Kawat Cor Tumbuh dari Perut Guru TPA
Oleh: Redaksi
SUNGGUH di luar jangkauan akal manusia. Tak bisa dibayangkan bagaimana penderitaan Ibu Noorsyaidah yang merasakan sakit tak terhingga. Sebab di dalam perutnya keluar kawat 10 s/d 20 sentimeter. Banyak yang menyangka kalau ia disantet, Namun ibu berusia 40 tahun ini mengaku tidak punya musuh atau menyakiti siapapun.
Derita
tiada habisnya selama 17 tahun ia jalani sambil menahan rasa sakit tak
terperikan. Cobaan dari Allah swt. itu justru ia terima dengan lapang
dada, sabar dan tawakkal.
Kita saja jika ketusuk duri, sakitnya minta
ampun padahal duri itu menancap di jari yang tidak seberapa panjangnya.
Namun Ibu yang tinggal di Samarinda Ilir itu tetap menjalani hidup
sebagai aktivis sosial yaitu mengajar al quran meki kawat yang seperti oyod (akar) itu menyembul dari dalam perut dan bagian badan lainnya.
Kita bisa melihat di foto-foto ini tidak habis pikir. Konon menurut Ibu
Noor ini, dokter dan orang-orang yang dianggap pintar menangani
penyakitnya itu tidak mengerti bagaimana upaya penyembuhannya. Sebab
kawat yang ada di dalam perut itu terus saja tumbuh seperti hidup.
Kalau pun ia disantet paranormal yang pernah menangainya saja tidak
sanggup mengobatinya bahakan merasa bibung. Selama 17 tahun kawat itu
tumbuh terus dan bertahan dhiup di dalam badannya. Subhanallah!
Seperti yang kita lihat di televisi kemarin itu, Noorsyaidah (40) yang
berperawakan subur itu tak sedikitpun mencemaskan penyakitnya. Namun
bagi orang yang melihatnya justru merasa prihatin hingga Menkes Fadilah
Supari ikut merasakan kepedihannya. Bahkan wanita yang tinggal di Jl
Merdeka III, Samarinda Ilir itu menjadi perhatian pejabat pemerintah
setempat hingga publik dunia karena beritanya sudah tersebar ke
mana-mana.
Ketabahan Ibu Noor ini seperti di tulis wartawan Tribune Kalimantan, ia
tetap menahan sakitnya itu dengan tabah. Ia berjalan membungkuk agar
kawat-kawat di perutnya itu tidak mengenai baju kaos berwarna merah
yang dikenakannya.
Bahkan, Noor pun hanya bisa duduk di
pinggir kursi dan tetap membungkuk karena sedikit saja dia bergerak,
kawat di tubuhnya itu akan menyentuh kain bajunya dan nyeri akan
dirasakannya.
"Ini karena ada Mas (wartawan Tribun Kaltim)
saja saya pakai baju, biasanya saya tidak pakai baju karena terus
terang saja kawat-kawat ini kalau menyentuh barang apa saja rasanya
sangat sakit sekali," ujarnya sembari menyingkapkan bajunya dan
memperlihatkan kawat-kawat yang tumbuh di bagian perutnya itu.
Guru
aktif TK Al-Quran di Sangatta, Kutai Timur, ini menceritakan, penyakit
yang dideritanya itu dialami sejak tahun 1991. Tanpa sebab musabab
kawat-kawat itu tiba-tiba saja bermunculan di perutnya dan bagian
dadanya. Padahal, saat itu dia sedang menyelesaikan kuliahnya di
Fakultas Sospol Universitas Mulawarman Samarinda.
"Tapi, kalau
dulu hanya sekitar seminggu kawat-kawat itu berjatuhan sendiri dan
hilang. Nanti sekitar sebulan kemudian bermunculan lagi. Nah, sekarang
ini sudah sekitar enam bulan lebih, kawat-kawat di perut saya ini tidak
ada yang jatuh atau hilang. Jadi, sungguh menderita sekali," katanya.
IBu Noor sudah menjalani operasia puluhan kali namun tetap saja kawat
itu muncul lagi. Bukan saja operasi, menurut penuturannya, segala
upaya pengobatan, mulai dari medis, alternatif, hingga mendatangi orang
pintar sudah dilakukannya. Namun, penyakit tersebut tetap tak sembuh.
"Semua
orang bilang bahwa penyakit saya ini terkena santet atau semacamnya,
tapi berani jujur bahwa saya ini tak pernah punya musuh atau menyakiti
orang lain. Makanya, dokter atau orang pintar yang mengobati penyakit
saya ini juga bingung untuk menyembuhkannya," ujarnya.
Saat ini,
untuk menghilangkan perasaan sakit atau stres akibat penyakit yang
dialaminya itu tak kunjung sembuh, Noor mengaku lebih banyak
menghabiskan waktu untuk kegiatan sosial, misalnya mengajar. "Tapi,
kalau malam sudah datang, ya terpaksa harus terpikir, kenapa saya
mengalami nasib seperti ini. Mudah-mudahan saja suatu saat ada
hikmahnya buat saya, amin," katanya penuh harap.
Santet
Benarkah ibu Noor di santet, menurut berita di Kompas Cyber
Media fenomena santet sendiri banyak orang meragukannya. Karena nalar
tidak bisa bicara ketika sekumpulan
paku, mur, baut, dan kawat tiba-tiba ada di dalam tubuh seseorang.
Karenanya, santet memang bukan konsumsi nalar.
Tapi kalau bukan santet peristiwa ini ada pada Ibu Noorsyaidah,
Kalimanta ini. "Kalau saya bilang itu santet pasti para profesor itu
tidak percaya," ujar Permadi, anggota DPR yang juga seorang paranormal
seperti dikutip Kompas.com
Santet,
menurut Permadi, mudah masuk ke tubuh orang yang sedang labil.
Pengobatan medis tidak bisa menyembuhkannya. Itu pula yang dialami
Noorsyaidah. Ia coba menempuh pengobatan medis, tapi tak membuahkan
hasil. Pengobatan alternatif kebatinan pun dilakoninya, tapi gagal juga
menghentikan keluarnya kawat-kawat itu. "Perlu orang yang jago santet
luar biasa untuk melawannya," kata Permadi.
Meski santet
terdengar menyeramkan, tuturnya, santet tidak dapat menyerang semua
orang. Ada orang-orang tertentu yang kebal terhadap santet. "Selama
tidak percaya dengan klenik, pasti tak akan kena santet," ujarnya.
Bagaimanapun cobaan itu telah dideitanya selama 17 tahun. Kita
berharap semoga apa yang dilakukan oleh tim dokter dan para ahli
penyakit non medis mampu melawan penyakit yang diderita guru TPA ini.
Dan sebutan manusia kawat tidak lagi disandangnya. (M. Mustahdi)
About the Author
Write admin description here..
Get Updates
Subscribe to our e-mail newsletter to receive updates.
Share This Post
Related posts
0 comments: