Berakhir Pekan dengan Memadamkan Api di Gunung Ciremai

Posted by Unknown  |  at  3:50 AM No comments


GUNUNG CIREMAIOleh: Komunitas Banyu Bening

SEPERTI tidak ada masalah di Cirebon itu, masyarakat adem ayem saja. Karena pada minggu kemarin itu tiada ada apa-apa. Bahkan para pengunjung obyek wisata di Linggarjatipun tetap ramai dan warga sekitar Gunung Ciremai juga tidak ambil pusing.




Padahal apa yang terjadi, Hutan lindung di Gunung Ciremai, sebagai
gunung terbesar yang ada di pulau Jawa dan penjangga pulau ini dilanda
kebakaran hebat. Sekitar 20 hektar ludes terbakar. Namun keadaan itu
bisa meluas hingga ke pemukiman warga di bawah Gunung jika saja tidak
ada orang yang mati-matian bergumul bersama panasnya api di atas bukit
gunung yang daya kemiringanya 30 derajat.

Bersama peralatan seadanya dan anggota dari dinas perkebunan dan
Perhutanan yang dikomandoi oleh Asep Zulkarnaen, Gunung Ciremai itu
mulutnya tetap tersenyum karena rambut yang tumbuh di kepala gunung itu
masih banyak yang tumbuh subur dan  tidak semuanya terbakar.

Karenanya, kami dari Komunitas Banyu Bening merasa bangga sekali dengan
pengorbanan Pak Asep atas kegigihannya untuk memadamkan api di sana.
Bayangkan jika tidak dipdamkan, maka kebakaran itu meluas dan gunung
sebagai konservasi lahan hijau yang menyangga sumber air bersih jika
terbakar, akan gundul dan tidak bisa dibayangkan bencana selanjutnya.

Jika orang Amerika bangga dengan satuan fire guard-nya,
maka kami bangga dengan Pak Asep Zulkarnaen dkk. semoga Allah
memberikan kekuatan pada kita untuk terus melestarikan dan menjaga
stabilitas alam sekitar kita. Amin

Di bawah ini adalah cerita Pak Asep Zulkarnaen bagaimana liku-liku
perjalanan gunung itu bisa terbakar. Tulisan ini diambil dari situs
beritacirebon.com.



-----------------------------------------
 

Berakhir Pekan dengan Memadamkan Api di Gunung Ciremai
Oleh: Asep Zulkarnaen

ciremai.jpgJULI
2008,  kaki Gunung Ciremai yang sejak tahun 2004 menjadi kawasan
konservasi  bernama Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) terbakar lagi.
Kebakaran hutan di kawasan Gunung Ciremai sudah menjadi langganan dan
tradisi yang setiap tahun biasa terulang. Akan sangat bergembira
apabila Gunung Ciremai tidak tersentuh kebakaran.

Akibat
kebakaran hutan bukan hanya berdampak terhadap kelestarian hutan itu
sendiri, namun secara tidak langsung berdampak pula terhadap fungsi
hutan sebagai penyedia air.

Bagi orang yang terlibat dalam
pemadaman api pada kebakaran Gunung Ciremai mungkin terasa capai,
jengkel dan berbagai perasaan lain yang paling sakit di dalam hati.
Sepertinya akan berbeda dengan perasaan mereka yang hanya sadar untuk
menikmati keindahan, menikmati keuntungan, menikmati segarnya air dan
menikmati menggunakan air untuk berbagai keperluan.

Banyak
contoh yang dapat diperlihatkan betapa kurang sadarnnya mereka dan masa
bodoh mereka. Melihat Gunung Ciremai kebakaran hanya mencibir dan
menuding orang lain atau pihak terkait saja yang harus
bertanggungjawab. Timbul banyak pertanyaan dari beberapa orang: kenapa?


Saya hanya bisa menjawab, mungkin mereka belum pernah mengalami
akibat dari hancurnya Gunung Ciremai. Dan mereka kurang peduli karena
memang mereka tidak peduli apa yang mereka banggakan.

Sabtu, 12
Juli 2008, sore sekitar pukul 17.15 WIB, kaki Gunung Ciremai blok
Lambusir (petak 18) terbakar, atau mungkin pula dibakar atau mungkin
juga terbakar oleh alam. Itulah masalah setiap kejadian kebakaran hutan
di Gunung Ciremai, tak bisa memastikan sebab musababnya.

Tetapi
yang paling penting saya lakukan adalah ikut serta dan melekat dalam
jiwa sebagai rimbawan bahwa itulah salah satu bentuk kewajiban, baik
moral maupun tugas yang diemban.

Saya berangkat seperti biasa
ketika terjadi kebakaran tahun-tahun sebelumnya. Berangkat dengan
logistik seperlunya, senter, golok, perbekalan makanan serta keperluan
lainnya. Tak banyak yang dipikirkan setelah dihubungi teman
seperjuangan di TNGC, saya pun berangkat.

Dengan kondisi jalan
yang terjal dan berbatu saya langsung menuju lokasi kebakaran. Api
melahap Gunung Ciremai sepertinya perkara mudah. Bagaimana tidak, yang
dilahap adalah lokasi yang penuh dengan semak, alang-alang dan tanaman
kaso. Pantaslah api cepat menyebar karena yang dilahap ygampang
terbakar. Lokasi terjadinya kebakaran semuanya didonimasi dengan semak
dan alang-alang.

Susahnya mematikan api karena alat penunjang
pemadaman seadanya. Untungnya mobil Galaag Agni, menyemburkan air dari
perutnya, sehingga dapat membantu memadamkan api dengan cepatr. Namun
itu pun terbatas jangkauannya, karena selang penyemprot apinya terbatas
pula.

