Bahaya Menghina Orang Tua

Posted by Unknown  |  at  4:01 AM No comments


Berbakti kepada orang tuaDurhaka kepada orang tua merupakan dosa besar. Dan sebaliknya, berbakti kepada orang tua merupakan amalan utama yang pahalanya besar. Berikut uraian Imam Adz-Dzahabi dalam Al-Kabair.




Allah ta’ala berfirman





وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا




“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada kedua orang
tuamu dengan sebaik-baiknya.” (Al-Isra': 23)


Berbuat baik kepada kedua orang tuamu artinya, memberikan bakti dan kasih sayang kepada keduanya.





إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ




“Jika salah seorang di antara keduanya atau
kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’
(AI-Isra': 23)


Jangan mengatakan “ah” artinya, janganlah berkata-kata kasar kepada
keduanya jika mereka telah tua dan lanjut usia. Selain itu, wajib
bagimu untuk memberikan pengabdian (berbakti) kepada mereka sebagaimana
mereka berdua telah memberikan pengabdian kepadamu. Sesungguhnya,
pengabdian orang tua kepada anaknya adalah lebih tinggi dari pada
pengabdian anak kepada orang tuanya. Bagaimana mungkin kedua pengabdian
itu bisa disamakan? ketika kedua orang tuamu menahan segala derita
mengharapkan agar kamu bisa hidup, sedangkan jika kamu menahan derita
karena kedua orang tuamu, kamu mengharapkan kematian mereka

Allah melanjutkan firman-Nya,

وَقُل لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيمًا



...Dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (Al-Isra': 23)


Yakni ucapan yang lemah lembut.



وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا



“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan
penuh kesayangan dan ucapkanlah: ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil’
(AI-Isra':24)


Allah Ta'ala berfirman,



أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ



“Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah engkau akan kembali (Luqman: 14)


Perhatikanlah -semoga Allah merahmatimu- bagaimana Allah mengaitkan
rasa syukur kepada kedua orang tua dengan syukur kepada-Nya.

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Ada tiga ayat yang
diturunkan dan dikaitkan dengan tiga hal, tidak diterima salah satunya
jika tidak dengan yang dikaitkannya:


1. Firman Allah Ta'ala, `Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada
Rasul'. Maka barangsiapa taat kepada Allah namun tidak taat kepada
Rasul, ketaatannya tidak diterima.


2. Firman Allah Ta'ala, `Dan dirikanlah shalat serta tunaikan
zakat'. Maka barangsiapa melakukan shalat namun tidak mengeluarkan
zakat, tidaklah diterima.

3. Firman Allah Ta'ala, Agar kamu bersyukur kepada-Ku dan kepada
kedua orang tuamu.' Barangsiapa bersyukur kepada Allah namun tidak
bersyukur kepada kedua orang tua, tentu saja tidak diterima hal itu.
Oleh karena itulah Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
Keridhaan Allah ada di dalam keridhaan kedua orang tua dan kemurkaan
Allah ada pada kemurkaan kedua orang tua. (Diriwayatkan Tirmidzi dari
hadits Abdullah bin Amr, hadits ini diperkuat oleh hadits Abu
Hurairah).


Dalam sebuah hadits disebutkan, Seseorang datang kepada Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam meminta izin untuk jihad. Kemudian Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya, Apakah bapak ibumu masih hidup
? orang itu menjawab, Ya maka kata Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Hendaklah kamu berbakti kepada keduanya [HR. Bukhari, Muslim)

Lihatlah bagaimana berbuat baik dan memberikan pelayanan kepada kedua orang tua lebih diutamakan daripada jihad?


Dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim diriwayatkan bahwa
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Maukah aku beritahu
kalian tentang dosa besar yang paling besar? Yakni menyekutukan Allah
dan durhaka kepada kedua orang tua"


Lihatlah bagaimana Allah mengaitkan antara menyakiti kedua orang
tua, tidak adanya bakti kepada mereka dengan dosa syirik kepadaNya.

Dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim juga, Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam bersabda, "Tidak akan masuk surga orang yang durhaka
(kepada kedua orang tua, orang yang menyebut-nyebut kebaikannya, dan
yang kecanduan khamr"

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Jika Allah mengetahui
sesuatu yang lebih hina dari ah' niscaya Allah akan melarangnya. Maka
berbuatlah orang yang durhaka (kepada orang tua) semaunya, pastilah ia
tidak akan masuk surga. Dan berbuatlah orang yang berbakti kepada orang
tua semaunya, tidaklah ia masuk neraka"


Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Allah melaknat
orang yang durhaka kepada orang tua, Beliau bersabda lagi, Allah
melaknat orang orang yang mencaci bapaknya. Allah melaknat orang yang
mencaci ibunya. (Diriwayatkan lbnu Hibban dalam shahihnya dari hadits
Ibnu Abbas). Beliau bersabda, Semua dosa ditunda (siksanya) oleh Allah
semau-Nya hingga hari Kiamat kecuali durhaka kepada orang tua.
Sesungguhnya dosa durhaka disegerakan (siksanya) bagi pelakunya"
(Diriwayatkan Hakim dari hadits Abu Bakar dengan sanad yang baik).


Yakni hukumannya di dunia sebelum hari Kiamat.


Ka'abul Ahbar Rahimahullah berkata, "Sesungguhnya Allah
menyegerakan kehancuran bagi seorang hamba jika ia durhaka kepada orang
tuanya. Kehancuran itu merupakan siksaan baginya. Dan sesungguhnya
Allah menambah umur orang yang berbakti kepada orang tua agar bertambah
pengabdian dan kebaikannya kepada mereka"


Di antara bentuk pengabdian adalah memberi nafkah kepada mereka di
saat mereka membutuhkan. Seseorang datang kepada Nabi Shallallahu
Alaihi wa Sallam dan berkata, Wahai Rasulullah, ayahku ingin merampas
hartaku. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Kamu dan
hartamu untuk bapakmu"


Ka'abul Ahbar ditanya tentang durhaka kepada orang tua, Apakah !tu?
la menjawab, "Yaitu jika ayah atau ibunya menyumpahinya, ia tidak
mempedulikannya. Jika mereka menyuruhnya, ia tidak mentaatinya. Jika
meminta sesuatu kepadanya, ia tidak memberinya. Dan jika diberi amanat,
ia mengkhianatinya"


lbnu Abbas radhiyallahu anhuma ditanya tentang Ashabul-A’raf. Ia
menjawab, Adapun A'raf, ia adalah sebuah gunung di antara surga dan
neraka. Dikatakan A’raf karena ia lebih tinggi daripada surga dan
neraka. Di sana terdapat pepohonan, buah-buahan, sungai, dan mata air.
Adapun orang-orang yang menempatinya, mereka yang dulunya pergi
berjihad tanpa izin dari ayah dan ibu mereka. Kemudian mereka terbunuh
dalam jihad itu dan kesertaannya dalam perang itu menghalanginya dari
siksa neraka. Sedangkan kedurhakaan kepada orang tua menghalanginya
untuk masuk surga. Maka mereka bertempat di Araf tersebut hingga Allah
memutuskan urusan mereka.


Dalam kedua kitab Shahih diriwayatkan, "Seseorang datang kepada
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan bertanya, Wahai Rasulullah,
siapakah yang berhak mendapatkan perlakuan baik? Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam menjawab, Ibumu. Beliau bertanya, Kemudian siapa?
Rasulullah menjawab, Ibumu la bertanya lagi, Kemudian siapa lagi? la
menjawab, ibumu. la bertanya lagi, kemudian siapa? Beliau menjawab,
'Ayahmu. Kemudian yang paling dekat dan yang paling dekat


Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam mengulangi kewajiban berbakti
kepada seorang ibu hingga tiga kali sedangkan berbakti kepada ayah satu
kali. Hal itu disebabkan karena derita yang dialami seorang ibu lebih
besar dari pada yang dialami seorang ayah dan kasih sayang yang
diberikannya juga lebih besar daripada ayah. Belum lagi kalau
dibandingkan dengan beratnya mengandung, kontraksi, melahirkan,
menyusui, dan berjaga malam.


Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma melihat seseorang seseorang sedang
memanggul ibunya dengan lehernya sambil mengelilingi Ka'bah. Orang itu
bertanya, "Hai Ibnu Umar, apakah dengan demikian berarti aku telah
membalasnya?" Ibnu Umar menjawab, "Belum sedikit pun kamu membalasnya,
namun kamu telah berbuat baik kepadanya. Dan Allah akan membalas atas
sedikit kebaikanmu dengan balasan yang banyak"


Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata bahwa Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Ada empat orang yang Allah
harus tidak memasukkan mereka ke dalam surga dan tidak mereka mencicipi
kenikmatannya: orang yang kecanduan terhadap khamr, pemakan riba, orang
yang memakan harta anak yatim secara dzalim, dan orang yang durhaka
kepada kedua orang tua kecuali jika mereka telah bertaubat"
(Diriwayatkan Hakim dengan sanad shahih, namun AI-Mundziri mengatakan
bahwa pada sanad hadits ini terhadap Ibrahim bin Khaitsam yang
haditsnya matruk, tertinggal dan tidak diakui).

Seseorang datang kepada Abu Darda' Radhiyallahu Anhu dan berkata,
Hai Abu Darda', sesungguhnya aku menikahi seorang wanita dan ibuku
menyuruhku untuk menceraikannya. Abu Darda' berkata, Aku mendengar
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda. "Orang tua adalah
pintu tengahnya surga, jika kamu mau, hilangkan saja pintu atau
jagalah".

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Ada tiga doa
yang terkabulkan dan tidak ada keraguan padanya: doa orang yang
didzalimi, doa orang yang bepergian, dan doa tidak baik orang tua
terhadap anaknya"(Diriwayatkan Tirmidzi, Abu Dawud, dan Thabrani).

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Seorang bibi
berkedudukan sama dengan ibu. Maksudnya dalam rangka rasa bakti,
kebajikan, kemuliaan, hubungan, dan kebaikan. (Diriwayatkan Tirmidzi
dan menilainya sebagai hadits shahih).


Dari Amr bin Murrah Al-Juhani berkata, Seseorang datang kepada
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan bertanya, "Wahai
Rasulullah, bagaimana menurutmu jika aku melaksanakan shalat lima
(waktu), aku berpuasa Ramadhan, menunaikan zakat, berhaji

ke Baitullah. Maka apa yang aku dapatkan?" Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam menjawab, "Barangsiapa melakukan hal itu ia bersama
para nabi, orang-orang jujur, para syuhada, dan orang-orang shalih.
Kecuali jika ia durhaka kepada orang tuanya" (Diriwayatkan Ahmad dan
Thabrani).


Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Allah melaknat kepada orang yang durhaka kepada orang tuanya"


Juga diceritakan dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bahwa
beliau bersabda, "Pada malam ketika aku diisra’ kan aku melihat
beberapa kaum yang bergelantungan pada dahan-dahan dari api. Aku
bertanya, Wahai Jibril, siapakah mereka itu?" Jibril menjawab, "Mereka
adalah orang-orang yang mencaci ayah dan ibu mereka di dunia"


Diriwayatkan bahwa barangsiapa mencaci kedua orang tuanya akan
didatangkan kepadanya di dalam kuburan bara dari api sejumlah setiap
titik air yang turun dari langit ke bumi. Juga diriwayatkan bahwa jika
seseorang durhaka kepada orang tuanya. Nanti setelah dikubur, ia akan
dihimpit kuburan itu hingga tulang-tulang rusuknya berhimpit.

Yang paling keras siksanya pada hari Kiamat nanti tiga orang: Musyrik, pezina, dan yang durhaka kepada orang tua.


Seorang laki-laki dan perempuan datang kepada Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam, mereka bertengkar tentang permasalahan
anak mereka. Yang laki-laki berkata, Wahai Rasulullah, anakku ini
keluar dari tulang rusukku. Yang perempuan berkata, Wahai Rasulullah,
ia membawanya dengan ringan dan meletakkannya secara menyenangkan,
sedangkan aku mengandungnya susah dan melahirkannya pun susah, aku juga
menyusuinya dua tahun penuh. Akhirnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam memutuskan anak itu untuk ibunya.


Nasihat

Wahai yang mengabaikan hak-hak mulia ini, yang enggan berbakti
kepada kedua orang tua bahkan durhaka kepada mereka. Wahai orang yang
lupa akan kewajibannya, yang lalai kepada apa yang ada di depannya.
Berbakti kepada kedua orang tua bagimu adalah agama, Anda
menerlantarkan kewajiban ini dan mengekor kepada syahwat, menurut
dugaanmu kamu mencari surga, padahal surga itu ada di bawah telapak
kaki ibumu. la mengandungmu di dalam perutnya selama sembilan bulan
yang terasa sembilan tahun. la menderita saat melahirkanmu, suatu
penderitaan yang memilukan hati dan menyusuimu.
Demi kamu ngantuknya ditahan, dengan tangan kanannya ia
membersihkanmu dari kotoran dan mara bahaya. la lebih mengutamakanmu
dalam hal makanan. la menggunakan pangkuannya menjadi tempat
landasanmu, memberikanmu kebaikan dan pertolongan. Jika sakit atau
kepedihan menimpamu, ia menumpahkan rasa sayangnya secara
habis-habisan. Kegelisahannya karenamu dan kegundahannya terus
menemaninya,
jika demlakan harta miliknya untuk mengobatimu ke dokter. Jika ia
diberi pilihan antara hidupmu dan kematiannya, tentu ia akan memilih
kehidupan bagimu dengan suaranya yang lantang. Inilah kasih sayang ibu.


Sudah berapa kali kamu memperlakukannya secara kasar? Namun tetap
saja ia mendoakanmu dalam kebaikan baik secara rahasia atau
terang-terangan. Tatkala ia menua dan membutuhkan sesuatu kepadamu,
rasanya ia menjadi beban paling berat bagimu. Kamu kekenyangan
sedangkan ia kelaparan, kamu hilang rasa dahaga sedangkan ia kering
kehausan. Kamu memberikan segala kebaikan kepada keluarga dan
anak-anakmu di saat kamu melupakannya. Terasa berat bagimu urusannya,
padahal ia mudah. Terasa panjang usianya bagimu padahal ia pendek. Kamu
mengusirnya, sedangkan dada penolong selainmu. Ini sikapmu sedang
Tuhanmu telah melarangmu mengatakan 'ah'. Allah mencacimu karena
hak-haknya yang kamu abaikan dengan cercaan halus, bahwa -dalam dunia
kamu akan dibalas dengan kedurhakaan anak-anakmu, sedang di dalam
akhirat kamu dijauhkan dari Tuhan semesta alam. Allah memanggilmu
dengan hina dan ancaman, Itulah (hasil) dari tanganmu (perbuatanmuj,
dan sesungguhnya Allah tidak berlaku dzalim kepada hamba-hamba-Nya.
(AI-Hajj: 10).


Bagi ibumu terdapat banyak hak atasmu. Apa yang banyak menurutmu
sesungguhnya sangatlah kecil sudah berapa malam ia merasa memberatkanmu
dan kamu mengadukan perihalnya dengan rintih dan keluh Jika kamu tahu
betapa berat saat ia melahirkanmu karena berat beban itu hati terasa
terbang melayang. Betapa sering ia menjagamu dari mara bahaya dengan
tangan kanannya. Dan pangkuannya pun menjadi ranjangmu la mengorbankan
jiwanya demi keluhanmu Dari susunya keluar minuman suci bagimu Betapa
sering kamu menderita kelaparan dan dengan sepenuh tenaga la memberikan
kasih sayangnya kepadamu di waktu kecilmu


Kasihan, mengapa orang cerdas mesti menuruti nafsunya Kasihan bagi
yang buta hati sedangkan matanya melihat Berharaplah kamu terhadap
semua doa-doanya karena terhadap apa yang didoakannya kamu
membutuhkannya.


Kisah Al Qomah
Dikisahkan bahwa terdapat seorang pemuda yang dikenal dengan nama
Alqamah, ia banyak berusaha mewujudkan ketaatannya kepada Allah dalam
shalat, puasa, dan sedekah. Lalu ia ditimpa penyakit hingga kondisinya
sangat parah.

Ia mengutus istrinya untuk menemui Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam. Istrinya berkata, Suamiku, Alqamah sedang sekarat.
Aku ingin memberitahukanmu wahai Rasulullah tentang keadaannya. Lalu
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengutus Ammar dan Shuhaib
serta Bilal sembari bersabda, Pergilah kepadanya dan ajari ia syahadat.


Mereka pergi dan masuk ke tempatnya, mereka mendapatkannya telah
sekarat. Para sahabat itu lalu mengajarinya mengucapkannya `la ilaha
illallah' sementara lidahnya kelu dan tidak bisa mengucapkannya. Lalu
para utusan itu mengirim seseorang menemui Rasulullah shallallahu
Alaihi wa Sallam untuk memberitahukan kepada beliau bahwa lisannya
tidak bisa mengucapkan kalimat syahadat.

Rasulullah Shallallahu Alaihi
wa Sallam bertanya,
"Apakah salah seorang dari kedua orang tuanya masih
hidup?"

"Wahai Rasulullah, hanya ada seorang ibu
yang sudah tua renta." Utusan itu menjawab,

Rasulullah mengutus sahabat tersebut untuk
menemui ibunya, beliau berkata kepadanya, "Katakan kepadanya, apakah ibu
bisa berjalan menemui Rasulullah? Jika tidak bisa, tinggallah ibu di
rumah hingga Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam datang kepadamu."

