah itu tiba-tiba KH. Hamim terpeleset kakinya dan terjatuh ke sawah. Anehnya, pada saat yang bersamaan kedua kyai yang mengiringinya itu ikut terpeset. Baik KH. Siradj maupun KH. Dahlan hampir berbarengan jatuhnya. Walhasil, ketiganya tercebur ke sawah. Itulah isi cerita yang dialami KH. Khamim seperti dituturkan kepada keluarganya.




Jika mimpi adalah tanda-tanda, maka tanda-tanda itu menjadi kenyataan selang beberapa hari kemudian. KH. Hamim benar-benar menderita sakit sampai akhirnya wafat. Pada hari wafatnya itu, Buntet Pesantren banyak sekali dikunjungi para tamu yang bertakziyah, terlebih keluarga besar dari pesantren Gedongan tumpah ruah ke Buntet. Hadir juga pada hari itu Habib Ali yang amat masyhur karomahnya dari Jatibarang Brebes. Jenazah Almarhum KH. Hamim dimandikan oleh KH. Ma`sum dan KH. Dimyati serta dishalatkan di Masjid Jami` Buntet Pesantren.




Seperti biasanya para ulama dan warga Buntet begitu selesai shalat, kemudian ada dzikir dan isyhad. Rupanya kepergian KH. Hamim ini menjadi perhatian banyak kalangan sebab yang hadir bukan saja dari Buntet tetapi dari keluarga besar Gedongan ikut hadir. Selesai shalat jenazah, Habib Ali dari Jatibarang memimpin pembacaan dzikir yang berbeda dari biasanya, tetapi amat menarik perhatian seluruh kiai dan warga Buntet. Dalam suasana duka dan hidmat dzikir itu dikumandangkan amat menyentuh rasa keimanan. Ajaran tauhid pada bait-baitnya menggugah dan menimbulkan kesadaran betapa fana dan rapuhnya seorang makhluq di hadapan Sang Khaliq. Lafadz demi lafadz dibacakan oleh Habib Ali membuat terkesima seluruh jama`ah.




Salah seorang kiai Buntet pada waktu itu, KH. Akyas Abdul Djamil sangat tertarik dengan dzikir tersebut. Beliau kemudian minta ijazah kepada Habib Ali untuk mengamalkannya. Hingga saat ini dzikir tersebut dikenal dengan “Dzikir Haddad” yang selalu dibacakan oleh KH. Abdullah Syifa putra dari KH. Akyas Abdul Djamil setiap selesai shalat jenazah bagi warga Buntet Pesantren.




Namun tiba-tiba belum selesai prosesi pengurusan jenazah kyai Hamim ini, ada berita yang amat mengejutkan yaitu wafatnya KH. Siradj Gedongan. Padahal keluarga besar Gedongan masih ta`ziah di Buntet. Suasana panik penuh haru menyelimuti keluarga Buntet dan Gedongan. Selang beberapa jam kemudian, ada lagi satu berita duka datangnya dari daerah Benda Kerep bahwa KH. Dahlan wafat. Innalillah wa innaa ilihi rajiun dalam satu hari ada 3 kiai bersaudara wafat bersamaan persis seperti yang dituturkan KH. Khamim dalam mimpinya, di mana beliau berjalan di sawah dan ketiganya jatuh bersamaan.




Semoga Allah memulyakan tiga orang Kiai yang bersaudara itu dan semoga pula Allah memperkokoh ikatan persaudaraan bagi keturunan-keturunannya. Amin. Wallahu a`lam. (Drs. H. Dhabas Rakhmat)






1 comments:

Seri Mengenang Tokoh Buntet (4) : KH. Hamim

Posted by Unknown  |  at  1:36 AM

sawah


Mimpi Kyai Hamim dan Dzikir Haddad



Mimpi seseorang kadangkala menjadi isyarat dalam kehidupan nyata, apalagi dialami oleh seorang ulama pasti membawa hikmah atau sebuah isyarat, hanya Allah yang Maha Tahu, sedangkan manusia tidak bisa memastikannya. Tetapi dari mimpi beliau, melahirkan sesuatu yang bermanfaat.



Pada suatu malam KH. Hamim ini bercerita seputar mimpi yang dialaminya kepada keluarganya. Katanya, ia seolah berjalan di pematang sawah bersama dua orang kyai yang mendampinginya.






Kyai yang pertama adalah KH. Siradj (kakek dari Prof. DR. Aqil Siradj) dari Pesantren Gedongan dan satunya lagi oleh KH. Dahlan dari Pesantren Benda Kerep. Ketiga Kiai ini memang memiliki hubungan keluarga yang amat dekat. KH. Hamim merupakan keponakan KH. Ahmad Said dari Pesantren Gedongan. KH. Ahmad Said hidup sezaman dengan KH. Abdul Djamil, Hadratus syekh KH. Hasyim Asy`ari dan Mbah Cholil Madura. Sementara KH. Siradj adalah putra dari KH. Ahmad Said.




Dalam mpimpinya ini, saat menikmati perjalanan meniti pematang sawah itu tiba-tiba KH. Hamim terpeleset kakinya dan terjatuh ke sawah. Anehnya, pada saat yang bersamaan kedua kyai yang mengiringinya itu ikut terpeset. Baik KH. Siradj maupun KH. Dahlan hampir berbarengan jatuhnya. Walhasil, ketiganya tercebur ke sawah. Itulah isi cerita yang dialami KH. Khamim seperti dituturkan kepada keluarganya.




Jika mimpi adalah tanda-tanda, maka tanda-tanda itu menjadi kenyataan selang beberapa hari kemudian. KH. Hamim benar-benar menderita sakit sampai akhirnya wafat. Pada hari wafatnya itu, Buntet Pesantren banyak sekali dikunjungi para tamu yang bertakziyah, terlebih keluarga besar dari pesantren Gedongan tumpah ruah ke Buntet. Hadir juga pada hari itu Habib Ali yang amat masyhur karomahnya dari Jatibarang Brebes. Jenazah Almarhum KH. Hamim dimandikan oleh KH. Ma`sum dan KH. Dimyati serta dishalatkan di Masjid Jami` Buntet Pesantren.