Pegawai TNGC dari mulai Kabag TU, Kepala Seksi, Polilis
Hutan serta pegawai TNGC lainnya bahu-membahu tanpa kenal lelah guna
memadamkan api. Perih di tangan dan muka yang terasa akibat gesekan
dengan rumput berduri dan daun ilalang tak kami rasakan. Sandungan
ujung sepatu pada batu-batu yang bertancap di tanah tidak saya dan
teman-teman hiraukan. Yang penting api yang sedang bergejolak dapat
segera dipadamkan.

Lapar dan haus memanggil dan kami semua
berbagi apa yang kami bawa. Kami makan dan minum bersama itulah
keindahan yang didapat selagi capai dan perasaan takut api melahap
lebih luas. Dengan kondisi wajah penuh debu, mata perih kena asap, debu
serta datangnya serak kerongkongan karena banyak menghirup asap kami
semua tetap bangga. Bahwa apa yang kami perbuat bukan hanya sebagai
tanggungjawab terhadap lembaga, namun itulah panggilan jiwa rimbawan
sejati.

Pukul 22.00 WIB api dapat dipadamkan, walaupun belum
sepenuhnya secara total api padam. Pasalnya masih banyak yang menyala
di bekas tonggak-tonggak pohon pinus bekas tebangan dahulu. Luas yang
terbakar belum dapat diprediksi dengan jelas, namun pada saat itu
diperkirakan lebih dari 20 ha.

Dinginnya suhu dan hembusan angin
kencang menerpa, membuat fisik kami lelah. Kami semua istirahat sambil
waspada, barangkali terjadi kebakaran lanjutan. Sampai pukul 00.30 WIB,
Minggu dinihari, api dipastikan padam. Kami semua turun ke Kantor Balai
TNGC untuk istirahat.

Sepanjang jalan menuju rumah, saya hanya
berpikir kenapa tak ada masyarakat sekitar yang membantu ikut
berpartisipasi. Malah ada dua orang mahasiswa dari Kota Kuningan yang
ikut berpartisipasi. Alangkah indahnya pada saat itu apabila
kebersamaan dalam pahit dilalui bersama. Akhirnya, Minggu dinihari,
sekiltar pukul 02.00 WIB saya tiba di rumah untuk beristirahat.

Minggu,
13 Juli 2008, masa istirahat libur hari Minggu tidak banyak
dimanfaatkan guna kepentingan keluarga. Siang hari, sekitar pukul 11.00
WIB saya dikontak lagi. Kebakaran di Blok lambusir terjadi lagi.

Saya
pun berangkat dan memang pada saat itu diperlukan banyak orang yang
harus terlibat, karena api begitu besar dan begitu luas sasaran
pemadaman. Saya coba kontak teman-teman penyuluh lain guna membantu,
walaupun dengan pulsa seadanya karena begitulah kondisi swadaya.
Alhamdulillah, teman-teman datang walaupun pada saat itu api dapat kami
kendalikan dengan personil lebih dari 25 orang tanpa seorangpun
masyarakat yang terlibat. Sekitar pukul 14.00 WIB api dapat
dikendalikan.

Untuk memastikan kondisi selanjutnya, seperti
biasa kami semua berjaga dan siaga. Barangkali api merambat lagi dan
membakar lokasi yang lain.

Untuk memastikan api padam kami
berbagi tugas. Personil dibagi dua, sebagian menunggu di atas sebagian
lagi istirahat di Kantor BTNGC. Sampai pukul 21.00 WIB, api tidak
berkembang lagi. Kami pun turun untuk sementara guna keperluan makan.

Pukul
23.00 WIB, bersama tim dari Polhut yang dipimpin oleh kepala resort,
saya dan rombongan berangkat lagi, guna melihat barangkali masih ada
titik api. Untuk memastikan dengan kondisi hutan yang curam dengan
kemiringan lebih dari 30% kami pun menyusuri sisa-sisa lokasi
kebakaran. Kami pastikan tonggak-tonggak pohon pinus telah luput dari
api.  Karena memang sukar sekali untuk cepat padam jika pinus terbakar.
Pasalnya pohon pinus banyak mengandung getah yang mudah terbakar.

Senin
dinihari, pukul 00.30 WIB saya bersama Tim dari TNGC dengan mobil
patroli meluncur ke kantor guna istirahat. Beruntung dengan kendaraan
double gardan, kondisi jalan apapun dapat dengan sigap dan cepat kami
lalui.

Kebakaran selalu terjadi tanpa diketahui penyebabnya.
Saya berharap apabila dilakukan oleh manusia dengan sengaja atau tidak
sengaja semoga Tuhan mengampuni dosanya. Karena engkau telah
menyusahkan orang lain. Dan kami semua sampai ketinggalan untuk
menunaikan sholat. Semoga Tuhan memafkan kami semua!
Saya sekali lagi menghimbau bantulah kami. Semua jangan hanya enaknya saja menikmati manfaat dari Gunung Ciremai.***

Asep Zulkarnen, Penyuluh pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kuningan   E-Mail: <asep_zulkar@yahoo.com>

Tagged as:

About the Author

Write admin description here..

Get Updates

Subscribe to our e-mail newsletter to receive updates.

Share This Post

Related posts

0 comments:

Copyright © 2013 Blog Backup Buntet Pesantren. WP Theme-junkie converted by BloggerTheme9
Blogger template. Proudly Powered by Blogger.
back to top