 Lalu utusan itu datang kepadanya dan mengatakan kepadanya apa yang
dipesankan Rasulullah kepadanya. lbu itu berkata, "Jiwaku untuk jiwanya
sebagai tumbal, aku lebih berkewajiban untuk mendatanginya."

lbu itu
bersandar kepada sebuah tongkat dan berdiri dengan bantuan tongkat itu
untuk datang menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau
berkata kepadanya:
"Wahai Ibu Alqamah, berlaku jujurlah kepadaku, dan
jika kamu berbohong, sebenamya telah datang wahyu dari Allah kepadaku.
Bagaimana keadaan anakmu Alqamah?"

"Ya Rasulullah, ia banyak
melaksanakan shalat, banyak puasa, dan bersedekah." Jawabnya

"Lalu bagaimana dengan dirimu?" Tanya Rasulullah saw.

"Wahai Rasulullah, aku sedang
marah kepadanya. " Jawabnya.

"Mengapa begitu?"

"Wahai Rasulullah, ia lebih mementingkan
istrinya daripada aku dan ia durhaka kepadaku."

"Sesungguhnya kemarahan ibu Alqamah menjadi
penghalang bagi lisan Alqamah untuk mengucapkan syahadat." Sabda Rasulullah saw.

Beliau
berkata lagi, "Ya Bilal, pergi dan ambillah untukku kayu bakar yang
banyak!"

"Wahai Rasulullah, apa yang akan engkau
lakukan?" Protes ibu Al Qomah.

"Aku akan membakamya dengan api itu di
hadapanmu." Tegas Rasulullah saw.

"Wahai Rasulullah, hatiku tidak tahan
melihat anakku dibakar di hadapanku.!" Rintih sang Ibu.

"Wahai Ibu Alqamah, siksaan Allah lebih dahsyat dan
lebih kekal. Jika kamu senang kalau Allah mengampuninya, ridhailah ia." Nasehat Rasulullah saw.

" Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, Alqamah tidak akan mendapatkan
manfaat dengan shalatnya, puasanya, dan sedekahnya jika kamu masih
marah kepadanya."

"Wahai Rasulullah, aku mempersaksikan
kepada Allah Ta'ala, para malaikat, dan semuanya, kaum Muslimin yang
hadir bahwa aku kini telah ridha kepada anakku, Alqamah." Tegas Ibu  AL qomah.

Kemudian Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Pergilah wahai Bilal dan
lihatlah apakah ia bisa mengucapkan la ilaha illallah atau tidak!" Kemudian  Bilal
pergi dan terdengar dari dalam rumah Alqamah mengucapkan la ilaha
illallah.

Bilal masuk dan berkata, Wahai semuanya, sesungguhnya
kemarahan ibunya menghalanginya untuk mengucapkan syahadat dan
keridhaannya membuat lisannya mampu mengucapkannya. Kemudian pada hari
itu juga Alqamah meninggal, Rasulullah hadir dan memerintahkan untuk
dimandikan, dikafani, dan dishalatkan. Beliau juga menghadiri
pemakamannya, lalu beliau berdiri di bibir kuburannya dan bersabda:

"Wahai sekalian kaum Muhajirin dan Anshar, barangsiapa yang lebih
mementingkan istrinya dibandingkan ibunya, maka ia mendapatkan laknat
dari Allah, para malaikat, dan semua manusia. Allah tidak akan menerima
pengganti atau penebus kecuali ia bertaubat kepada Allah Azza wa Jalla
dan berbuat baik kepadanya serta memohon keridhaannya. Karena keridhaan
Allah ada pada keridhaannya dan murka Allah ada pada murkanya."


Dari kisah ini, kita memohon kepada Allah agar berkenan memelihara kita dengan
keridhaan-Nya dan menjauhkan kita dari kemurkaannya. Sesungguhnya Allah
Mahamulia dan Maha Dermawan. Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.


Diambil dengan beberapa pengurangan dari “Al-Kabair” karya Imam Adz-Dzahabi

Tagged as:

About the Author

Write admin description here..

Get Updates

Subscribe to our e-mail newsletter to receive updates.

Share This Post

Related posts

0 comments:

Copyright © 2013 Blog Backup Buntet Pesantren. WP Theme-junkie converted by BloggerTheme9
Blogger template. Proudly Powered by Blogger.
back to top