Seperti biasanya para ulama dan warga Buntet begitu selesai shalat, kemudian ada dzikir dan isyhad. Rupanya kepergian KH. Hamim ini menjadi perhatian banyak kalangan sebab yang hadir bukan saja dari Buntet tetapi dari keluarga besar Gedongan ikut hadir. Selesai shalat jenazah, Habib Ali dari Jatibarang memimpin pembacaan dzikir yang berbeda dari biasanya, tetapi amat menarik perhatian seluruh kiai dan warga Buntet. Dalam suasana duka dan hidmat dzikir itu dikumandangkan amat menyentuh rasa keimanan. Ajaran tauhid pada bait-baitnya menggugah dan menimbulkan kesadaran betapa fana dan rapuhnya seorang makhluq di hadapan Sang Khaliq. Lafadz demi lafadz dibacakan oleh Habib Ali membuat terkesima seluruh jama`ah.




Salah seorang kiai Buntet pada waktu itu, KH. Akyas Abdul Djamil sangat tertarik dengan dzikir tersebut. Beliau kemudian minta ijazah kepada Habib Ali untuk mengamalkannya. Hingga saat ini dzikir tersebut dikenal dengan “Dzikir Haddad” yang selalu dibacakan oleh KH. Abdullah Syifa putra dari KH. Akyas Abdul Djamil setiap selesai shalat jenazah bagi warga Buntet Pesantren.




Namun tiba-tiba belum selesai prosesi pengurusan jenazah kyai Hamim ini, ada berita yang amat mengejutkan yaitu wafatnya KH. Siradj Gedongan. Padahal keluarga besar Gedongan masih ta`ziah di Buntet. Suasana panik penuh haru menyelimuti keluarga Buntet dan Gedongan. Selang beberapa jam kemudian, ada lagi satu berita duka datangnya dari daerah Benda Kerep bahwa KH. Dahlan wafat. Innalillah wa innaa ilihi rajiun dalam satu hari ada 3 kiai bersaudara wafat bersamaan persis seperti yang dituturkan KH. Khamim dalam mimpinya, di mana beliau berjalan di sawah dan ketiganya jatuh bersamaan.




Semoga Allah memulyakan tiga orang Kiai yang bersaudara itu dan semoga pula Allah memperkokoh ikatan persaudaraan bagi keturunan-keturunannya. Amin. Wallahu a`lam. (Drs. H. Dhabas Rakhmat)






0 comments:

Seri Mengenang Tokoh Buntet (4) : KH. Hamim

Posted by Unknown  |  at  1:36 AM

sawah


Mimpi Kyai Hamim dan Dzikir Haddad



Mimpi seseorang kadangkala menjadi isyarat dalam kehidupan nyata, apalagi dialami oleh seorang ulama pasti membawa hikmah atau sebuah isyarat, hanya Allah yang Maha Tahu, sedangkan manusia tidak bisa memastikannya. Tetapi dari mimpi beliau, melahirkan sesuatu yang bermanfaat.



Pada suatu malam KH. Hamim ini bercerita seputar mimpi yang dialaminya kepada keluarganya. Katanya, ia seolah berjalan di pematang sawah bersama dua orang kyai yang mendampinginya.






Kyai yang pertama adalah KH. Siradj (kakek dari Prof. DR. Aqil Siradj) dari Pesantren Gedongan dan satunya lagi oleh KH. Dahlan dari Pesantren Benda Kerep. Ketiga Kiai ini memang memiliki hubungan keluarga yang amat dekat. KH. Hamim merupakan keponakan KH. Ahmad Said dari Pesantren Gedongan. KH. Ahmad Said hidup sezaman dengan KH. Abdul Djamil, Hadratus syekh KH. Hasyim Asy`ari dan Mbah Cholil Madura. Sementara KH. Siradj adalah putra dari KH. Ahmad Said.




Dalam mpimpinya ini, saat menikmati perjalanan meniti pematang sawah itu tiba-tiba KH. Hamim terpeleset kakinya dan terjatuh ke sawah. Anehnya, pada saat yang bersamaan kedua kyai yang mengiringinya itu ikut terpeset. Baik KH. Siradj maupun KH. Dahlan hampir berbarengan jatuhnya. Walhasil, ketiganya tercebur ke sawah. Itulah isi cerita yang dialami KH. Khamim seperti dituturkan kepada keluarganya.




Jika mimpi adalah tanda-tanda, maka tanda-tanda itu menjadi kenyataan selang beberapa hari kemudian. KH. Hamim benar-benar menderita sakit sampai akhirnya wafat. Pada hari wafatnya itu, Buntet Pesantren banyak sekali dikunjungi para tamu yang bertakziyah, terlebih keluarga besar dari pesantren Gedongan tumpah ruah ke Buntet. Hadir juga pada hari itu Habib Ali yang amat masyhur karomahnya dari Jatibarang Brebes. Jenazah Almarhum KH. Hamim dimandikan oleh KH. Ma`sum dan KH. Dimyati serta dishalatkan di Masjid Jami` Buntet Pesantren.




Seperti biasanya para ulama dan warga Buntet begitu selesai shalat, kemudian ada dzikir dan isyhad. Rupanya kepergian KH. Hamim ini menjadi perhatian banyak kalangan sebab yang hadir bukan saja dari Buntet tetapi dari keluarga besar Gedongan ikut hadir. Selesai shalat jenazah, Habib Ali dari Jatibarang memimpin pembacaan dzikir yang berbeda dari biasanya, tetapi amat menarik perhatian seluruh kiai dan warga Buntet. Dalam suasana duka dan hidmat dzikir itu dikumandangkan amat menyentuh rasa keimanan. Ajaran tauhid pada bait-baitnya menggugah dan menimbulkan kesadaran betapa fana dan rapuhnya seorang makhluq di hadapan Sang Khaliq. Lafadz demi lafadz dibacakan oleh Habib Ali membuat terkesima seluruh jama`ah.




Salah seorang kiai Buntet pada waktu itu, KH. Akyas Abdul Djamil sangat tertarik dengan dzikir tersebut. Beliau kemudian minta ijazah kepada Habib Ali untuk mengamalkannya. Hingga saat ini dzikir tersebut dikenal dengan “Dzikir Haddad” yang selalu dibacakan oleh KH. Abdullah Syifa putra dari KH. Akyas Abdul Djamil setiap selesai shalat jenazah bagi warga Buntet Pesantren.




Namun tiba-tiba belum selesai prosesi pengurusan jenazah kyai Hamim ini, ada berita yang amat mengejutkan yaitu wafatnya KH. Siradj Gedongan. Padahal keluarga besar Gedongan masih ta`ziah di Buntet. Suasana panik penuh haru menyelimuti keluarga Buntet dan Gedongan. Selang beberapa jam kemudian, ada lagi satu berita duka datangnya dari daerah Benda Kerep bahwa KH. Dahlan wafat. Innalillah wa innaa ilihi rajiun dalam satu hari ada 3 kiai bersaudara wafat bersamaan persis seperti yang dituturkan KH. Khamim dalam mimpinya, di mana beliau berjalan di sawah dan ketiganya jatuh bersamaan.




Semoga Allah memulyakan tiga orang Kiai yang bersaudara itu dan semoga pula Allah memperkokoh ikatan persaudaraan bagi keturunan-keturunannya. Amin. Wallahu a`lam. (Drs. H. Dhabas Rakhmat)






0 comments:

Isra Mi'raj dihadiri Ribuan Jamaah Santri dan Warga Buntet

Posted by Unknown  |  at  9:46 AM

Dalam rangka memperingati Isra Miraj Nabi Muhammad SAW, Dewan Khidmat Masjid (DKM) Buntet Pesantren bekerjasama dengan Ikatan Keluarga Asrama Pondok Buntet Pesantren (IKAPB) menyelenggarakan pengajian rutin ktab Qishotul Mi’raj sebuah kitab klasik karya Syeh Najmuddin Alghaythy yang membahas peristiwa-peristiwa dalam Isra Mi’raj. Acara yang bertempat di masjid Jami Buntet Pesantren ini dilangsungkan selama tiga malam berturut-turut mulai pada hari Jum’at (17/07) sampai dengan Ahad (19/07).

Ribuan santri serta warga sekitar Buntet Pesantren baik putra maupun putri tampak sangat antusias mengikuti pengajian yang diisi secara bergantian oleh kyai-kyai muda Buntet Pesantren seperti Kyai Tubagus Ahmad Rifqi Chowwas, KH. Cecep Nidzomuddin, KH. Salman Al Farisi, Ust. Ahmad Syauqi Chowwas, Ust. Nemi Mu’tashim Billah, Ust. Ammar Firman Maulana, Ust. Attabik Humaini, Ust. Muhammad Zaim.

Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, pelaksanaan pengajian ini diselenggarakan di dua tempat yang berbeda, untuk santri putra pengajian bertempat di Masjid jami Buntet Pesantren sedangkan santri Putri bertempat di kediaman sesepuh Pondok Buntet Pesantren ( KH. Nahduddin Royandi Abbas). Tapi, pada penyelenggaraan tahun ini, terdapat sedikit perbedaan dengan tahun-tahun sebelumnya, pada tahun ini para santri dikumpulkan di Masjid dan halaman masjid untuk menghatamkan pengajian dan mengikuti acara penutupan yang diisi oleh KH. Abdul Hamid Anas.

Dalam sambutannya, KH. Abdul Hamid Anas menyampaikan pentingnya menjaga tradisi pesantren seperti cara menulis bahasa arab melayu atau yang dikenal dengan tulisan arab Pegon untuk memberikan makna pada kitab kuning. Beliau juga menyampaikan tentang pentingnya mengikuti pengajian baik Bandungan  (mengaji secara bersama-sama) maupun sorogan (pengajian yang dilakukan dengan satu – persatu).

Warga Buntet Pesantren yang tidak mengikuti pengajian pun tidak kalah antusiasnya untuk berpartisipasi dalam acara ini dengan mengirimkan Ambeng (Nasi beserta lauk-pauk yang biasanya ditempatkan dalam nampan/baki), nasi bungkus, buah-buahan, dll sebagai konsumsi untuk para santri maupun warga yang mengikuti pengajian. Sebagai penutup acara, ditampilkan kesenian tradisional Buntet Pesantren yaitu Genjring yang dimainkan oleh warga Buntet Pesantren.

0 comments:

Ribuan Santri dan Warga Buntet Pesantren Memperingati Isra' Miraj

Posted by Unknown  |  at  9:46 AM

Dalam rangka memperingati Isra Miraj Nabi Muhammad SAW, Dewan Khidmat Masjid (DKM) Buntet Pesantren bekerjasama dengan Ikatan Keluarga Asrama Pondok Buntet Pesantren (IKAPB) menyelenggarakan pengajian rutin ktab Qishotul Mi’raj sebuah kitab klasik karya Syeh Najmuddin Alghaythy yang membahas peristiwa-peristiwa dalam Isra Mi’raj. Acara yang bertempat di masjid Jami Buntet Pesantren ini dilangsungkan selama tiga malam berturut-turut mulai pada hari Jum’at (17/07) sampai dengan Ahad (19/07).

Ribuan santri serta warga sekitar Buntet Pesantren baik putra maupun putri tampak sangat antusias mengikuti pengajian yang diisi secara bergantian oleh kyai-kyai muda Buntet Pesantren seperti Kyai Tubagus Ahmad Rifqi Chowwas, KH. Cecep Nidzomuddin, KH. Salman Al Farisi, Ust. Ahmad Syauqi Chowwas, Ust. Nemi Mu’tashim Billah, Ust. Ammar Firman Maulana, Ust. Attabik Humaini, Ust. Muhammad Zaim.

Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, pelaksanaan pengajian ini diselenggarakan di dua tempat yang berbeda, untuk santri putra pengajian bertempat di Masjid jami Buntet Pesantren sedangkan santri Putri bertempat di kediaman sesepuh Pondok Buntet Pesantren ( KH. Nahduddin Royandi Abbas). Tapi, pada penyelenggaraan tahun ini, terdapat sedikit perbedaan dengan tahun-tahun sebelumnya, pada tahun ini para santri dikumpulkan di Masjid dan halaman masjid untuk menghatamkan pengajian dan mengikuti acara penutupan yang diisi oleh KH. Abdul Hamid Anas.

Dalam sambutannya, KH. Abdul Hamid Anas menyampaikan pentingnya menjaga tradisi pesantren seperti cara menulis bahasa arab melayu atau yang dikenal dengan tulisan arab Pegon untuk memberikan makna pada kitab kuning. Beliau juga menyampaikan tentang pentingnya mengikuti pengajian baik Bandungan  (mengaji secara bersama-sama) maupun sorogan (pengajian yang dilakukan dengan satu – persatu).

Warga Buntet Pesantren yang tidak mengikuti pengajian pun tidak kalah antusiasnya untuk berpartisipasi dalam acara ini dengan mengirimkan Ambeng (Nasi beserta lauk-pauk yang biasanya ditempatkan dalam nampan/baki), nasi bungkus, buah-buahan, dll sebagai konsumsi untuk para santri maupun warga yang mengikuti pengajian. Sebagai penutup acara, ditampilkan kesenian tradisional Buntet Pesantren yaitu Genjring yang dimainkan oleh warga Buntet Pesantren.

0 comments:

Tabarruk itu tidak Bidah

Posted by Unknown  |  at  4:10 AM

Tabarruk adalah mashdar (asal kata) dari tabarroka, akar kata dari albarokah. Albarokah sendiri berarti: Ziyadatulkhoir al ilahy (tambahan kebaikan dari Tuhan). Lalau diartikan ke bahasa kita mungkin berarti "ngalap barokah" atau mencari keberkahan (mencari kebaikan Tuhan, red). Memang semua tahu bahwa al fail fil haqiqoh hua Allah swt (pelaku sebenarnya adalah Allah), seperti dalam alquran surat al mulk ayat satu:tabarokalladzi biyadihi almulku(maha berkah Allah swt...)

Namun dlm bhs Arab kita mengenal dua arti dari satu lafadz.Arti haqiqat dan arti majaz.Sekarang mari kita telusuri majaz.Mungkin 40% dari bhs manusia terdiri dari majaz(idiom)dan kita menganggap sbg hal yg wajar2 saja.Contoh:kyai Zaid adalah Alim.Kata alim atau pandai pada Zaid itu majaz,sbb yg alim sebenarnya adalah Allah swt dan manusia siapapun orang nya adalah BODOH sekalipun itu mujaddid.Contoh lagi:Nabi saw pemberi petunjuk kpd kita,itu juga majaz dan diakui oleh qur'an sendiri..."wa innaka latahdii ilaa shirotin mustaqiim"(sungguh engkau Muhammad adalah org yg memberi petunjuk kpd jalan lurus),tentu ayat ayat ini tdk ta'arud dg ayat "wallahu alhady ila sawaissabiil" Allah adalah pemberi petunjuk kpd jalan yg lurus.Sebab ayat pertama berma'na majaz dan yg ke dua berma'na haqiqat,pemberi petunjuk sebenarnya adalah ALLAH swt.Sekalipun kita tidak boleh menuduh orang sbg MUSYRIK lantaran ia berucap Nabi saw adalah pemberi petunjuk,sbb qur'an sendiri menyatakan demikian spt yg diatas.

DI MANAKAH BAROKAH..?

Kita tahu Allah swt maha pemberi barokah,kalau kata albarokah kita artikan alkhoirulkatsiir(kebaikan yg banyak)spt apa yg terdapat di berbagai kamus Arab,maka sudah tentu letak barokah itu terdapat di Makhluq Allah swt,sekalipun asalnya tentu dari Allah swt yg maha memberkati.Dan adanya barokah itu pada makhluq Allah swt tdk DIPUNGKIRI Alqur'an,Allah swt berfirman;Alladzi baarokna haulahu..(al isro' ayat 1)yg kami barokahi sekelilingnya.Tentu tidak MUSYRIK bukan..?Kalau ada org bermukim di Makkah atau Palestina dg tujuan tabarruk dg tanah yg diberkati Allah swt.Dalam ayat lain Allah swt berfirman: inna anzalnaahu fi lailatin mubarokah(addukhon ayat 3)kami turunkan alqur'an pada malam yg penuh barokah.Tentu sangat bodoh kalau kita menganggap bid'ah kpd orang yg tabarruk atau mencari keberkahan malam Ramadhan atu lailatulqadr dg beribadah,bermunajat,tadarus dan lain2.

Fiman Allah yg lain:....Min Syajarotin mubarokatin...(annur 35)dari pohon yg diberkahi.Maka kita tahu pohon Zaitun menjadi barokah krn Allah swt.

Alhasil ma'na barokah itu banyak,dan dapat diartikan berbeda2 sesuai maqamnya yg pantas.Lafadz barokah bagi makhluq Allah swt dalam teks2 hadits sangat banyak kita jumpai.Misalkan ada sebuah hadits Shohih masyhur: inna filghonami la barokatan(sungguh dlm kambing trdpt barokah)maka jgn sekali2 kita mengkafirkan org islam yg memelihara kambing krn mencari keberkahan usahanya (tabarruk)karena menjalankan dan percaya kpd petunjuk Nabi saw,kecuali org yg dungu saja yg beranggapan spt itu....

Begitulah, kalau kita telusuri lafadz barokah dari teks2 qur'an dan hadits banyak terdapat pada "dzat"atau materi yg mempunyai keutamaan,seperti makanan,minuman,tempat,harta,anak2 sesuai yg terdapat dalam sebuah do'a yg ma'tsur:Allahumma barik fi maalihi wa aulaadihi wa umrihi (ya Allah berkatilah pada Hartanya,anak2nya dan umurnya).

Kalau kt cermati di kitab2 hadits apalagi bab al ath'imah beragam lafadz barokah dapat kt temukan baik secara eksplsit maupun implisit.Tentunya ada perbedaan yg jelas atara barokah Allah swt sang Khaliq dg barokah yg ada pada makhluqNya.Sebab barokah sang Kholiq bersifat "dzaty" ya'ni ada dg sendirinya,sedangkan pada Makhluq bersifat a'rodhy atau musta'aar(diadakan atau pinjaman).

TRADISI(sunnah)TABARRUK pada SALAFUSSHOLIH...

Tentu sebagai kaum Ahlussunnah waljama'ah kita masyarakat pesantren,tidak mau melakukan perbuatan yg dilarang ajaran Agama,maka dalam berbagai hal kita mesti menteladani al-salaf al-shalih ya'ni para Shahabat,ulama dari kalangan Tabi'ien,aimmatul Madzahib dan murid2 mereka.Supaya jangan terjebak di lingkaran "bid'ah munkaroh" atau bid'ah qobihah.

Contoh bertabarruk:

1-bertabarruk dg rambut RosuliLLAH saw:

dari utsman bin Abdillah bin Mauhib dia berkata;kelurga menyuruhku untuk mengambil wadah air ke Ummu Salamah ra,maka dia datang dg membawa semangkuk perak berisi rambut Rosulillah saw,dan adalah jika ada seseorang terkena penyakit ain atau suatu penyakit diberikannya wadah air tadi(untuk minum),kemudian aku melihat wadah tsb terdapat beberapa rambut merah(hr.al Bukhory,kitab allibas).2.Tabarruk dg keringat Nabi saw:

suatu hari Nabi saw masuk ke rumah kami dan beliau tidur siang,kemudian ibuku(umu sulem)datang dg membawa botol dan mewadahi keringatnya dg botol tsb,lalu Nabi saw terbangun dan Nabi berkata:sedang apa hai Ummu Sulem,dia menjawab;ini keringatmu mau kami campurkan dg minyak wangi.Ternyata minyak wangi tsb terwangi dr yg lainya(hr.Muslim)

bersambung....


0 comments:

Tabarruk itu tidak Bid'ah

Posted by Unknown  |  at  4:10 AM

Tabarruk adalah mashdar (asal kata) dari tabarroka, akar kata dari albarokah. Albarokah sendiri berarti: Ziyadatulkhoir al ilahy (tambahan kebaikan dari Tuhan). Lalau diartikan ke bahasa kita mungkin berarti "ngalap barokah" atau mencari keberkahan (mencari kebaikan Tuhan, red). Memang semua tahu bahwa al fail fil haqiqoh hua Allah swt (pelaku sebenarnya adalah Allah), seperti dalam alquran surat al mulk ayat satu:tabarokalladzi biyadihi almulku(maha berkah Allah swt...)

 

Namun dlm bhs Arab kita mengenal dua arti dari satu lafadz.Arti haqiqat dan arti majaz.Sekarang mari kita telusuri majaz.Mungkin 40% dari bhs manusia terdiri dari majaz(idiom)dan kita menganggap sbg hal yg wajar2 saja.Contoh:kyai Zaid adalah Alim.Kata alim atau pandai pada Zaid itu majaz,sbb yg alim sebenarnya adalah Allah swt dan manusia siapapun orang nya adalah BODOH sekalipun itu mujaddid.Contoh lagi:Nabi saw pemberi petunjuk kpd kita,itu juga majaz dan diakui oleh qur'an sendiri..."wa innaka latahdii ilaa shirotin mustaqiim"(sungguh engkau Muhammad adalah org yg memberi petunjuk kpd jalan lurus),tentu ayat ayat ini tdk ta'arud dg ayat "wallahu alhady ila sawaissabiil" Allah adalah pemberi petunjuk kpd jalan yg lurus.Sebab ayat pertama berma'na majaz dan yg ke dua berma'na haqiqat,pemberi petunjuk sebenarnya adalah ALLAH swt.Sekalipun kita tidak boleh menuduh orang sbg MUSYRIK lantaran ia berucap Nabi saw adalah pemberi petunjuk,sbb qur'an sendiri menyatakan demikian spt yg diatas.

 

DI MANAKAH BAROKAH..?

 

Kita tahu Allah swt maha pemberi barokah,kalau kata albarokah kita artikan alkhoirulkatsiir(kebaikan yg banyak)spt apa yg terdapat di berbagai kamus Arab,maka sudah tentu letak barokah itu terdapat di Makhluq Allah swt,sekalipun asalnya tentu dari Allah swt yg maha memberkati.Dan adanya barokah itu pada makhluq Allah swt tdk DIPUNGKIRI Alqur'an,Allah swt berfirman;Alladzi baarokna haulahu..(al isro' ayat 1)yg kami barokahi sekelilingnya.Tentu tidak MUSYRIK bukan..?Kalau ada org bermukim di Makkah atau Palestina dg tujuan tabarruk dg tanah yg diberkati Allah swt.Dalam ayat lain Allah swt berfirman: inna anzalnaahu fi lailatin mubarokah(addukhon ayat 3)kami turunkan alqur'an pada malam yg penuh barokah.Tentu sangat bodoh kalau kita menganggap bid'ah kpd orang yg tabarruk atau mencari keberkahan malam Ramadhan atu lailatulqadr dg beribadah,bermunajat,tadarus dan lain2.

 

Fiman Allah yg lain:....Min Syajarotin mubarokatin...(annur 35)dari pohon yg diberkahi.Maka kita tahu pohon Zaitun menjadi barokah krn Allah swt.

 

Alhasil ma'na barokah itu banyak,dan dapat diartikan berbeda2 sesuai maqamnya yg pantas.Lafadz barokah bagi makhluq Allah swt dalam teks2 hadits sangat banyak kita jumpai.Misalkan ada sebuah hadits Shohih masyhur: inna filghonami la barokatan(sungguh dlm kambing trdpt barokah)maka jgn sekali2 kita mengkafirkan org islam yg memelihara kambing krn mencari keberkahan usahanya (tabarruk)karena menjalankan dan percaya kpd petunjuk Nabi saw,kecuali org yg dungu saja yg beranggapan spt itu....

 

Begitulah, kalau kita telusuri lafadz barokah dari teks2 qur'an dan hadits banyak terdapat pada "dzat"atau materi yg mempunyai keutamaan,seperti makanan,minuman,tempat,harta,anak2 sesuai yg terdapat dalam sebuah do'a yg ma'tsur:Allahumma barik fi maalihi wa aulaadihi wa umrihi (ya Allah berkatilah pada Hartanya,anak2nya dan umurnya).

 

Kalau kt cermati di kitab2 hadits apalagi bab al ath'imah beragam lafadz barokah dapat kt temukan baik secara eksplsit maupun implisit.Tentunya ada perbedaan yg jelas atara barokah Allah swt sang Khaliq dg barokah yg ada pada makhluqNya.Sebab barokah sang Kholiq bersifat "dzaty" ya'ni ada dg sendirinya,sedangkan pada Makhluq bersifat a'rodhy atau musta'aar(diadakan atau pinjaman).

 

TRADISI(sunnah)TABARRUK pada SALAFUSSHOLIH...

 

Tentu sebagai kaum Ahlussunnah waljama'ah kita masyarakat pesantren,tidak mau melakukan perbuatan yg dilarang ajaran Agama,maka dalam berbagai hal kita mesti menteladani al-salaf al-shalih ya'ni para Shahabat,ulama dari kalangan Tabi'ien,aimmatul Madzahib dan murid2 mereka.Supaya jangan terjebak di lingkaran "bid'ah munkaroh" atau bid'ah qobihah.

 

Contoh bertabarruk:

 

1-bertabarruk dg rambut RosuliLLAH saw:

 

dari utsman bin Abdillah bin Mauhib dia berkata;kelurga menyuruhku untuk mengambil wadah air ke Ummu Salamah ra,maka dia datang dg membawa semangkuk perak berisi rambut Rosulillah saw,dan adalah jika ada seseorang terkena penyakit ain atau suatu penyakit diberikannya wadah air tadi(untuk minum),kemudian aku melihat wadah tsb terdapat beberapa rambut merah(hr.al Bukhory,kitab allibas).2.Tabarruk dg keringat Nabi saw:

 

suatu hari Nabi saw masuk ke rumah kami dan beliau tidur siang,kemudian ibuku(umu sulem)datang dg membawa botol dan mewadahi keringatnya dg botol tsb,lalu Nabi saw terbangun dan Nabi berkata:sedang apa hai Ummu Sulem,dia menjawab;ini keringatmu mau kami campurkan dg minyak wangi.Ternyata minyak wangi tsb terwangi dr yg lainya(hr.Muslim)

 

3.Kejadian Ummu Aiman:

0 comments:

Kyai Annas Abdul Jamil

Posted by Unknown  |  at  10:49 AM

Kyai Annas Abdul Jamil

Tulisan ini untuk mengenang beliau sehubungan haul yang diselenggarakan pada pekan lalu di pesantrennya Sidamulya dan Buntet Pesantren. peringatan Haul kyai Anas Abdul Jamil diselenggarakan. POndok Pesantren Sidamulya sebagai basis binaan pesantren beliau dan makbaroh Gajah Ngambung Buntet Pesantren ramai dikunjungi para kerabat, santri dan para  maysarakat lainnya.

Siapakah kyai Anas dan apa saja kiprah beliau dalam membangun komunitas pesantren di Buntet dan pengaruh beliau di luar buntet. Kita bisa temui tulisan berikut hasil wawancara dengan Tubagus Ahmad Rifqi Khan sesaat setelah haul berlangsung.


Keturunan
Beliau bernama KH. Annas putra dari KH. Abdul Jamil bin Kyai Muta'ad dan seterusnya ke atas, yang bila dirunut, menurut silsilah dari Buntet Pesantren bersambung ke Syarif Hidayatullah.

Kyai Abdul Jamil memiliki putra yang berakhiran "AS": Kyai Abbas, Kyai Anas, Kyai Ilyas dan Kyai Akhyas. Jadi, Kyai Annas merupakan adik kandung dari Kyai Abbas.  

Tarekat
Kyai Annas Abdul Jamil adalah pembawa tarekat Tijaniah  yang langsung didapat dari Tanah Suci. Dari Buntet Pesantren Cirebon inilah kemudian menyebar ke ke daerah-daerah lainnya. Seperti dikutip dalam sebuah tulisan :

Perkembangan tarekat Tijaniyah di Cirebon mulanya berpusat di Pesantren Buntet di Desa Mertapada Kulon. Pesantren ini dipimpin oleh lima bersaudara diantaranya adalah K.H Abbas sebagai saudara tertua yang menjabat sebagai ketua Yayasan dan Sesepuh Pesantren dan KH Anas sebagai adik kandungnya.

Atas perintah KH Abbas pada 1924 , KH Anas pergi ke tanah suci untuk mengambil talqin tarekat Tijaniyah dan bermukim disana selama 3 tahun. Pada bulan Muharram 1346 H/Juli1927 M KH Anas kembali pulang ke Cirebon. Kemudian, pada bulan Rajab 1346 H/Desember 1927, atas izin KH Abbas kakaknya, KH Anas menjadi guru tarekat Tijaniyah. KH Anas-lah yang membawa, merintis dan memperkenalkan tarekat Tijaniyah di Cirebon…K.H Anas mengambil talqin dari Syaikh Alfahasyim di Madinah. K.H Abbas yang semula menganut tarekat Syattariyah setelah berkunjung ke Madinah, berpaling kepada tarekat Tijaniyah dengan mendapat talqin dari Syaikh Ali bin Abd Allah at-Thayyib yang juga mendapat talqin dari Syaikh Alfahasyim di Madinah” (dikutip dari buku Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia : DR Hj.Sri Mulyati et.al)


0 comments:

Kyai Annas Abdul Jamil

Posted by Unknown  |  at  10:49 AM

Kyai Annas Abdul Jamil

Tulisan ini untuk mengenang beliau sehubungan haul yang diselenggarakan pada pekan lalu di pesantrennya Sidamulya dan Buntet Pesantren. peringatan Haul kyai Anas Abdul Jamil diselenggarakan. POndok Pesantren Sidamulya sebagai basis binaan pesantren beliau dan makbaroh Gajah Ngambung Buntet Pesantren ramai dikunjungi para kerabat, santri dan para  maysarakat lainnya.

Siapakah kyai Anas dan apa saja kiprah beliau dalam membangun komunitas pesantren di Buntet dan pengaruh beliau di luar buntet. Kita bisa temui tulisan berikut hasil wawancara dengan Tubagus Ahmad Rifqi Khan sesaat setelah haul berlangsung.


Keturunan
Beliau bernama KH. Annas putra dari KH. Abdul Jamil bin Kyai Muta'ad dan seterusnya ke atas, yang bila dirunut, menurut silsilah dari Buntet Pesantren bersambung ke Syarif Hidayatullah.

Kyai Abdul Jamil memiliki putra yang berakhiran "AS": Kyai Abbas, Kyai Anas, Kyai Ilyas dan Kyai Akhyas. Jadi, Kyai Annas merupakan adik kandung dari Kyai Abbas.  

Tarekat
Kyai Annas Abdul Jamil adalah pembawa tarekat Tijaniah  yang langsung didapat dari Tanah Suci. Dari Buntet Pesantren Cirebon inilah kemudian menyebar ke ke daerah-daerah lainnya. Seperti dikutip dalam sebuah tulisan :

Perkembangan tarekat Tijaniyah di Cirebon mulanya berpusat di Pesantren Buntet di Desa Mertapada Kulon. Pesantren ini dipimpin oleh lima bersaudara diantaranya adalah K.H Abbas sebagai saudara tertua yang menjabat sebagai ketua Yayasan dan Sesepuh Pesantren dan KH Anas sebagai adik kandungnya.

Atas perintah KH Abbas pada 1924 , KH Anas pergi ke tanah suci untuk mengambil talqin tarekat Tijaniyah dan bermukim disana selama 3 tahun. Pada bulan Muharram 1346 H/Juli1927 M KH Anas kembali pulang ke Cirebon. Kemudian, pada bulan Rajab 1346 H/Desember 1927, atas izin KH Abbas kakaknya, KH Anas menjadi guru tarekat Tijaniyah. KH Anas-lah yang membawa, merintis dan memperkenalkan tarekat Tijaniyah di Cirebon…K.H Anas mengambil talqin dari Syaikh Alfahasyim di Madinah. K.H Abbas yang semula menganut tarekat Syattariyah setelah berkunjung ke Madinah, berpaling kepada tarekat Tijaniyah dengan mendapat talqin dari Syaikh Ali bin Abd Allah at-Thayyib yang juga mendapat talqin dari Syaikh Alfahasyim di Madinah” (dikutip dari buku Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia : DR Hj.Sri Mulyati et.al)


0 comments:

What makes a good teacher?*

Posted by Unknown  |  at  12:24 PM

by: Ayyati Sa'bad



Introduction

goodSociety is changing,
learners or students are changing, and we need to adapt to these new
realities. Being an effective teacher today involves different skills
than it did in the past. The experts say that in the past the teacher
did what they called teacher-centered learning environment (Paul 2003:
137). It believes that the teacher must control what students should
learn, what they should do and their behaviors. The teacher only
imparts knowledge to students. Nowadays, the approach is changing
become learner-centred method. In learner-centred lesson, teachers use
time effectively and actively help students reach their full potential
(Paul, 2003: 25). Teachers also get the students to communicate and
become self-motivated active learners.




Learner-centred are
wonderful in many ways, but in reality we need to use teacher-centred
methods. So, as a teacher we should know our roles when we implement
teacher-centred method and when we apply another one and see good
points in both. In beginning students who are highly dependent on the
teacher, a teacher-centred or teacher-fronted classroom is appropriate.
If we use activities that give students many chances to practice
English, it is easier to use time much more efficiently in a
students-centred lesson than in a teacher-centred one. It is because
the students will be more motivated and more emotionally involved in
learning. So, what makes a good teacher?

What is teacher?

Before
we discuss further, it is better for us to know the meaning of teacher.
Dictionaries give a variety of messages about teaching. According to
the Cambridge International Dictionary of English, ‘teaching’ means ‘to
give (someone) knowledge or to instruct or train (someone)’, the
Longman Dictionary of Contemporary English says that it means to ‘show
somebody how to do something’ or to ‘change somebody ideas’, whereas
Oxford Advanced Dictionary of Current English suggests ‘cause somebody
to know or be able to do something’


There are many views about what
teachers are and different functions are ascribed to teaching, so it is
better for us to know and to examine the teacher’s role not only in
education generally, but in classroom itself.

The role of teacher


1. Facilitator.

Facilitators tend to look at learners as natural learners who will be successful (Paul, 2003: 13).
A teacher as a facilitator allows the students, with guidance and
gentle prodding to find their own pathways to success. In language
learning process, the teacher capitalizes on the principle of intrinsic
motivation by allowing learners to discover language through using it
pragmatically, rather than by telling them about language (Brown, 2001:
167-168.

2. controller

A
teacher is in charge of every moment in the classroom (Brown,
2001:167). He/She takes the roll, tell the student things, organize
drill, read aloud and in various other away exemplify the qualities of
a teacher-fronted classroom (Harmer, 2001: 5)

3. organizer

A
teacher has to perform has to perform is that of organizing students to
do various activities. This often involves giving the students
information, telling them how they are going to do the activity,
putting them into pairs to groups, and finally closing things down when
it is time to stop (Harmer, 2001: 5).

4. assessor

As
a teacher, we offer feedback and correction and grade students in
various ways (Harmer, 2001: 59). In assessing students, apart from test
and exams, we can do a number of ways, such as comments (it can be done
is and outside the class), marks and grades, report (the teacher rite
the reports on his/her students’ performance either for the students,
the school, or the parents of that students and it can be given at the
end of a term or year.) (Harmer, 2001: 101-102)

5. model

A
teacher acts as a model of language. If we want our students are good
in speaking and in performing English, be a good example for them
(Madya, 2009: JETA Conference), for example in saying of dialogue or
the reading aloud of a text. Besides from the teacher, students also
get model of language from textbook, reading materials of all sorts and
from audio and videotapes.

6. Manager

Manager of successful
corporations, for example, retain control of certain objectives of the
company keep employees pointed toward goals, engage in ongoing
evaluation and feedback, but give freedom to each person to work in
his/her own individual areas expertise. In a classroom should not be
markedly different. A teacher is the one who plans lesson, modules and
course, and who structures the larger, the longer segments of classroom
tine and setting.

7. participant

In discussion, roles play or
group discussion activities, a teacher might join in the activities not
as a teacher, but also as a participant in his own right. A teacher
takes a part in a discussion. When it goes well, students enjoy having
the teacher with them, and for the teacher, participating is often more
instantly enjoyable than acting as a resource.

8. resource

The
implication of the resource role is that the student takes the
initiative to come to us, as a teacher. We are available for advice and
counsel when the students seek it (Brown, 2001: 168).
Harmer says that when a teacher is acting a resource, he/she will want
to be helpful and available, but at the same time he/she has to resist
the urge to spoon-feed our students so that they become over-reliant on
us. Thus, instead of answering every question about what word or phrase
means, we can instead direct students to a good monolingual dictionary.
(2001: 61)

9. observer

A teacher needs to observe to alert to the
effect this/her actions are having, trying to tease out feelings and
reactions in the classroom. A teacher needs to be able to work and
observe simultaneously, listening, watching and absorbing so that he
can create the best kind of rapport between himself and his students. A
teacher needs to do an observation not only for giving feedback, but
also for watching in order to judge the success of the different
materials and activities that he takes into lesson so that he can make
changes in the future.


10. critical pedagogy


Teachers embody in
our teaching a vision of a better and more human life. Critical
pedagogy brings with it that the learners must be free to be
themselves, to think for themselves, to behave intellectually without
coercion from a powerful elite, to cherish their beliefs and tradition
and culture without the threat of forced change.

11. agents for change

A
teacher is not merely a teacher. We are much more than that. He is an
agent for change in a world in desperate need of change from
competition to cooperation, from powerless to empowerment, from
conflict to resolution, from prejudice to understanding. Our
professional commitments drive us to help inhabitants of this planet to
communicate with each other, to negotiate the meaning of peace, of
goodwill, and of survival on this fragile globe. We must passionately
pursue these ultimate goals with the entire professional tool available
to us.


In other situations, teachers role different ways, they
can be parents, friends, confidantes (best friend), leaders, directors,
counselors and guidess (Brown, 2001: 200). In Brown (2001: 166-167)
Rebecca Oxford et al (1998)


Hence, what is the answer for the
question “what make a good teacher?”, based on interview done by Harmer
(1998: 1) the following answers are representative of the many that
were given: A teacher should make a lesson interesting, enjoy the job,
be original (doesn’t hide his personalities from the students), be
smart, be an entertainer in a positive sense. For additional, the most
important this is not so much about teachers themselves but rather
about the relationship between the teacher and the students such as
knowing student’s name, helping students rather than shouting, knowing
what they have learned, finding out what gets them involved, spending
social time together, etc.


The conclusion of “what make a good
teacher” is that good teachers care more about their students’ learning
than they do about their own teaching. (Harmer, 1998: 3)


References


Brown,
H. Douglas. 2001. Teaching by Principle: an Interactive Approach to
Language Pedagogy 2nd ed. Englewood Cliffs, N.J: Prentice Hall.

Harmer,
Jeremy. 1998. How to Teach English, an Introduction to the Practice of
English Language Teaching. England: Pearson Education Limited

Harmer,
Jeremy. 2001. The Practice of English Language Teaching, 3rd ed.
Completely Revised and Updated. England: Pearson Education Limited

Paul, David. 2003. Teaching English to Children in Asia. Hong Kong: Pearson Education Asia Limited


*presented when the writer was applying as an English instructor.

pointed out that teacher roles are often best described in the form of
metaphor: teacher as manufacturer, teacher as doctor, teacher as judge,
teacher as gardener an others.

0 comments:

Copyright © 2013 Blog Backup Buntet Pesantren. WP Theme-junkie converted by BloggerTheme9
Blogger template. Proudly Powered by Blogger.
back to top